PROLOG
Nur menatap cincin kawin di jari manisnya, cincin simbol yang menandakan ia sudah ada yang memiliki. Tapi sayangnya, pria yang sudah mengikatnya, tak bersedia untuk memilikinya. Pria yang sudah menjadi suaminya menolak pengabdian sebagai seorang istri.
Nur sadar, apa yang ada pada dirinya tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dimiliki Cantika. Cantika peri kecil dalam hidup Nur yang kini sudah menjadi bidadari dan sudah bergelar Amma untuk buah hatinya.
Cantika cantik, sahabatnya, yang masih tetap dicintai oleh Wahyu, pria yang sudah sah menjadi suaminya sejak satu tahun lalu.
Nur tidak bisa menyalahkan Wahyu untuk hal itu. Cantika sempurna sebagai wanita, cantik dengan tubuh mungil, kulit seputih s**u, rambut sehitam arang, wajah khas keturunan Timur Tengah. Pintar, karena diusianya yang ke 20 dia sudah Sarjana, dan kaya, siapa yang tidak kenal Cantika cantik putri dari orang paling kaya, dan paling dermawan di kampung mereka. Baik, sejak kecil, Nur sudah menerima begitu banyak kebaikan dari Cantika dan keluarganya.
Sedang dirinya, ayahnya sudah lama berpulang, ia dan ibunya juga kakaknya hidup dari memulung barang bekas. Karena itulah kulitnya hitam, bahkan lebih hitam dari kulit Wahyu suaminya. Wajahnya, tidak ada yang istimewa pada wajahnya. Semuanya biasa saja, hidungnya tidak mancung tidak juga pesek, pipinya sedikit chubby karena ia memang sedikit gemuk, matanya, kata orang matanya sama indahnya dengan mata Cantika, besar dengan bulu mata lentik, dinaungi alis tebal yang indah tanpa perlu di tato atau di sulam. Selebihnya tidak ada yang menarik, jika kelebihan berat badannya dianggap bukanlah suatu kelebihan.
Hidupnyapun hanya karena kebaikan keluarga Cantikalah yang sudah bisa merubah hidup keluarganya menjadi lebih baik.
***