Seiran terdiam dia mencerna ucapan Herdandes sedangkan Ferdinan berusaha mencari akal agar gadis itu tidak mempercayai ucapan pria itu, dia melirik Fransis berharap pria itu sudah membuka matanya dan membantunya namun nyatanya pria itu masih menutup matanya lalu dia kembali berfikir dia harus menemukan cara agar gadis itu lebih percaya padanya, entahlah dia terkadang merasa bingung harusnya biarkan saja gadis itu tau kalau bukan dia calon suaminya tapi pria yang belum sadar dari pingsannya tapi justru hatinya menginginkan gadis itu tetap percaya bahwa dialah tunangannya.
"Sayang, kau tak perlu mendengarkannya. Dia hanya iri karena dia hanya seorang CEO."dia berusaha membujuk gadis itu namun dia sendiri tidak tau tingginya jabatan seorang CEO. Hernandes mendelik tajam padany namun dia tak merasa takut akhirnya perdebatan panas lagi-lagi terjadi gadis itu hanya menghela nafas lelah melihat mereka selalu ribut seperti ibu-ibu dipasar.
Sepasang iris kecoklatan mulai menampakkan sinarnya dia mengerang tertahan sambil mencengkram perutnya yang menyapanya dengan rasa nyeri, disaat seperti ini telinganya menangkap suara ribut diruang rawatnya dia melihat sahabat dan sepupunya kembali adu mulut yang menurutnya tak berguna dia menghela nafas.
Ingin sekali dia berteriak menghentikan pertengkaran mereka atau sekedar memintak tolong untuk memanggilkan dokter untuknya namun suaranya sangat sulit untuk dikeluarkan tenggorokannya terasa kering tubuhnya terasa lemas perutnya terasa semakin menyakitkan. Dia masih menatap kedua pria yang masih ribut itu lalu mengalihkan pandangannya pada sang pujaan hati gadis itu terlihat gerah melihat keributan itu, rasanya dia ingin menjauhkan gadisnya dari mereka tapi jangankan untuk menjauhkan bergerak saja dia tidak bisa.
ikatan hati insan yang saling mencintai sangatlah kuat hingga mereka akan bisa merasakan apa yang diarasa sang pujaan hatinya.
Seiran merasa debaran aneh dihatinya dia seperti merasa cemas sedih juga rindu dia menoleh kebelakang mendapati Fransis sedang kesakitan sambil memegangi perutnya matanya terbuka tertutup keringat dingin mengalir dipelipisnya, dia segera berlari menghampiri pria itu lalu membungkuk untuk mensejajarkan dengannya lalu memegang tangan pria itu yang berada diatas perutnya.
"Kau kenapa?"tanyanya khawatir. Pria itu memandang gadisnya yang terlihat khawatir buru-buru dia bersikap sok kuat dan seakan dia baik-baik saja.
"H-hanya butuh air"lirihnya. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum lalu menyerahkan segelar air padanya. Dia membantunya untuk meminumnya.
"Terimakasih"katanya. Gadis itu tersenyum saat gadis itu berbalik untuk menaruh gelasnya pria itu kembali memejamkan matanya menahan rasa nyeri diperutnya. Dan tersenyum saat gadisnya berbalik kearahanya.
"Maaf, tidak bisa menghentikan mereka"sesalnya.
"Mereka memang begitu"jawab Fransis. Seiran terus memandangi wajah Fransis sambil tersenyum sendiri dia terpana dengan kesempurnaan wajah itu tanpa sadar tangannya terulur menyentuh wajah itu, menelusuri setiap incinya.
"Kenapa?."pertanyaan Fransis menyentakkannya dari lamunannya. Dia kelabakan dan langsung menarik tangannya membuang mukanya kesamping.
Sementara itu Ferdinan dan Hernandes telah menghentikan adu mulut yang tak berguna mereka, lalu mengalihkan perhatian mereka pada Fransis dan Seiran. Ferdinan memperhatikan pria itu matanya membulat dia mengerti pria itu sedang menyembunyikan kelemahannya dari gadis itu diapun segera menghampiri pria itu.
"Frans"panggilnya. Fransis mengalihkan perhatiannya pada sahabatnya. Ferdinan dapat melihat sorot mata kesakitan dari sahabatnya diapun mengalihkan perhatiannya pada gadis itu.
"Seiran, boleh mintak tolong?"tanya Ferdinan. Gadis itu mengalihkan perhatiannya padanya dan mengangguk.
"Belikan aku obat sakit hati diapotek depan rumah sakit, bisakan?"katanya dengan ekspresi wajah memelas. Awalnya gadis itu bingung namun langsung menganguk.
"Pak CEO yang terhormat tolong antarkan kekasihku,ya?"pintanya dibuat semanis mungkin, tapi bagi Hernandes Ferdinan sama sekali tidak ada manis-manisnya.
"Hn"jawabnya singkat. Kemudian mereka berdua meninggalkan Fransis bersama Ferdinan.
"Kenapa ingin obat sakit Liver?"tanya Fransis. Ferdinan menyerngit bingung.
"Memang siapa yang meminta obat untuk penyakit begituan?"tanyanya balik.
"Kau'kan?"tanya Fransis memastikan.
"Aku tidak punya penyakit begituan Frans, aku hanya sakit hati karena sepupumu itu hampir membongkar rahasia kita pada Seiran"jelasnya. Pria itu mengangguk mengerti.
"Apa perlu aku panggil dokter?"tanya Ferdinan.
"Tidak"jawabnya singkat.
"Tapi aku lihat barusan kau kesakitan, hanya pura-pura tidak sakit saja"kata Ferdinan.
"Sekarang sudah mendingan"jawabnya.
"Oh ... sukurlah"jawab Ferdinan lega.
*****
Hernandes dan Seiran berjalan beriringan dengan keheningan lalu gadis itu membuka suara.
"Maaf. Pak CEO- ."ucapan Seiran terpotong oleh perkataan Hernandes.
"Panggil Hernandes saja"katanya.
"Baiklah"kata Seiran.mereka ngobrol sambil berjalan.
"Benarkah yang anda katakan tadi?"tanyanya.
"Tidak perlu terlalu formal"jawabnya.
"Iya. Benarkah Ferdinan itu seorang Supir?"tanyanya memastikan. Pria itu terkekeh mendengar pertanyaannya.
"Kau ini kekasihnya'kan?, kalian bahkan sudah bertunangan, kenapa masih tanya harusnya kau sudah tau'kan nona"jawabnya. Gadis itu menggigit bibirnya, dia tidak tau harus bagaimana dan siapa yang harus dipercaya.
"Memangnya saat kau pacaran sampai tunangan dia tidak pernah cerita padamu apa pekerjaannya?"tanya Ferdinan.
"Dia bilang, dia adalah seorang komisaris diperusahaan besar"jawabnya.
"Kau tidak tanya apa nama perusahaannya?"tanya Hernandes. Mendadak gadis itu menghentikan langkahnya dia baru teringat kalau tunangannya itu adalah komisaris diperusahaan Lonenlis.
"Ada apa?"tanya Hernandes bingung.
"Lonenlis, aku baru ingat dia adalah seorang komisaris diperusahaan Lonenlis"guamamnya. Pria itu menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum sinis.
"Tapi, tuan Lonenlis bilang, Ferdinan itu tunanganku"katanya lagi. Pria itu menghela nafas.
"Apa waktu itu kau buta?"tanya Hernandes. Gadis itu menggeleng.
"Lalu kenapa kau tidak mengenali wajahnya?"tanyan Frustasi. Gadis itu lagi-lagi terbungkam dia sungguh bingung harus menjawab apa, dia tidak mungkin berkata jujur mau ditaruh dimana mukanya jika dia jujur.
"Kenapa diam?"tanyanya penuh selidik. Dia memberanikan diri mendongak menatap Hernandes.
"Aku menutup mataku dengan kain saat aku pacaran sampai aku tunangan dengannya"cicitnya. Hernandes menepuk dahinya sendiri sungguh dia tidak mengerti pikiran gadis ini.
"Apa?, kau kira ini mahabarata, ratu gandari menutup matanya saat menikah dengan raja destrarata, ya tuhan ..."gadis itu hanya bisa menunduk. Kemudian mereka sampai diapotek lalu membeli obat sakit hati alias sakit liver padahal Ferdinan sakit hati dalam artian beda.
******
"Frans"panggil Ferdinan yang terlihat gusar.
"Hn"jawab Fransis singkat.
"Bagaimana kalau rahasia kita terbongkar?"tanyanya gusar. Fransis memandang sahabatnya penuh selidik.
"Kau takut kehilangan Seiran?"tanyanya penuh selidik. Sejujurnya dia juga tidak mengerti kenapa hatinya seakan tak rela bila gadis itu tau yang sesungguhnya dan kemungkinan besar akan kembali pada sahabatnya itu.
"Kau sungguh jatuh cinta padanya?"tanya Fransis lagi. Pria itu tersenyum.
"Maafkan aku Frans, aku menghianatimu"katanya penuh sesal. Sesungguhnya hati Fransis terasa sesak saat mengetahui sahabatnya mencintai kekasihnya namun dia tau dialah yang bersalah tanpa sadar telah menyerahkan kekasih hatinya pada pria lain.
tolong berikan love ok?