POV Duta Aku mengikuti Nita, masuk ke kamar. Nita terduduk lemas penuh kemarahan. Pintu kamar segera kukunci dari dalam. Rasa marah dan emosi meyulut ke dalam hati hingga aku tak mampu lagi untuk mengontrol diri. Banyak pertanyaan aku lontarkan. Aku tidak mau tahu, aku harus mendapat jawaban. "Cepat kamu bicara! Aku tidak punya waktu lama, untuk manusia tidak tahu diri seperti kamu Duta!" bentak Nita membuatku tak percaya. Bahkan dia sudah berani membentakku. Apa mungkin karena dia sudah bekerja dan mampu mendapat segalanya? "Apa maksudmu? Hargai aku sebagai suamimu, Nita!" bentakku tak kalah kencang. "Sudahlah, Duta Mahendra. Tidak usah banyak berkelit, bicarakan apa yang ingin kau bicarakan! Rasanya mual sekali aku melihatmu lama-lama!" "Apa yang membuat sikapmu berubah setelah p