Bab 2

1101 Words
Bian menatao bangunan kokoh di hadapannya dengan wajah datar. Dengan helaan nafas beraf dia melangkahkan kakinya berjalan mendekati pintu masuk. Bangunan yang di dalamnyq penuh dengan maksiat. Alkohol, para w*************a, musik dj, lantai dansa dan bahkam ruangan judi. Semua komplit ada di dalamnya. Ya, bangunan itu adalah salah satu klub mewah. Entah kapan terakhir kali dia menginjakkan kakinya ke tempat laknat tersebut. Sungguh dia sudah lupa. Betapa bangganya dia bahwa selama beberapa tahun teralhir ini dia hidup dengan sangat normal da sehat. Benarkah begitu? Tidak ada hiburan dengan sekedar bermain- main dengan wanita? Ck! Bian enggan untuk mengakuinya. Dia tetap pria pendosa dan diq tidak bangga akan hal itu. Jadi dia memutuskan untuk tidak menjawab. Langkah kaki Bian terhenti begitu mendengar suara dering ponselnya. Mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan melihat siapa yang menghubunhinya. Kanaka Givan Atmaja, sudah dia duga. Dengan segera dia menolak panggilan pria k*****t itu. Kanaka sahabat baik yang merangkap musuhnya sekaligus. Sahabat yang tidak bisa di katakan benar- benar sahabat. Bagaimana bisa seorang sagabat tega meracuni kesuciannya. Benar, Kanaka adalah orang yang mengundangnya datang ke tempat laknat tersebut. Pria itu sedang merayakan pergantian usianya. Astaga, hampir saja Bian tertawa terbahak saat mendengar undangan dari Kanaka yang isinya party ulang tahun. Konyol, mereka bukan anak remaja yang masih merayakan ulang tahun nya. Mereka pria dewasa yang sudah matang. Seperti nya Bian harus mengingat kan Kanaka, jika usia mereka sudah tidak layak lagi untuk acara kekanakan seperti itu. Tiga puluh tahun, men! Astaga, party pertambahan usia. "Di mana hadiah ku?" Bian teringat hal penting dan merogoh saku nya. Bian kembali memasukkan kado nya ke dalam kantong celananya. "Ada party, tentu ada hadiah. Aku harap dia senang dengan hadiah ku." Bian kembali melanjutkan langkah nya. ### "Selamat malam Tuan Biantara!" Sapa kedua bodyguard yang berjaga. Bian hanya menganggukkan kepala nya sebagai respon dari sapaan ke dua penjaga pintu masuk tersebut. Sudah empat tahun Bian tidak menginjak kan kaki nya ke sana, ternyata tidak membuat para penjaga club tersebut melupakan diri nya. Salah satu dari dua pria berbadan besar itu segera membukakan pintu untuk nya. Musik DJ menyambutnya yang membuat telinga nya berdengung. Asap rokok ada di mana- mana mengganggu penciuman nya. Bian mengibas- ibaskan tangannya, menghilangkan bau asap rokok itu. Kehadirannya yang cukup mencolok membuat para para wanita bayaran segera menghampirinya karena hampir semua orang di sana mengenalinya. Bian mengangkat sebelah tangannya sebelum para wanita itu berjalan lebih dekat. Wajah para wanita itu terlihat kecewa begitu mendapat penolakan telak dari pria tampan itu. Bian mengedarkan matanya ke segala penjuru ruangan. Beberapa di antara mereka melambaikan tangan ke arahnya yang di acuhkan nya. Dia tidak mengenal semua orang di sana. Mungkin beberapa relasi bisnisnya yang tidak dia ingat kapan mereka menjalin kerja sama. Atau mungkin para karyawannya dan bisa juga rivalnya dan pengagumnya. Untuk yang terakir dia menolak di kagumi oleh wanita itu menjijikkan. Bodoh, kenapa dia harus mencari Kanaka di lantai dasar? Pasti dia tidak ada di sana. Yang pasti si b******k itu berada di lantai dua. Berulang kali Bian menghindari wanita yang ada di sana. "Haiss!" Bian berdecak kesal begitu melihat Kanaka sedang berdansa dengan salah satu wanita. ### Di luar club terjadi aksi tarik menarik tiga wanita cantik. Aksi mereka tersebut menjadi pusat perhatian dari beberapa pengunjung. Kyomi dan kedua sahabatnya, Ghea dan Pamela. Kyomi menolak untuk masuk karena sebelumnya dia tidak pernah menginjakkan kaki ke tempat tersebut. Bahkan di usianya yang sudah menginjak angka 24 tahun. Ghea dan Pamela bukanlah gadis nakal yang sangat mencintai dunia malam tapi keduanya tidak sepolos Kyomi. Sesekali mereka mendatangi tempat seperti itu untuk sekedar hiburan yang faktanya justru menambah masalah dan daftar dosa mereka. Club yang mereka datangi sekarang adalah satu- satunya club termewah yang hanya di datangi para manusia elit alias kaya raya. Mendapat undangan gratis tentu saja Ghea dan Pamela memutuskan untuk hadir. Kanaka merupakan boss mereka, suatu kebanggaan bagi mereka yang mendapat undangan. Mengingat mereka bertiga adalah karyawan baru. Suatu keberuntungan bagi mereka bertiga saat memutuskan untuk melamar kerja ke perusahaan BKK Crop. Tidak di duga dan di sangka mereka bertiga di terima di perusahaan itu. "Kita sudah di sini, tidak mungkin untuk putar balik dan pulang." Pamela mulai bersuara. "Dan apa yang akan kita katakan pada boss jika bertanya tentang perihal kita bertiga yang tidak datang?" Kyomi memutar bola matanya malas. "Yang di undang bukan kita saja, semua karyawan mendapatkan undangan melalui pengumuman di mikrofon. Kita tidak mendapat undangan khusus, jika kita tidak hadir mereka tidak akan menyadari ke tidak hadiran kita." "Tapi jangan lupa jika tidak jadir dalam pesta akan mendapatkan potongan 30 persen. Dan kita tidak mendapatkan bonus bulanan. Kau yakin tidak akan masuk?" Ghea bersedekap menatap Kyomi menunggu reaksi gadis itu. "Aturan konyol macam apa itu?" Kyomi berdecak kesal. Dia menghentakkan kakinya dan melangkah masuk. Ghea dan Pamela bertos ria. "Saatnya partyyyy." Seru keduanya dengan kompak. Dan akhirnya mereka masuk setelah menunjukkan id card tempat mereka bekerja dan pintu langsung di buka. Sudah di katakan tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam. Sekarang mereka sudah berada di tengah hiruk pikuk club malam. Kyomi merinding dan melihat ngeri sekelilingnya. Di sana banyak wanita memakai pakaian kurang bahan. Bahkan tidak sedikit yang berciuman tanpa merasa risih dengan orang di sekitarnya. Mereka sibuk dengan kegiatan masing- masing. Benar- benar gudang dosa. Untuk sesaat Kyomi ragu untuk melanjutkan langkahnya. Tapi Ghea dan Pamela segera menariknya masuk lebih dalam ke tengah hiruk pikuk club tersebut. Beberapa pasang mata menatap pada mereka bertiga. Ada yang menatap kagum dan ada yang menatap dengan tatapan aneh. Tentu saja tatapan kagum di tujukan pada Ghea dan Pamela yang berpenampilan sangat menarik dan cantik. Dan tatapan aneh jelas di layangkan padanya. Celana jeans hitam dan kaos hitam kebesaran itu yang Kyomi gunakan. Kostum yang cukup menarik perhatian tapi dia tidak memperdulikannya. Tanpa Kyomi sadari kini mereka sudah berada di lantai 2 yang di buat party bos nya. Keramaiannya masih sama namun aromanya berbeda. Tidak membuat mual seperti di ruangan yang dia lewati tadi. "Ayo kita ucapkan selamat dan segera pulang." Kata Kyomi yang tidak mendapat jawaban dari ke dua sahabatnya. Kyomi menoleh ke belakang dan tidak menemukan kedua sahabatnya lagi. Yerang saja keduanya sudah menikmati party tanpa memperdulikannya. Teman yang baik bukan? "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Di mana boss ku?" Gumam Kyomi. Kyomi mengedarkan pandangannya mencari sosok Kanaka. Sembari mengedarkan pandangannya Kyomi terus berjalan. Tidak bossnya, tidak kedua sahabatnya, dia tidak melihat salah satu dari mereka. Kyomi mendaratkan pantatnya tanpa menoleh ke belakang. "Excuse me!" Suara bariton yang terdengar kesal menoleh ke belakang dan seketika dia terbelalak. "Astaga, apa ini? Aku duduk di atas pangkuan seorang pria?" Jerit Kyomi dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD