Azzura menunduk meremas jari-jemarinya, di hadapannya kini sudah ada Hardi Kusuma. Sama seperti Azzura yang diam, laki-laki itu juga diam nampaknya menunggu Azzura mengutarakan maksud ingin bertemu dengannya. "Tu-tuan," "Ya, katakan." Azzura mendongak menatap lekat wajah Hardi. Sama seperti sebelumnya, garis-garis halus di sana tampak asing untuknya. Sial. Dia datang meruntuhkan pertahanan diri sendiri, sudah sangat memalukan, untuk apa juga dia harus memperhatikan segala detail wajah orang ini. "Apa tuan pernah bertemu seseorang yang rela menjatuhkan harga dirinya demi orang yang dia sayang?" tanya Azzura tiba-tiba. "Pernah." tentu saja pernah, bahkan mendiang istrinya melakukan hal tersebut demi putra mereka. Azzura mengangguk membuang nafas panjang mencoba tersenyum, "Kalau be