Rentetan pasukan Ghoul itu tak kunjung habis. Gert yang berusaha memukul mundur mereka kelelahan karena stamina yang ia miliki terbatas. Apalagi dia sedang mengalami luka saat bertarung dengan Larion sendirian sebelum Aalina dan Baroth datang. Dia meringkuk Ghoul itu sendirian, walaupun ada beberapa Prajurit Izia yang berada di sekitarnya hanya tersisa sedikit berusaha membantu Gert semaksimal mungkin. Mereka tidak bisa berbuat banyak, pasukan Ghoul ini terlalu ganas dan cepat bagi mereka, membuat mereka cukup sulit untuk melakukan perlawanan dan memukul mundur balik.
Ghoul-ghoul ini juga berbeda daripada yang mereka lawan biasanya ada sebuah inti energi sihir membuat mereka jauh lebih kuat daripada Geet coba lawan kemarin. Entah karena memang ramuan yang tepat atau Larion berusaha mencari kelemahan Gert namun memang Pasukan Ghoul ini membuat Gert kewalahan. Walaupun dengan senjatanya yang sakti, tetap saja ia tidak bisa meringkusnya dengan mudah. Apalagi dengan tenaga yang sendirian. Sementara Baroth dan Aalina sedang sibuk melawan Larion bersama-sama
Menggunakan wujud perinya membuat Aalina bisa terbang bebas dengan sayap transparannya. Dia menyerang Larion dengan panah-panah magisnya seraya melayang kesana kemari menghindari serangan Larion. Sihirnya nampak seperti tak terbatas, mungkin memang meminjam kekuatan dan energi sihir dari leluhur membuat Aalina benar-benar lebih kuat daripada kondisi biasanya. Sesekali, ia melirik Gert yang kepayahan melawan para Ghoul itu. Ia menurunkan sihir panah yang mengenai para Ghoul itu secara massal. Mencoba sedikit meringankan beban Gert
Tidak bisa mengejar Larion yang terus saja melayang, kaki Baroth sudah mulai merasa kelelahan. Terlalu banyak melompat membuat tumit kakinya kaku tak nyaman saat digerakkan. Namun tidak ada pilihan lain, Baroth harus melakukan itu. Dia tidak bisa terbang melayang layaknya Aalina dan Larion. Satu-satunya cara baginya untuk menyamakan kedudukan mereka adalah mencoba melompat mencari waktu yang tepat agar bisa memotong sayap Larion dalam sekali tebas, Baroth sudah pernah mencobanya, waktu pertama kali dia meloncat di saat yang tepat dan memotong sayap Larion. Dengan mudah Larion menghindar dan tiba-tiba sudah berpindah berada di belakang punggung Baroth. Sama seperti teknik yang ia gunakan sebelumnya. Baroth sudah mengetahui bagaimana pola dari pria bertanduk itu, ia berencana menggunakan rencana itu sekali lagi. Dia berhasil memotongnya. Namun malah mendapat tertawaan dan cercaan dari Larion. Sayap itu tumbuh kembali serasa memang tak ada gunanya bagi Baroth untuk memotong sayap itu.
“Hahahaha… Usaha yang bagus. Namun sayang, usaha yang baik tidak berarti akan selalu berhasil Baroth!” Ucap Larion sambil memukul tubuh Baroth mundur menabrak salah satu dinding bangunan. Pukulannya dialiri energi sihir negatif membuat Baroth cukup kesulitan untuk kembali bangkit dengan mudah.
Perubahan fisik Larion cukup mirip dengan perubahan yang dilakukan Pollen di saat-saat terakhir. Aalina menyadari itu, ia mengingat betul bagaimana Pollen terkapar dan berubah menjadi abu saat terkena sihir panah cahayanya. Namun yang membedakan antara perubahan Pollen dan Larion adalah pada perubahan Pollen ada sebuah bintik-bintik berwarna hitam yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Mirip seperti loreng yang ada pada harimau. Sementara kulitnya keras, keras disini benar-benar keras bukan seperti batu, melainkan seperti tembaga, emas, dan logam mulia lainnya. Dan juga bila dibandingkan orang lain yang bertarung di sini, tubuh Larion tampak belum mengalami cedera sedikitpun. Berbeda dengan Aalina dan Baroth yang sudah terlihat lecet di beberapa bagian tubuhnya. Walaupun itu sebenarnya karena mereka kesulitan menghindari serangan-serangan Larion bukannya terkena langsung oleh serangannya.
Aalina tidak menduga Larion mampu menguasai sihir prnyerangan bahkan melebihi dirinya. Yang dia ketahui adalah Larion justru menguasai sihir-sihir yang berhubungan tentang alat atau sesuatu untuk membantu seseorang seperti telekinesis, pengobatan, armament, dll. Selama Aalina bertarung dengannya, ia belum pernah melihat Larion menggunakan sihir-sihir itu. Ia heran bagaimana sihir seperti cahaya kegelapan yang memancar dan ular-ular yang Larion keluarkan sebelum ia berubah wujud bisa dikeluarkan dengan mudah. Karena sebenarnya sihir yang dia gunakan itu bukanlah sihir mudah, perlu waktu bertahun-tahun bahkan seumur hidup seseorang untuk mempelajari sihir p*********n kompleks seperti itu. Mungkin memang wanita yang Larion sebutkan tadi berdampak sangat besar pada pengembangan kemampuan sihirnya menjadi seperti ini.
Larion yang melayang di tengah-tengah langit mendengar suara Baroth berteriak meloncat dari belakang. Di hadapannya ia melihat Aalina menarik busur panah tepat di depan matanya dialiri dengan energi sihir yang berpijar kemana-mana. Ini baru pertama kalinya dia terjebak dan tak bisa keluar. Dia harus ikhlas menerima dua serangan itu secara mentah-mentah. “Rasakan ini!” Teriak Aalina dan Baroth secara bersamaan.
Tebasan pedang Baroth membuat Larion tersungkur ke depan hampir menyayat separuh badannya. Sementara sayapnya juga ikut tersayat dan patah karena sabetan pedang Baroth. Serangan tadi bukanlah serangan biasa, Baroth membumbui bilah pedangnya dengan baluran energi anti-sihir. Ilmu yang ia miliki secara diam-diam dan menyembunyikannya kepada Neville. Takut mungkin sihir itu adalah salah satu sihir yang terlarang.
Sementara Aalina dengan panahnya mengeluarkan anak panahnya melesatkan tepat ke arah muka Larion yang terdorong ke depan akibat serangan Baroth sebelumnya. Serangan Aalina sama seperti serangan yang ia lakukan kepada Pollen di saat terakhir. Karena masih syok tak bisa menghindar sayapnya patah, muka Lariin tertusuk panah Aalina tepat diantara kedua matanya. Tak lama kemudian, panah itu berubah menjadi cahaya menghanguskan tubuh Larion. Cahaya berpijar dari atas sampai kebawah. Larion benar-benar terbakar saat ini, cahaya putih memerangkapnya tak bisa keluar kemana-mana
Para Ghoul seakan-akan terhipnotis melihat cahaya itu. Mereka berhenti menyerang mendongak ke atas. Memang kalau dilihat secara kasat mata, cahaya itu nampak seperti turun dari kahyangan jatuh langsung ke bumi. Cahaya itu tak hilang dengan cepat, itu terus saja bersinar cukup lama. Gert kebingungan, bukannya lari dari cahaya itu, para Ghoul malah menghampirinya. Ikut memusnahkan sebagian dari mereka. Apa sebenarnya sihir yang Aalina lakukan sampai-sampai bisa melakukan seperti itu?
Hingga akhirnya cahaya itu berhenti. Mayat para Ghoul menumpuk sangat tinggi di area cahaya Aalina. Sementara Larion terlihat berada di puncaknya. Tak berdaya dan kesakitan. Sebagian tanduknya mulai patah, kemungkinan besar karena terkena tebasan Baroth. Aroma para Ghoul itu tercium gosong seperti roti yang terpanggang dengan matang. Tak lama kemudian, Larion bangun, menggunakan tangannya sebagai penumpu berdiri. Baroth melihat itu, ia langsung saja meloncat dan menghampiri Larion sekali lagi. Namun tidak menyerang biasa, dia memanggil dua bola-bola sihir berwarna ungu di samping bahu kiri dan kanannya. Bola-bola itu berotasi sangat cepat sambil menghantarkan energi sihir kesana kemari berpencar. Tampak bila-bola itu akan ikut menyerang Larion terlebih dahulu.
“Sudah Cukup!” Teriak Larion memukul bola-bola itu kembali memecahkan suasana yang ada disekitarnya. Udara menjadi kotor, bau anyir dan asam. Baroth yang merasakannya menutup hidungnya sendiri erat-erat, pria itu masih berada di udara membatalkan sabetan pedangnya sekali lagi. Karena ia tahu, sihit yang dikeluarkan Larion kali ini cukup berbahaya. Ketahanan sihirnya tidak cukup membuatnya bisa bertahan hidup dengan mudah.
Sementara Aalina, yang masih melayang di udara. Tampak kecewa, karena sepertinya sihir cahaya yang ia lakukan kepada Larion tidak cukup untuk membuatnya tumbang dalam sekali serangan. Cahaya yang dihasilkannya juga tidak cukup untuk menjernihkan lingkungan di sekitarnya kembali. Perlahan-lahan Aalina berubah menjadi wujud manusia asalnya. Sayapnya perlahan menghilang, dan kemudian jatuh melayang ke tanah. Tanpa sayapnya dia tidak bisa melayang dengan leluasa kembali. Dengan penglihatan setengah sedikit kabur, Aalina melihat Gert berada di bawahnya, bersiap-siap untuk menangkap tubuhnya lemas tak berdaya. Namun Gert juga sedikit berusaha agak krpayahan berada di bawah sana. Masih ada beberapa sisa-sia Ghoul yang mencoba menyerangnya. Namun dengan sigap, Gert berhasil mengalahkan semua Ghoul di hadapannya dan berusaha meloncat membawa tubuh Aalina.
“Aalina, apa kau tidak apa-apa” Aalina berada di dekapan Gert tak berdaya. Sisa-sisa energi sihirnya yang digunakan untuk melawan benar-benar habis sekarang. Sihir panah cahaya yang baru saja ia lakukan untuk menyerang Larion menguras banyak sekali energi sihir dalam dirinya. Di samping kirinya, ia melihat Larion, berdiri bangkit setelah terkena sihirnya.
“Maafkan aku,” Ucap Aalina menyesal. Sepertinya yang ia lakukan percuma saja. Namun Gert langsung membantahnya. “Tidak Aalina, kau tidak perlu minta maaf. Yang kau lakukan sungguhlah sangat berguna bagi kami. Lihat para Ghoul itu, berkatmu, bebanku sedikit terbantu. Justru, aku harus berterima kasih kepadamu Aalina” Balas Gert meskipun ia tidak tahu bagaimana kondisi yang terjadi dengan Larion tepatnya sekarang.
Larion berdiri di atas tumpukan para Ghoul yang sangat tinggi. Menatap Baroth dengan angkuh dan arogan. Sayapnya mulai tumbuh, walaupun secara perlahan tidak seperti sebelumnya yang berjalan sangat cepat. “Aku tidak akan pernah memaafkanmu karena bersekutu dengan seseorang yang membunuh rajaku.” Baroth menghatdik Larion dengan keras. Namun, Larion tampak tak mengindahkannya. Ia melirik ke arah Aalina yang terkapar lemas kehabisan energi sihir.
“Kau sungguh ingin melakukan ini? Maksudku, tidakkah kau melihat apa yang terjadi kepadanya. Mungkin saja kau menjadi orang yang selanjutnya, entahlah, aku tidak begitu yakin. Tapi bukankah bertarung denganku akan memperkecil kemungkinan mu untuk melawan Nona Arleth? Dia jauh puluhan kali lebih kuat dariku loh.” Balas Larion dengan santai tidak membuat Baroth tersentak sedikitpun. Malahan dari balik tubuhnya, keluar energi dalam jumlah besar seperti tak habis-habis setelah beberapa kali pertarungan yang ia lakukan di Izia. Energi itu bersifat negatif, mirip dengan pancaran yang dikeluarkan Larion saat mengeluarkan sihirnya. Membuat Larion sedikit waspada dengannya. Ternyata legenda itu benar, dia bukanlah panglima biasa.
“Apakah aku harus takut kepada seseorang yang memiliki sayap patah?” balas Baroth dengan keangkuhan yang tak kalah besar. Larion turun dari tumpukan Ghoul itu. Dia membelek nadi yang ada di tangan kanannya, memperlihatkan darah berwarna hitam, ia biarkan mengucur dengan deras. Namun lama kelamaan, darah itu memadat, dan membentuk seperti logam mulia berwarna hitam dan tajam di salah satu sisinya. Larion memegang salah satu sisi yang tampak tidak tajam di ujungnya, menyabetnya sekali ke udara membersihkan sisa-sisa darah yang belum sempat terpadatkan, darah-darah itu menyebar dan memuncrat kemana-mana. Benar-benar terlihat menjijikkan dan beraroma anyir, seperti mayat yang busuk berbulan-bulan.
“Baiklah, jika itu maumu, kita akan melakukan ini” Larion melesat menghampiri Baroth membawa pedang yang terbuat dari darah hitamnya sendiri itu, ia mencoba menyabet Baroth yang masih belum sempat ada waktu untuk mengelak, namun saat dia melakukannya, Baroth menendang siku tangan Larion, menyentakkan ke atas, membatalkan serangannya kepada Baroth. Lalu, ia menendang perut Larion dan memundurkannya beberapa langkah ke belakang. “Jika kau ingin beradu pedang, maka kau bertarung dengan orang yang salah”
Larion masih bisa menahan tendangan itu membuatnya tidak terdorong mundur terlalu jauh, Larion kembali menyerang Baroth dengan melejit kilat, ia tampak benar-benar tak mengindahkan perkataan Baroth, dia menggunakan salah satu teknik sihirnya, menggandakan dirinya, tiba-tiba dua sosok muncul memutari Baroth, sosok yang benar-benar sama seperti Larion terlihat seperti kembar.
Baroth tidak tahu itu hanyalah ilusi belaka atau memang dia menggunakan sihir kloning untuk menggandakan dirinya. Namun asumsinya adalah dia sudah tidak memiliki banyak energi sihir dilihat dari skala teknik sihirnya yang tidak begitu kompleks seperti sebelumnya. Mungkin saja karena panah Aalina memang membuat sebagian dari dirinya tidak bisa pulih seutuhnya, sama seperti tanduk sebelah kiri dan sayapnya yang tidak kunjung tumbuh dengan utuh.
Bukannya fokus dan melihat situasi dan kondisi, Baroth malah memejamkan matanya. Untuk saat ini penglihatannya hanyalah sebuah tipuan, dia menggunakan keempat inderanya yang lain untuk menemukan posisi Larion yang sebenarnya, ia berusaha mengingat-ingat bagaimana bau dan rasa dari darah milik Larion yang baru saja ia rasakan meskipun secara tidak langsung.
Baroth membuka matanya, dengan cepat ia membuka matanya, seakan-akan firasat dan apa yang ia rasakan bisa bersatu. Dia menyabet diri Larion yang sebelah kiri. Dan tentu saja tebakan Baroth tepat akurat, ia menyerang orang yang benar.
Tepat dari ujung bahu kiri sampai pinggang sebelah kanan. Larion berteriak kesakitan. Sementara bayangan ilusi dirinya yang lain, memudar dengan sendirinya. Cuaca berubah menjadi tidak menentu, sisa-sisa Ghoul yang dilawan Gert sendirian bertindak diluar batas. Gert tidak melihat ke arah Larion dan Baroth sama sekali, tidak sadar kalau sekutunya itu telah mengalahkannya.
Larion terus saja berteriak dengan keras, namun Tak sampai disitu saja, Baroth langsung melanjutkan serangannya menyerang Larion dengan menusuk langsung tembus ke perutnya. Mengeluarkan darahnya yang hitam pekat. Larion berubah wujud, menjadi manusia biasa. Dengan kurus kering dan cedera yang berkelanjutan. “Ini dajakah kemampuanmu? Huh, dasar payah” ucap Baroth kecewa dengan pertarungan yang ia lakukan merasa segala yang dilakukannya sia-sia dan tidak memenuhi kepuasannya.
Sesaat setelah Larion berubah wujud, para Ghoul itu berubah hilang menjadi abu, sama seperti yang pernah mereka kalahkan sebelumnya. Gert yang bertarung sambil menggendong Aalina, menurunkannya. Berasumsi bahwa situasi berubah menjadi aman.
Namun dari kejauhan, terlihat sosok yang melayang menggunakan kepakan sayapnya datang menghampiri mereka, Aalina melihat sosok itu, ia familiar dengannya. Dan tentu saja, itu adalah Pollen, dengan wujud iblisnya. Dia berdiri mencoba menjemput tubuh Larion yang sudah tak berdaya. “Aku kemari menjemputnya, tak ada urusan lagi dengan kalian. Kalian bisa bersenang-senang sekarang, walaupun untuk waktu yang sementara. Berbahagialah wahai para makhluk lemah” ucap Pollen yang datang tiba-tiba dan langsung saja melayang terbang menjauh.
Aalina, Baroth, dan Gert mencoba menghentikan Pollen, namun usaha mereka sia-sia. Mereka semua sudah terlalu lemah dan mempunyai energi sihir yang terbatas untuk mengejarnya yang sudah bergerak lumayan jauh. Untuk sesaat, sepertinya mereka mengalami kemenangan yang mereka harapkan sekarang.