Evi segera keluar dari kamarnya dengan membawa dompetnya. Ia segera berjalan menuju pos satpam untuk menunggu kedatangan Beben. Tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang masuk. Terlihat sosok Beben keluar dari pintu penumpang. Evi bergegas memburunya. "Mas Beben," sapanya. "Maaf ya Vi, ngerepotin kamu." Beban merasa tak enak hati. Hanya gadis itu yang ada di kepalanya untuk diminta bantuan olehnya. "Berapa ongkosnya, Mas?" tanya Evi bersiap untuk membuka dompet kulit hitamnya. "Seratus ribu." Beben menyebutkan nominal yang diperlukan. "Ini." Evi menyerahkan dua lembar pecahan uang lima puluh ribuan. "Sekali lagi makasih ya Vi." Beben menerimanya dan kangsung membayar kepada si sopir yang sedang menunggu. Keduanya berjalan masuk komplek. Mereka tak menghiraukan tat