Chapter 32 : Menggantung Sendirian

1709 Words
Bunyi besi dan rantai yang berdesing membuat Baroth yang diikat dengan kencang terbangun. Ia kesulitan membuka matanya, namun panca inderanya yang lain bisa merasakan sesuatu. Dari samping kiri dan kanan, tercium bau pesing seperti bekas kencing anjing atau hewan lain. Baunya sangat pesing hingga membuat Baroth ingin menutup dua buah lubang hidungnya dengan lengannya. Namun tidak bisa, saat ia mencoba menggerakkan lengannya, lengan itu terikat bersama dengan rantai borgol besi ke atas. Ia pun menggerak-gerakkan tangannya mencoba mencari celah. Namun sia-sia, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Sementara itu, ia mencoba menggerakkan betis dan kakinya. Dan benar saja, betis dan kakinya dapat bergerak dengan bebas, namun ada yang aneh. Telapak kakinya tidak menapaki tanah. Ia diikat melayang di atas langit-langit atap Dari kejauhan, Baroth mendengar seseorang bercengkerama. Suaranya terdengar menggema membuatnya sulit untuk dipahami. Baroth ingin membuka mulutnya, berteriak ke arah siapapun yang ada disana. Memberikan peringatan, bahwa Sang Panglima Yagonia ada di sini dan mereka bermasalah namun orang yang salah. Namun sia-sia, saat ia membuka mulutnya, ada sebuah gulungan kain menyumpalnya mencegahnya untuk berkata-kata. Karena sadar bahwa keadaan makin serius dan berbahaya. Baroth dengan paksa membuka matanya yang sebelumnya merasa dirinya baik-baik saja dan hanya kantuk biasa. Dia melihat ke arah atas, ada rantai yang tersambung ke atap mengikat membuatnya kesulitan untuk bisa menghancurkannya, apalagi dengan kondisinya saat ini. Di kiri dan kanan ia melihat tembok batu, dengan penerangan menggunakan obor kayu yang nampak akan segera habis saat ini. Permukaannya yang licin dan halus sangat mudah melihat pantulan dirinya sendiri menggantung dari samping. Walaupun tidak terlihat dengan jelas, Baroth bisa tahu, dia sedang diculik saat ini Di depannya, ada sebuah sel terbuat dari besi yang cukup tua. Bila dia tidak diikat, dia merasa mungkin bisa menembusnya walaupun tanpa menggunakan s*****a, menggunakan dua tangannya yang keras. Prioritas Baroth sekarang hanyalah bagaimana caranya agar dia bisa terbebas dari kurungan borgol rantai besi itu. Sementara itu di bawahnya, kakinya melayang-layang yang sama-sama diborgol namun tidak benar-benar erat tetapi disambungkan dengan semacam rantai yang sangat kuat. Walaupun terlihat tua. Baroth benar-benar merasa s**l. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, yang terakhir kali dia ingat hanyalah meminum anggur di dalam kereta. Dan seketika Baroth tersadar, dia merasa itu semua pasti adalah ulah dari Neville.  “Pelayan s****n, aku akan membunuhnya jika bertemu langsung” Gumam Baroth dalam hati dengan mulut yang masih tersumpal dan tidak jelas. Kain itu menjadi basah karena harus menahan air liur Baroth yang terus saja keluar.  Baroth mencoba menggerakkan kaki dan tangannya berulang kali, mencoba mungkin borgol itu bisa ia rusak dengan sendirinya. Baroth cukup percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Ia bahkan pernah secara tidak sengaja merusak puluhan pedang milik prajurit berpangkat rendah di Yagonia karena mengetesnya dengan sekali tebasan. Mungkin dengan mencoba berusaha kali ini dengan niat yang bersungguh-sungguh dia bisa terbebas dari kungkungan penjara gelap dan bau itu  Terdengar sayup-sayup suara langkah seseorang berasal dari lorong sebelah kanan Baroth berada  orang itu membawa obor membuat sinar yang terang terlihat dari pantulan batu di sisi paling kanannya. Suara langkah itu semakin dekat, hingga sampailah seorang dengan memakai helm di atas kepalanya masih memperlihatkan bentuk mukanya dengan jelas dan armor yang terlihat kuat tapi juga ramping. Di masing-masing pinggulnya ia membawa dua bilah pisau sabit, Baroth yakin dengan pasti, dia bukan orang baik-baik Orang itu hanya dia menyoroti muka Baroth dengan obor yang ada di tangan kanannya sementara tangan kirinya bersiap-siap memegang pedang. Mukanya yang masih muda dan cenderung tampan malah mengesalkan Baroth, siapa yang nyaman bila dipandang dengan diam tanpa raut muka seperti itu? Baroth pun makin bergerak-gerak dengan gila, ia mencoba berbicara pada orang itu, namun tidak ada perkataan yang sama sekali membuat orang itu paham, malah terlihat lebih mirip seperti suara anjing menggonggong. Air liurnya muncrat kemana-mana hingga mengenai pagar besi sel tahanan di depannya.  “Apakah aku melihat seorang mitos?” kata penjaga itu meragukan pertanyaannya sendiri. Melihat kondisi Baroth yang menyedihkan terikat di atas langit-langit memang akan membuat siapapun tidak percaya atas apa yang legenda katakan tentang Baroth Baroth hanya membalas perkataannya dengan gonggongan dan bergerak lebih agresif dari pada sebelumnya menghasilkan bunyi-bunyian dari gesekan rantai dan besi itu membuat seluruh lorong berisik atas ulahnya. “Kau tidak perlu repot-repot, aku sudah mencampuri besi ini dengan Armanites, aku rasa bahkan orang sepertimu pun tidak akan mampu merusaknya” ucap penjaga itu. Armanites adalah salah satu batuan besi terkuat yang ada di Odessa, seharusnya batuan itu tidak ada di Yagonia karena sangat langka, entah bagaimana Kaum Izia bisa mendapatkan batu yang diincar oleh semua kerajaan di Odessa itu “Ah dimana sopan santunku, Perkenalkan, namaku Pollen, aku adalah orang yang menahanmu” ucap pria itu dengan santai. Dia pun membuka pintu sel tahanannya, mencoba memasukinya. Dilihat dari atas, Pollen benar-benar nampak sangat kecil. Jika Baroth berhasil bebas dan merusak borgol yang ada di kakinya, dia akan merusak wajahnya itu yang benar-benar menyebalkan Pollen mengurai kain yang mengikat mulut Baroth. Membuatnya kembali bisa berbicara dengan lancar. “Kau dengar, aku tidak ingin kau mengalami siksaan yang menyedihkan, jadi lebih baik kau turunkan aku di sini dan lepaskan aku sekarang juga” Ancam Baroth dengan muka serius  Bukannya takut, Pollen malah tersenyum tertawa mendengar perkataan itu. Suara tawanya menggelegar terpantul ke seluruh dinding penjara. Membuat Baroth semakin sadar. “Apa kau benar-benar tidak tahu posisinya” Pollen memandang borgol Baroth yang mengikat ke atas. “Kau sedang dipenjara saat ini, bagaimana bisa borgol yang menahanmu dengan kuat itu bisa menyiksaku? Jika itu benar-benar terjadi. Tolonggg. Hahaha” Baroth tahu apa yang harus ia lakukan setelah bebas, menginjak muka yang menyebalkan itu dengan kakinya hingga rata dengan tanah “Kau meremehkanku. Aku bisa saja meremukkan seluruh ruangan dan penjara ini dengan sekali tebas” Ancam Baroth “Benarkah, kalau begitu cepat saja kau lakukan” Pollen pindah duduk di atas kursi di samping bahu Baroth sambil memegang dagunya dan sesekali menguap, mengisyaratkan bahwa ia sudah bosan menunggu “Oh kau tidak bisa ya? Sungguh sayang sekali. Sang Anak terkutuk tidak se terkutuk itu rupanya” Pollen pun beranjak dari kursinya. Sementara Baroth merasa sangat geram hanya mendengarnya berbicara “Kau sepertinya tipe orang yang lebih suka berbicara daripada bertindak. Apakah ibumu membesarkanmu dengan bodoh” ucapan itu sama sekali tidak membuat Pollen terlihat marah, malah ia tetap memandang Baroth dengan muka menyebalkan “Maafkan aku Baroth, aku terbawa suasana, tidak biasanya aku bersikap seperti itu. Memiliki tahanan yang sangat hebat sepertimu membuat diriku sendiri bangga. Aku menyesalinya Baroth” Pollen tiba-tiba beraut muka aneh, dia yang sebelumnya terlihat sangat riang dan gembira tiba-tiba menjadi muram. Dalam hati Baroth berpikir. Apakah itu memang salah satu triknya untuk mengecoh tahanannya “Sebagai sesama kaum Izia, kami membutuhkanmu Baroth” Baroth kaget, ucapan penuh arogan dan ejekan tiba-tiba hilang dari dirinya. Dia seperti memiliki kepribadian ganda. “Jika kau memang ingin meminta maaf dan bantuanku, cepat bebaskan aku sekarang” “Aku harap semudah itu Baroth, keterikatanmu dengan Yagonia tidak bisa membuat kami begitu saja mempercayaimu. Kaum Izia yang ternodai oleh kerajaan busuk Yagonia harus segera disucikan. Kau sebagai kaum Izia pasti mengerti maksudku” Baroth sama sekali tak mengerti. Siapa mereka sebenarnya? Kenapa mereka berbicara seolah-olah mereka bukan bagian dari Kaum Izia? “Jangan bicara soal Izia dan Yagonia kepadaku. Meskipun aku memiliki darah Izia, kau tidak mengerti semua hidup yang aku jalani ke titik ini. Aku tak tahu masalah apa yang kalian lakukan. Aku sama sekali tak memiliki urusan dengan kalian. Aku telah mengabdikan hidupku sepenuhnya kepada Yagonia” ucap Baroth Sedikit cerita tentang Baroth, walaupun ayahnya yang seorang kaum barbar dan ibunya kaum Izia, dia tidak pernah dibesarkan sebagai kaum Izia. Sejak kecil Baroth sudah tinggal di Yagonia, dia tidak pernah mengingat apa-apa baik tentang Izia ataupun Barba land. Namun peninggalan tentang budaya Barbaland dan Izia masih melekat pada Baroth, membuatnya menjadi terkenal di antara 3 kaum itu “Tak memiliki urusan? Lalu kenapa dan kawanan raja kecilmu itu kemari? Kami sudah mengetahui semua tentang rencanamu, tentang Izia dan gemstone yang hilang, tentang percobaan perpisahan. Kami sudah menduga semuanya. Itulah sebabnya aku mengikatmu di sini sebagai jaga-jaga untuk meninjau responmu” Jawab Pollen dengan nada hambar. Pollen pun hendak lekas pergi, ia menuju pintu sel tahanan Baroth dan menutup, menguncinya lagi dari luar “Tunggu dulu, perkataanmu tidak menjelaskan apapun. Kenapa kau buru-buru pergi? Siapa sebenarnya kalian?” Tanya Baroth dengan banyak sekali pertanyaan yang menumpuk di kepalanya. Baroth merasa mereka adalah orang yang tidak boleh diremehkan. “Senang sekali kau bertanya, aku merasa tersanjung” Ucap Pollen dari balik jeruji besi. “Aku rasa aku akan mengatakannya dari sini saja” “Apa kau merasa takut berada dekat denganku?” Tanya Baroth. “Ya, kurasa kau bisa mengatakan apapun semaumu. Kami adalah kelompok revolusioner Izia, tujuan kami adalah membebaskan dan memurnikan kaum Izia yang telah ternodai oleh kalian. Dengan begitu, Izia bisa menjadi kaum terpandang di seluruh Odessa” “Apakah kehormatan merupakan sesuatu yang sangat kalian cari sehingga kalian memusuhi kaum kalian sendiri. Jika itu aku, aku tak akan serendah itu berkhianat kepada kaumku sendiri” ucapan Baroth sedikit mengintimidasi, namun rasa-rasanya ucapannya tidak berpengaruh apa-apa kepada Pollen. Dia malah berjalan ke arah luar hendak meninggalkan Baroth sendirian di dalam sel “Jika kau berkata apa yang aku tahu tentang dirimu, maka aku juga bisa berkata sebaliknya. Apa yang kau ketahui tentang kami? Siapa yang pengkhianat sebenarnya? Melupakan kaumnya sendiri dan mengabdi kepada kerajaan busuk itu. Jika aku jadi kau. Aku mungkin akan menggantung leherku sendiri karena malu dengan semua yang telah aku lakukan” Pollen membalik perkataan Baroth yang berhasil membuatnya gusar.  “Jangan khawatir, kau tidak perlu secepat itu menjawab ingin membantu kami atau tidak, kami akan memberimu waktu, lagipula, ada sesuatu yang ingin kami kerjakan, kami mendengar raja dan pelayannya akan datang kesini untuk mencarimu. Jika mereka berdua sudah tiada, mungkin saja kau bisa berubah pikiran bukan? Kau tidak perlu mengabdi kepada siapapun lagi. Kami siap untuk menjadi rekan seperjuanganmu Baroth” Ucap Pollen dengan sangat tenang namun menusuk hati. Baroth kembali menggerakkan kaki dan tangannya berusaha bebas. Namun sama seperti sebelumnya, itu tindakan yang sia-sia “Lebih baik kau jangan banyak bergerak Baroth, Armanites itu bisa menguras energi sihirmu hingga habis. Kita akan membutuhkannya saat pertarungan yang sebenarnya tiba. Jadi persiapkan energi sihirmu” Pollen langsung saja melenggang pergi dari kurungan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD