“Isinya kenapa, Bu?” selidik Manda.
“Nanti juga kamu paham sendiri.” Tampik Bu Mar gak mau lanjutin. Yah, hitung-hitung menghindari dosa ghibah.
Manda mengekor di belakang Bu Mar, ‘Kelas dua belas berarti gak beda jauh dengan usiaku saat ini. Aku yakin aku akan cepat berbaur sama mereka’ harap Manda dalam hatim
“Nah ini kelas,ya,” ucap Bu Mar. Manda melirik ke kelas yang tertutup rapat itu, dari luar gak ada sama sekali suara gaduh dari dalam. Manda yakin pasti mereka lagi serius belajar. Tapi Bu Mar tahu apa yang lagi anak-anak itu lakukan
Bu Mar jadi memperhatikan Manda “Udah belom do’anya?” tanyanya penasaran.
‘Eh, Ud.. Udah, Bu” 'Loh aku,'kan mau ngajar di kelas bukan mau masuk masjid. Oh, mungkin maksud Bu Mar agar apa yang nanti aku sampaikan bisa di mengerti para siswa maka dari itu aku juga harus berdoa supaya apa yang aku harapkan berjalan lancar.
Ya Allah, lancarkanlah urusanku hari ini dan nanti. Aamiin' suara hati Manda.
"Sekarang kamu siap?" tegur Bu Mar.
Manda menyeritkan alis. Ini betul deh! Kok Manda merasa seperti mau masuk medan perang,ya? Perlu persiapan yang ketat termasuk di selingi do'a.
"Jangan terlalu keras,ya sama mereka" nasihat penting satu lagi yang keluar dari mulut Bu Mar. Yah, maksudnya Bu Mar kalau di kerasin mereka bisa jauh lebih keras sama Manda. Tapi Manda yang polos mikir kalau anak didik itu, Yah, emang gak bisa tuh di kerasin kalau mau mereka nurut. Bikin seseorang nurutkan, gak harus dengan kekerasan.
"I-Iyaah Bu!" sahut Manda jadi gagap
"Ya udah Ibu tinggal,yah. Kalau kamu gak kuat! Kamu taukan ruangan kepala sekolah" tuturnya lagi, Kira-in tadi mau bilang.., kalau gak kuat tolong lambaikan tangan ke kamera, Eh tapi inikan bukan acara berburu hantu!
Terlalu banyak dapat wejangan bikin nyali Manda ciut, bibirnya otomatis merapal do'a begitu saja.
Manda membuka pintu. Sepi, hening dan gelap!
"Hah! Mana anak muridnya?"
***
Manda jadi terlongo, bengong dan sebagainya. Mana anak murid yang mau ia bimbing. Apa jangan-jangan pada ngumpet di dalam laci? Eh gak mungkin juga ini anak murid beneran lo yang dia cari, bukan anak alus yang biasa di jual di abang-abang gulali itu.
Manda melirik ke lemari di samping meja guru, Matanya menyipit Eh! itu goyang, Apa jangan-jangan ada.., gak, gak mungkin!
Please Manda ini masih siang dan lo gak bisa tuh liat hantu atau sebangsanya
Manda menelan ludahnya kasar saat lemari itu semakin bergoyang dengan suara "Eeeugghh.., Eeuugghh," Gaduh gitu dari dalam.
"Kata Ustad aku, mahluk kayak gitu gak bisa nglukain manusia. Jadi kamu gak perlu takut, Nda," ucap Manda. menenangkan dirinya sendiri
Manda mendekat. Ketika tangannya menyentuh pintu lemari terasa sulit di buka. Manda memperhatikan rumah kunci.
"Dikunci apa,ya kok ke.., Keraass banget gini!" sekuat tenaga Manda menarik. Kok dia jadi kesal,ya.
"Hantu jangan bercanda dong! Aku mau lulus kuliah ini, gak tau apa galaknya mahasiswa yang gak kelar-kelar skripsinya" tutur Manda mencoba melawan kekuatan hantu.
"Iiihh," Manda mengetatkan rahangnya menarik kuat, Ia gak peduli kalau sampai lemari itu jadi rusak. Tepat,ya Manda belum mikirin dampaknya. Dia,'kan semberono.
Suara pintu lemari terbuka lebar. Isi lemari itu berhampuran. Manda pun terpelanting karena ulahnya sendiri yang pakai kekuatan penuh narik pintu itu. Bahkan rasanya tangannya sangat perih
"Hhaah copot!" pekik Manda kaget, sambil lihatin gagangnya yang copot dong. Ini gimana kalau dia diminta ganti. Yang ada uang satu bulan kostnya melayang sudah.
Manda coba bangun. Masalah ganti mengganti itu urusan nanti.Diakan bisa jelaskan duduk perkaranya. Mungkin dapat keringanan setelah itu
"Eeegghh.., Bu!" lirih Jason yang keluar dari dalam lemari dengan tangan dan kakinya yang terikat. Jason mencoba mengesot mendekati Manda dengan gaya mirip kayak ulet bulu.
"Hhaah, Kamu, Kamu siapa yang iket?!"
“Bu. Tolong sa.. saya” lirih Jason sekuat tenaga memakai gerakkan mulutnya untuk menggeser kain yang menutupi bibirnya.
“Astaga!” desis Manda sekaligus berusaha membukakan tali yang mengikat tangan dan kaki Jason
“Siapa yang melakukan ini sama kamu?” selidik Manda lagi setelah selesai membukakan Jason. Jason terdiam, pemuda berkaca mata itu hanya bisa menghembuskan nafas putus asa
“Kamu gak perlu takut, saya disini untuk membela kamu. Sebagai guru kamu” tutur Manda sambil merangkul punggung Jason. Ia tidak menyangka di sekolah se-mevvah dan se-international seperti ini ternyata masih ada juga praktik bullying. Hei, bullying tuh udah gak jaman, menjatuhkan satu sama lainnya itu gak keren. Yang keren tuh orang yang tetap sedia membantu meski juga di terpa kesulitan.
“Saya takut, Kak” cicit Jason lemah. Bahkan Manda sampai mendekati telinganya supaya bisa mendengar suara Jason.
“Takut!” kutipnya tidak terima. Satu alasan mengapa perundungan selalu saja berkembang seolah bunga yang tumbuh bermekaran di setiap lini kehidupan yaitu karena korban merasa takut untuk bicara. Menganggap yang di lakukan pelaku adalah hal yang bisa dimaafkan, meski tak jarang berakhir kepercobaan bunuh diri karna terlalu putus asa.
“Kamu gak perlu takut, bilang sama aku. Siapa yang melakukan ini?!” tekan Manda geram. Jason menggeleng berat
“Gak perlu, Kak” lirih Jason.
“Hem,” tanggap Manda kesal.
“Lagi mana teman-teman kamu yang lainnya?” Manda melirik ke pintu secara otomaris. Ia yakin ini udah masuk jam belajar dan kenapa gak ada anak-anak di kelas kecuali satu manusia. menyedihkan ini, ahk ya ampun dan siapa juga yang memasukkannya ke dalam lemari.
“Gak tau Kak, mungkin lagi di belakang kelas, kadang juga ada yang di kantin atau di lapangan basket” papar Jason
“Hem,” Manda menyerit serius.
Gak.. gak kalau lapangan basket gak mungkin ada human alias orangnya, tadikan dia habis kesana. Kalau yang satu tadi-si Rian itu, Manda cuma anggap selingan numpang lewat. Gak penting buat dia inget! Mungkin benar kata Pak Surip cowok itu cuma penunggu.
“Ya udah kamu disini dulu, aku mau cari mereka” tutur Manda semangat.
'Katanya tadi di belakang kelas’kan. Mungkin aku bisa pergokin mereka pada bolos nih’ pikir Manda tahu banget kebiasaan anak nakal. Secara dia mantannya bahkan ahlinya madol. Dan sekarang ia malah merasakan gimana susahnya kejar-kejar mereka.
Hidupkan kadang cuma tentang kapan ada di atas dan kapan waktunya di bawah.Hari ini dia mengejar besok dia dikerjar. Dikejar cinta muridnya maksudnya.