Manda berjingke ingin mencoba melihat lebam akibat spidol terbang yang tertancap di pelipis Rian. Tuh, spidol saja mendarat ke Rian. Gimana cewek?!
"Gak usah!" ujar Rian gak mau disentuh
"Sini gue mau lihat dulu," Manda bertahan dijingke'nya membuat ia kadang kehilangan keseimbangan. Tapi kalau ia mau tingginya sejajar sama wajah Rian. Manda emang harus usaha keras, minimal naik ke atas jejengkok.
"Lo tadi lagi ngapain sih?!" Rian jadi memperhatikan Manda. Meski tangannya menjenggut rambut Esa. Jangan di sangka ia lupa sama niatannya.
"Ian.., Ian. Ampun, Ian," pekik Esa kesakitan.
"Aku mau bantu kamu. Niatnya aku mau lempar spidol ini ke dia. Malah kena kamu. kamu, sih muncul tiba-tiba," cecar Manda memegangi spidolnya. Menunjuk ke Rian dan Esa. Ia sudah menyerah mensejajarkan tingginya sama cowok. Jangkung itu.
"Itu.., itu kenapa dia, kamu jenggut? lepasin gak. Gak boleh ada kekerasan di sekolah," tekan Manda.
"Lo sendiri tadi. Apa kabar sama niatan lo?!" ejek Rian tetapi juga melepaskan jambakkannya di rambut Esa. Mengikuti perintah Manda.
'Oh,ya.., betul juga. Tapi aku,'kan punya alasan yaitu untuk menertibkan mereka.'
"Kamu, kamu ikut saya ke ruang BK." Manda tahu memberikan hukuman tak elok dilakukan di depan murid lainnya. Jadi ia memutuskan mengajak Rian dan Esa ke ruang BK.
"Yah, gak perlulah, Bu," melas Esa. Giliran gini saja dia panggil Manda 'Ibu'
"Kalau Rian sudah sering keruang BK!" lanjutnya cari gara-gara.
"Ya udah," ucap Rian satu kata tapi bikin semua mata memandangnya.
"Ya udah?" beo Ibas. Tanpa perlawanan tanpa bantahan Rian dengan senang hati pergi kesana.
'Gue capek kalau selalu ng'bantah. Lagipula gue juga sebentar lagi lulus,' batin Rian bersenandika.
"Jadi, kamu doang yang ikut?!" Kalau cuma menertibkan satu kubu.., yah, buat apa juga. Guna Manda memanggil mereka ke ruang BK,'kan untuk berbaikan disana dan berjanji tidak akan buat kerusuhan lagi.
"Udahlah. Kalian duduk lagi saja," titah Manda menyerah.
"Gak jadi nih?!" Rian menantang berani.
"Gak!"
Rian berlalu kembali ke bangkunya.
"Sebagai gantinya kalian berdua nanti pulang sekolah harus piket sama-sama!" Manda berharap dengan mereka berdua gotong royong Rian dan Esa jadi akrab.
Tapi,
"Bu sama aku juga, Bu."
"No.., No. Aku saja yang bantu Rian."
"Bu. Kalau Rian piket, kita juga gak akan pulang!" teriak Zero.
Sepertinya Manda salah telah mengusik ketenangan 'pangeran' kelas. Karena akan banyak para selir dan ajudannya yang tak akan tinggal diam.
Manda menabok keningnya "Huft!"
***
"Assalamuaikum, aku pulang!" sapa Manda. Sesaat ia lupa kalau sekarang ia cuma ngkost sendiri, sedang Selly sudah pindah. Manda tetiba merasa kesepian. Hari pertama KKN yang ia lalui sangat kacau, tapi ia gak bisa cerita sama siapapun kecuali sama Pushy yang pasti gak akan kasih solusi.
Manda langsung duduk membelakangi ranjang singlebed-nya.
"Sel, lo kenapa mesti pergi sih. Gue,'kan gak ada temen."
"Ngapa lo manggil-manggil gue?" sela Selly keluar dari dalam selimut.
"Ayam.., ayam. Hhah. Selly!" Seperti sudah-sudah Manda berteriak di telinga Selly.
"Kenapa sih. Berisik banget." Selly sampai mengecek kupingnya. Mandra suka banget teriak deh.
"Lo kenapa bisa masuk kamar gue?!"
Selly memutar bola matanya malas. Dia,'kan masih punya kunci kamar ini kali
"Lo tau, lo keluar kostan gak pakai kunci pintu dulu. Tadinya gue cuma mau ucapin salam perpisahaan sama bu Eni. Eh pas gue liat, tetiba Pushy keluar dari pintu. Karena cemas kamar lo di masukin orang, ya udah gue masuk aja." cerita Selly. Asal muasal kenapa dia jadi ada di kamar Manda. Manda memandang Selly malas. Bukannya sekarang juga kamarnya jadi kemasukan 'orangnya' tapi untunglah orang itu Selly. Manda gak suka aja kalau ada orang yang gak dikenal masuk. Tapi gak mungkin maling juga, sih. Karena Manda ngerasa gak punya apa-apa yang bisa di malingin.
"Lo dari mana aja sih. Masa jam lima lo baru balik bukannya sekolah itu bubar jam satu. Lo jalan dulu,ya. Lo gak kasihan sama Pushy yang belum di kasih makan?!"
Manda kembali duduk melirik jam tangannya. Seharusnya ia balik jam satu lewat tiga puluh menit. Tapi ia harus ke ruang guru dulu untuk memenuhi panggilan Bu Mar yang melihat lemari kelas jadi rusak karenanya. Beruntung cewek itu masih dimaafkan meski ini jadi peringatan pertama untuknya. Ditambah dengan tingkah Manda yang terlihat menghukum satu kelas dicap kurang bijak sama guru lainnya. Padahal Manda cuma hukum dua orang. Tapi semua mengaku dapat hukuman. Salah apa dia?!
Terus gimana kalau sampai Bu Mar tahu kejadian di kamar mandi. Bisa disebut apa Manda. Walau jarak usia Manda dan Rian cuma selisih dua tahun tapi bisa saja Manda dianggap pedophile karena 'menindih' anak muridnya.
Pokoknya Manda harus buat kesepakatan bersama Rian nantinya
"Gue gak kuat, Sel!"
Selly bangun dari tidurnya. Rambutnya ia simpulkan ke sisi satunya lagi berusaha memasang telinganya baik-baik.
"Hah. Gak kuat kenapa?!"
"Sekolah itu!" Manda mewek. Aahk, ini yang Selly takutin pasti disana isinya monster-monster cilik.
"Kenapa sekolahnya?!"
Manda mandang Selly dengan tatapan melas "Ahk, gak kuat," ucapnya sambil melengos. Selly jadi geram lalu menoyol pipi Manda pelan.
"Gak usah drama."
"Gue masuk ke kelas yang anak-anaknya nakal semua, betul-betul nakal. Gak ketolong!"
"Masa sih?!" Selly jadi merasa beruntung sekali karena dia mendapat anak murid yang 'wajar' malah kebanyakan cari perhatian gitu sama dia.
"Bener, Sel. Suerrr deh!"
"Eeh, gue ikut dong besok ke Pemuda bangsa!" rengek Selly. Soal KKN nomor dua tapi jiwa KEPO-nya harus segera terpuaskan. Manda menyeritkan alis.
"Lo bukannya besok harus tugas juga?!"
"Eelaah, segala gituan. Gue telat bisa kok. Bilang saja gue sakit perut. Lagi anak-anak gue gak senakal anak-anak lo. Pasti mereka juga gak bakal macem-macem meski tanpa gue," beber Selly pede.
"Bohong kok sakit perut. Kualat nanti yang ada lo," cicit Manda, tapi juga setuju.
***
Sesuai dengan permintaan Selly yang mau ikut sama Manda, akhirnya Selly dan Manda ke Sekolah Pemuda bangsa dengan Selly yang bawa motornya sedang Manda di boncengan.
“Sel, Sel, gue petromax nih!” Manda bahkan sampai menutupi wajahnya di punggung Selly.
“Udah gak usah trauma-trauma'an segala. Lo kasih tau aja nama anak murid yang udah bikin lo begini, biar gue jewer kupingnya.” Tekad Selly. Jangan dikira karena Manda yatim-piatu dia gak ada yang bela. Selly akan selalu di depan sebagai orang yang membela Manda
Sementara Rian yang baru datang langsung ke post satpam.
“Pak Surip,” panggil cowok itu.
“Eh, Rian,” sahut Pak Surip sambil menyentuh bahu Rian.
“Makin besar,ya. Jadi anak pintar, Rian.” Do'a Pak Surip. Rian cuma mengangguk seraya mengamini dalam hati.
“Aku mau balikin ini,” ucapnya sambil menyerahkan baju Pak Surip yang sudah ia laundry. Pak Surip mengambilnya
“Hm. Wangi, pakai dicuci segala Rian,” kata Pak Surip gak enak.
“Cuma sekalian saja. Oh,ya, Pak Makasih,ya,” tuturnya kembali.
“Sudah makasih belum sama Neng Manda yang bantu pinjemin?” goda Pak Surip. Rian tersenyum samar.
“Nanti aku bilang. Sekarang aku mau masuk kelas dulu,ya, Pak,” ijin Rian seraya mengambil tangan Pak Surip untuk ia kecup. Pak Surip dengan ikhlas memberikan tangannya sambil menyentuh kepala Rian.