Dirga terhenyak mendengar permintaan Alana. Pria itu mencoba untuk tetap berpikir positif. Mungkin saja Alana memintanya untuk mencium pipinya saja.
"Kamu ingin Ayah mencium kamu?" tanya Dirga memastikan.
Alana mengangguk dengan wajah polos. Dia memejamkan matanya saat Dirga mulai merendahkan wajahnya ke arahnya.
Cup
"Sudah kan?" tanya Dirga sembari menjauhkan wajahnya dari wajah Alana.
Gadis itu mengerjap saat merasakan kecupan singkat di pipinya. Dia menatap pria dewasa di atasnya dengan pandangan cemberut.
"Kok di pipi sih, Yah." kata Alana setengah merengek.
"Memangnya dimana lagi? Sudahlah. Lebih baik kamu segera mandi dan bantu Ayah beres-beres rumah." ujar Dirga santai dan beranjak dari atas Alana. Melepaskan cekalan gadis itu dengan mudah.
Alana yang gagal mendapatkan apa yang dia mau pastinya merasa kesal. Dengan memberenggut dia bangun dari berbaringnya dan masuk ke dalam kamar mandi dengan wajah kesal.
Di dalam kamar mandi, Alana tak berhenti menggerutu karena Dirga salah paham dengan permintaannya. Sepertinya dia harus pura-pura polos agar ayah tirinya itu tidak curiga.
Alana ingin merasakan sentuhan ayah tirinya pada tubuhnya. Tapi dia juga tidak ingin Dirga menganggapnya buruk. Sehingga tidak ada cara lain selain pura-pura menjadi gadis polos yang tidak tahu apa-apa.
Gadis itu menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia menepuk keningnya saat tidak mendapati handuk yang biasa dia pakai tergantung di belakang pintu.
Namun sepersekian detik, wajah Alana berubah menyeringai. Sepertinya ini kesempatannya untuk menggoda ayah tirinya tanpa Dirga sadari.
Ceklek
Alana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Dia mendapati sang Ayah yang sedang sibuk menata kayu-kayu bakar yang ada di halaman belakang.
"Ayah..." teriak Alana keras.
Dirga yang mendengar teriakan putri tirinya bergegas masuk ke dalam. Dia menatap bingung pada Alana yang bersembunyi di balik pintu kamar mandi.
"Alana? Ada apa?" tanya Dirga dengan sebelah alisnya terangkat naik.
Alana menampilkan senyum meringis dengan raut pura-pura malu.
"A-Alana lupa nggak bawa handuk, Yah. Kaya nya jatuh waktu digelitikin Ayah tadi deh." kata Alana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Dirga membuang napas berat dengan kepala menggeleng-geleng. Ada-ada saja tingkah putri tirinya ini.
"Ya sudah. Biar Ayah carikan. Mungkin jatuh di ruang tengah." kata Dirga yang diangguki oleh Alana.
Pria itu lalu berjalan menuju ruang tengah. Mengedarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan. Dirga tersenyum geli karena mendapati handuk itu teronggok di bawah kursi. Dia langsung membawanya untuk diberikan pada Alana.
"Ini. Lain kali cek dulu sebelum masuk ke kamar mandi." kata Dirga menasihati.
Alana tampak cengengesan dan menerima handuk itu dengan wajah memerah.
"Makasih, Yah." balas Alana tersenyum malu.
Dirga mengangguk ringan dan hendak kembali melanjutkan kegiatannya. Namun dia merasa haus sehingga dia memutuskan untuk membuat minuman dingin terlebih dahulu.
Di dalam kamar mandi, Alana bergegas melilitkan handuknya ke bawah ketiaknya. Handuk kecil itu hanya mampu menutupi setengah d**a dan pahanya. Membuat penampilannya benar-benar menggoda.
Ceklek
"Eh, Ayah masih di sini." gumam Alana saat mendapati Dirga masih berada di dapur.
Senyum misterius tampak di wajah cantik Alana. Gadis itu sengaja berjalan dengan lemah gemulai mendekati ayah tirinya.
"Ayah lagi bikin apa?" tanya Alana.
Dirga yang mendengar pertanyaan dari Alana seketika menoleh. Namun dia buru-buru membuang wajahnya ke arah lain.
"Kamu kenapa tidak segera ganti baju, Alana?" kata Dirga memalingkan wajahnya tak ingin menatap putri tirinya.
"Emangnya kenapa, Yah?" tanya Alana pura-pura polos.
Dirga merasa de javu saat mendapati Alana hanya memakai selembar handuk saja di depannya. Waktu itu Alana mengira jika dia akan tergoda pada tubuhnya. Namun sekarang, Dirga justru mendapat pertanyaan polos dari gadis itu.
Pria itu membuang napas berat dan menatap wajah Alana.
"Kamu tidak seharusnya memakai seperti ini di depan Ayah." kata Dirga setengah gusar.
"Maaf, Yah. Alana udah biasa kaya gini waktu di rumah Papa Danu. Kan di kamar Alana ada kamar mandinya sendiri." balas Alana dengan wajah memberenggut.
Dirga yang mendengar jawaban dari Alana menjadi serba salah. Sepertinya dia sudah membuat gadis itu sedih dan mengingat mendiang Papanya.
"Tidak apa-apa. Besok-besok jangan diulangi lagi." kata Dirga yang merasa canggung dengan situasi di antara mereka.
Namun bukan Alana jika gadis itu akan patuh. Nyatanya, beberapa menit kemudian, dia justru keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaos super ketat berwarna hitam, yang dipadukan dengan rok pendek kotak-kotak yang panjangnya hanya sebatas setengah paha.
Dirga menghembuskan napas gusar melihat penampilan Alana saat ini. Sepertinya, putri sambungnya itu memang susah untuk dinasihati.
"Apa semua baju-baju kamu seperti ini?" tanya Dirga menatap Alana dengan pandangan datar.
Alana yang mendengar pertanyaan tersebut mengangguk polos. Membuat Dirga membuang napas berat karena tidak tau harus berekspresi seperti apa lagi.
"Ya sudahlah. Yang penting jangan keluar rumah dengan pakaian seperti itu." kata Dirga menasihati.
Alana mengangguk patuh dengan senyum manis terpatri di bibirnya. Gadis itu merasa Dirga begitu perhatian padanya. Sepertinya Alana harus lebih bekerja keras lagi untuk mendapatkan perhatian dari ayah tirinya itu.
"Ayah sudah memasak sesuatu untuk sarapan. Kamu mau makan sekarang?" tanya Dirga sembari menatap Alana dengan pandangan biasa. Namun Alana justru merasa salah tingkah dibuatnya.
"Em, i-iya, Yah. Ayah mau makan dimana?" Alana gantian bertanya pada sang ayah.
"Ayah sedang ingin makan di ruang tengah." jawab Dirga sembari mengelus brewoknya dengan pose berpikir.
"Ya udah Ayah tunggu aja di sana. Biar Alana yang siapin sarapannya." kata Alana yang mulai menunjukkan perhatiannya.
Dirga tampak manggut-manggut dan meninggalkan Alana menuju ruang tengah. Setelah kepergian sang ayah, gadis itu dengan sigap langsung menyiapkan sarapan sederhana yang telah dibuat oleh Dirga ke atas dua piring saji.
Alana berjalan berlenggak-lenggok menuju ke tempat Dirga berada. Pria itu tengah bertelanjang d**a dengan sebuah kardus bekas yang digunakan sebagai kipas. Melihat itu, Alana menjadi salah tingkah dibuatnya.
"I-Ini, Yah." kata Alana sembari menunduk. Meletakkan sepiring nasi goreng buatan ayahnya di depan pria itu.
Dirga yang awalnya tengah menonton TV dan merasa gerah semakin dibuat gerah kala tidak sengaja melihat belahan d**a Alana yang terlihat saat gadis itu menunduk di depannya.
Pria itu terlihat mengerjap dan berusaha menormalkan wajahnya agar tetap terlihat biasa saja. Namun dalam hati dia merasa bergejolak karena pemandangan indah itu.
"Kenapa dengan reaksi tubuhku ini? Hanya melihat belahan d**a Alana tanpa sengaja saja sudah membuatnya mengeras." gumam Dirga dalam hati.
***