bc

pilihan hati ALINA

book_age18+
1.4K
FOLLOW
10.6K
READ
possessive
family
friends to lovers
goodgirl
drama
comedy
sweet
no-couple
first love
Indonesia-My Possessive CEO Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

WARNING! NOVEL 21+++ JADI BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN...

Jatuh cinta itu adalah hal yang wajar,bukan?

Tapi bagaimana jika seorang pria yang bersanding dengan calon istrinya di depan penghulu,malah masih mencintai gadis lain yang di undangnya menjadi tamu di acara pernikahan nya yang sakral dan bahkan salah menyebutkan nama mempelai perempuan saat akad,hal itu membuat semuanya kaget dan menatap gadis cantik di deretan belakang tamu.

Ya,Azka. Pria itu bernama Azka Pramudra.

Seorang pria yang terpaksa menikahi,Nara. Gadis yang menjadi istrinya sekarang,

gadis itu seharusnya menjadi adik iparnya karena dia adalah saudara angkat dari kekasihnya,Alina.

"Azka, pliss fokus. Ini aku Nara,bukan,Alina." Nara menatap tajam manik mata calon suaminya yang menatap nya kesal.

"Seperti janjiku kemarin,demi kamu,Alina. Aku akan lakukan ini semua." batinya dengan mata beradu pandang bersama kekasihnya yang dalam hitungan menit akan menjadi mantan,dan kakak iparnya.

Alina tak kuasa,dia berusaha menahan air matanya namun tak bisa kala semua sudah berkata 'sah'.

Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?

Ayo baca!

chap-preview
Free preview
Bab 1 (Done)
"Level tertinggi dalam mencintai adalah mengiklaskan."           _Alina 2020_ ______________________________________    'SAH'  Satu kata yang paling di nantikan oleh dua insan yang saling mencintai dan menginginkan hidup bersama selamanya,namun bagaimana perasaan mu jika menikah dengan orang yang tidak kamu cintai sama sekali? Bukan karena Cinta kau nikahi dia,tapi hanya karena sebuah alasan untuk menyelamatkan nyawa seseorang dan atas permintaan orang yang kau cinta. Azka Pramudra,itulah nama pria yang sekarang menjadi seorang mempelai pria dalam sebuah pernikahan tanpa 'Cinta', disampingnya sudah duduk seorang gadis yang didandan cantik oleh mua terkenal pilihan nya. Azka tak sedikitpun menoleh padanya kala gadis itu duduk di sampingnya. "Sudah siap,Mas Azka?" tanya penghulu memecah keheningan Azka. Azka menoleh padanya,sejenak mengedarkan pandangannya ke sekeliling menatap semua yang sudah tertata rapi, bunga-bunga indah dan dekorasi yang elegan membuat nya menarik nafas dalam-dalam. Tatapan nya bertemu dengan seorang gadis yang ada di sudut ruangan,gadis dengan mata sembabnya yang berusaha tersenyum kala Azka memandang nya. Ingin rasanya Azka berlari memeluk gadis itu dan membawa pergi. Tapi apalah daya,dia harus menikahi gadis di sampingnya yang harus nya menjadi adik ipar nya. "Mas!" panggil gadis disampingnya menyadarkan Azka dari lamunannya. "Bagaimana? Apa sudah bisa di mulai?" Penghulu menghujam nya dengan pertanyaan yang ingin dia jawab tidak.. tapi.. "Siap." jawabnya sekenanya. Azka menjabat tangan penghulu, senyum manis mengambang di bibir calon istrinya itu. Dengan satu tarikan nafas,Azka dengan lantang menjawab ijab dari penghulu. "Saya terima nikah dan kawinnya, Ralina Natasya Lestari dengan maskawin tersebut tunai!!!" Hening!!! Bukan karena apa,tapi karena yang Azka sebutkan bukan nama dari mempelai perempuan nya. "Mas!!! Ini aku,Nara. bukan Alina!!" Pekik Nara geram. Azka baru sadar apa yang dia ucapkan tadi,dia dengan lancar menyebutkan nama Alina, kekasih nya yang sebentar lagi menjadi iparnya karena dia menikahi Nara adik dari Alina.   "Ma..maafkan saya.." lirihnya parau. Sementara diujung sana,Alina mendengar jelas namanya disebut oleh sang kekasih yang dia cintai, air matanya mengalir begitu saja membasahi make up tipis yang dia poleskan ke wajahnya. "Aku mencintaimu..." batin nya. "Lin,lo yakin mau tetep disini?" tanya Nadia mendekati sahabat nya. "Ini janji gue sama Aka kemarin,Nad." "Tapi lo..." "Gue ga pa-pa." Seraya tersenyum menahan sakit nya. "Baiklah kita ulangi sekali lagi,saya harap Mas Azka fokus." titah sang penghulu. Azka mengangguk dengan malas dan kembali menjabat tangan sang penghulu. Lagi!! Dengan satu tarikan nafas,dia menyebutkan nama itu,nama gadis yang kini sah menjadi istrinya DINARA FERONIKA.. Semua yang disana menyorakkan kata Sah pada mereka yang sedang berbahagia, tidak! Tepat nya hanya Nara yang berbahagia. Mereka bersalaman seperti mempelai pada umumnya. Setelah nya mereka benar-benar sibuk dengan susunan acara selanjutnya. Tanpa mereka tau, seseorang dengan hati terluka telah berlari meninggalkan gedung pernikahan mereka. "Lin,kamu harus kuat!! Ini kamu yang mau kan!!" Katanya pada dirinya sendiri sambil terus berlari meninggalkan gedung itu, beberapa kali mendapat Omelan para pengemudi karena dia nyebrang semaunya. Dari belakang nya juga terlihat panik seorang gadis yang mengejar nya. Cklek!! Alina membuka pintu sebuah rumah mewah yang selama ini menjadi tempat tinggal nya. Mengemasi barang-barang nya dan menangis disana.. "Lin,Lo mau kemana? Ko udah bawa koper segala?" Nadia menghentikan langkahnya yang sudah menuruni tangga dengan sebuah koper besar di tangannya. "Apa lo fikir gue bakalan sanggup tinggal serumah dengan mereka? Azka..hiks..." Alina bertumpu pada kedua lututnya. "Gue ngerti perasaan elo,Lin. Tapi kalo lo pergi,bokap lo gimana??"  Alina mengusap air matanya dan kembali bangkit. "Gue yakin,Nad. Azka bisa jaga Papa disini,tapi gue ga yakin sama diri gue  sendiri untuk pura-pura biasa aja ngeliat dia dengan adik gue sendiri!!" "Terus lo mau kemana sekarang?" "Gue juga ga tau,yang penting jauh dari rumah ini,gue harus buru-buru pergi sebelum mereka kembali." Alina menarik kopernya dengan cepat keluar dari rumah yang masih sepi karena penghuni nya sedang berada di acara yang dia tinggalkan tadi.  "Non....!!!"  Langkah nya terhenti di depan gerbang karena kedatangan wanita paruh baya yang datang dengan ojek. "Non mau kemana?" Wanita paruh baya itu menangis,Alina langsung memeluk nya. "Maafin Alina ya mbok,Alina harus pergi..." "Non mau kemana hiks...jangan pergi..jangan tinggalkan mbok non." "Alina sayang...banget sama mbok,makasi ya udah rawat Alin sampe segede gini,Alin ga akan lupa sama mbok." "Non..." "Alin mohon mbok tetep disini ya,temani papa,tolong jaga papa. Alina harus pergi..." Alina tak lagi bisa menahan air mata. "Terus non mau kemana sekarang..." "Alin mau nenangin diri dulu,mbok. Mbok jaga diri baik-baik ya,titip papa." "Tapi non.." "Mbok ga usah khawatir ya,Alina aman dengan saya,saya akan jaga Alina sekuat tenaga saya!" Nadia mengucapkan dengan tanpa ragu. "Nad, maksud lo apa?" tanyanya heran. "Gue bakalan ikut kemanapun elo pergi,Lin." "Tapi Nad..." "Lin!! Lo lupa,gue disini ga punya siapa-siapa. Gue cuma punya elo! Jadi kemanapun elo pergi gue harus ikut." Alina langsung memeluk sahabatnya dan menangis dalam pelukan nya, "Makasi banyak ya Nad,gue emang bakal butuh elo dalam hidup gue..." Setelah beberapa saat,taxi yang tadi Alina pesan sudah datang,dia tak mau membawa mobil karena ingin benar-benar jauh dari mereka. "Kalian hati-hati ya." "Iya mbok,titip papa." Darmi mengangguki dan melambaikan tangan pada anak majikannya yang selama ini dia rawat,dia sedih harus kehilangan Alina tapi bagaimanapun Darmi tau bagaimana perasaan Alina sekarang secara Azka adalah kekasih nya dari zaman SMA sampai pria itu menjadi CEO Pramudra corp group miliknya.  Sesuai yang Alina perintahkan,Darmi kembali ke gedung pernikahan dan berbaur dengan yang lain  dan jangan kembali sebelum mereka semua kembali agar tak ada yang curiga bahwa dia tau Alina pergi,Alina tak mau mbok Darmi yang ia anggap keluarga nya akan dimarahi oleh sang ayah yang dia tinggalkan. "Maafin Alina,pah. Alina mau papa selamat dan Alina akan lakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa papa dari mama Niken." batin nya. Dia masih menangis dalam pelukan sahabatnya, setelah mengantar Nadia ke kost nya sebentaar untuk mengambil barang-barang dan pamit pada ibu kost,mereka melanjutkan perjalanan ke luar kota,yang diharapkan bisa memberi jarak pada Alina dan Azka karena luka tak akan sembuh jika dia tetap bertahan dalam rumah itu dan melihat Azka menjadi suami adiknya. ****** Setelah acara selesai. Azka langsung membawa pulang Nara ke rumahnya. Nara tersenyum bahagia sementara yang Azka rasakan sekarang adalah hancur.    "Silahkan,Tuan."  Romi membukakan pintu mobil untuk majikannya,dia yang paling tau bagaimana perasaan bos sekaligus sahabatnya itu. Romi adalah sahabat Alina yang dibantu masuk bekerja disana yang awalnya hanya sebagai supir biasa tapi sekarang di angkat sebagai asisten pribadi,kepercayaan Azka.   Nara menggandeng tangan Azka dengan mesra,tapi Azka langsung menepis nya. "Ke..kenapa,Sayang?" "Maaf,saya tidak terbiasa digandeng oleh wanita lain selain orang yang saya cintai." tegasnya dan langsung meninggalkan Nara yang mematung disana. "Rom,tolong urus dia." "Baik, Tuan." jawabnya profesional.    Romi menghampiri Nara yang cemberut karena perlakuan Azka tadi. "Mari,Nyonya. Saya antar ke dalam." Nara menghentakkan kakinya dan menyusul  Azka ke dalam rumah,rumah yang berharap Azka tempati bersama Alina.     "Silahkan, Nyonya. Ini adalah kamar anda."  Romi membuka sebuah kamar yang cukup besar dan Nara pastinya akan suka sebelum Romi berkata selanjutnya. "Bagian atas adalah tempat pribadi,Tuan Azka. Dan tuan bilang anda tidak boleh naik ke lantai atas." "Apa?? Saya istrinya! Kenapa saya tidak boleh ke ruangan nya?" Pekik Nara geram. "Maaf, Nyonya. Untuk hal itu anda bisa tanyakan langsung pada,Tuan Azka."  Nara mendengkus kesal dan mencebikkan bibirnya, bagaimana bisa Azka memperlakukan nya seperti ini. "Dimana Mas Azka sekarang?" "Tuan sedang di kolam belakang."  Tanpa ba-bi-bu dan tanpa bisa di cegah Romi, Nara langsung berjalan ke arah yang Romi tunjukkan,mencari sang suami yang sudah mengabaikan nya.   "Sayang pliss angkat telpon nya..kamu jangan siksa aku kaya gini..." Azka terus bergumam sembari menelpon seseorang yang tak kunjung menerimanya. "Kamu lagi telpon Alina ya, ngapain?"  tanya Nara tak suka. "Bukan urusan kamu,kamu sendiri kan yang bilang bahwa kamu ingin menikah dengan saya meskipun tanpa saya cintai."  Kata-kata Azka seolah mencabik-cabik hatinya,ingin sekali dia segera menelpon mamanya untuk menyingkirkan Alina agar Azka bisa mencintai nya. "Mas, tolong..temani aku di waktu-waktu terakhir ku ini. Setelah nya kamu bisa bersama siapapun yang kamu mau." Isaknya sedih yang tak lain hanya drama. Dari awal dia sudah membohongi Azka dan semua orang atas penyakit nya yang membuat Alina harus mengalah padanya.  "Kalau kamu tau waktu kamu tak lama lagi,harus nya kamu gunakan untuk melihat saya dan Alina hidup bahagia, tapi kamu....arghh" Nara semakin terisak,entah kenapa Azka merasa bersalah. Bukan karena ucapannya tadi,tapi karena sebuah janji yang pernah dia katakan pada Alina sebelum menyanggupi permintaan gadis itu untuk menikahi Nara. "Maaf saya,saya seharusnya tak berkata begitu. Tapi kamu harus tau,saya belum bisa melupakan Alina." ujarnya menenangkan Nara yang sesenggukan,Nara tersenyum sinis dalam hati mendengarnya. "Liat aja nanti,kamu juga pasti bisa lupakan dia." Batinya.       'Im so lonely,broken Angel         Im so lonely,listen to my hear'   Ringtone yang terdengar dari ponsel Azka membuat Azka langsung mengambil nya, berharap itu adalah Alina yang menelpon nya kembali.  "Ck, Romi." "Halo,ada apa?" "Tuan,maaf. Alina kabur dari rumah pak Nugroho dan belum ada yang tau dia pergi kemana." "Apa?? Ka..kabur? Apa yang kamu katakan,tolong suruh anak buah kamu cari dia. Saya tak mau terjadi sesuatu padanya." Katanya cepat,dia mulai panik dan khawatir. "Ada apa,Mas?" "Alina pergi dari rumah kamu,dan tak ada yang tau dia kemana." jelasnya pada Nara,entah kenapa dia malah menjelaskan hal itu. Terang saja Nara kaget namun dia bahagia.   **** Sementara jauh di Bandung sana,Nadia dan Alina sudah menyewa kontrakan yang lumayan untuk mereka tinggali,perjalan selama 3 jam dan juga dengan tangisannya sepanjang jalan membuat Alina kecapaian dan langsung tidur. Berkali-kali ponselnya berdering tapi Alina tak mendengar,Nadia yang masih terjaga melihat nama Azka disana dengan terpaksa dia men-setting silent ponsel sahabatnya itu. Bagi Nadia,tak ada hal yang lebih menyakitkan selain melihat Alina serapuh ini. "Lo tenang ya,Lin.  Gue akan selalu ada buat elo," gumamnya mengusap rambut panjang sahabat nya," gue ga nyangka kisah cinta elo sama Azka harus berakhir seperti ini, padahal dari zaman SMA,Azka udah berniat ngelamar elo."  Ya,Azka dari dulu mengatakan hal itu pada teman-teman nya,dia akan mempersunting Alina setelah dia sukses nanti dan akan mengundang semua teman kelasnya dan teman kelas Alina untuk menghadiri pernikahan mereka nanti. Alina adik kelas Azka,tapi karena ada Alina lah yang membuat Azka semangat membangun bisnis nya dari 0 besar. Setelah kecelakaan pesawat yang orang tuanya alami,dia selalu menyendiri dan merasa tak berguna lagi untuk hidup tanpa orang tua nya,tapi Alina datang memberi warna dalam hidupnya hingga dia semangat membangun kembali perusahaan yang pernah ditutup karena pemilik nya meninggalkan dunia dan putra mereka tak siap menjalankan nya lagi. Kini perusahaan itu sudah besar kembali di tangan Azka,dan itu juga dukungan dari Alina. "Aka...Aka..aku cinta sama kamu..." Nadia tersadar dari lamunannya saat mendengar suara serak Alina memanggil Azka. Ternyata sahabat nya itu sampai mengigau memikirkan Azka yang sudah jadi milik adiknya. "Lo yang sabar ya,Lin. Kalau emang dia jodoh elo, se gimanapun Mak lampir itu misahin kalian,kalian pasti akan bersama. Tapi jika buka Azka yang terbaik,maka akan ada orang lain yang lebih baik buat elo." ujarnya dengan suara bergetar,dia menangis melihat sahabatnya seperti ini Nadia sangat tau bagaimana kejam nya Niken terhadap anak tirinya, berkali-kali dia mengurung Alina dan bahkan menyakiti gadis itu dengan tangannya. Nugroho tak pernah tau perlakuan istri keduanya itu pada sang anak sulung nya,karena di depan Nugroho semuanya akan baik-baik saja. Ya, mirip-mirip ratapan anak tiri lah. Alina anak pertama dari pernikahan Nugroho dan Ratih,namun Ratih  meninggal saat Alina berusia tiga tahun,karena tak kuasa melihat putri nya tumbuh tanpa seorang ibu, Nugroho akhirnya menikah dengan Niken dan memiliki seorang anak bernama Nara. Tak pernah ada hal baik yang Alina dapat kala ayahnya pergi ke luar kota dan lainya. Hanya mbok Darmi yang selalu ada untuk nya, merawat dan membesarkan gadis itu hingga sekarang. ****    "Sayang,pliss..angkat telpon nya!" gumam Azka setelah berkali-kali tak ada jawaban. "Kamu dimana..kenapa kamu ninggalin aku..." isaknya sambil terus memukul setir mobil nya. Tak pernah ada dalam perjanjian yang mereka buat kalau Alina akan meninggalkan nya seperti sekarang. "Kamu bilang akan selalu ada dalam buat aku,tapi nyatanya kamu malah ninggalin aku,Lin." Azka tak hentinya menangis,dia padahal sudah sengaja meminta hal terberat dalam hidup wanita itu yang ia yakini akan membuat dia nanti nya lepas dari Nara dan bisa bersatu dengan Alina, tapi sayang semua expektasi nya hancur karena kepergian Alina yang entah kemana. Alina bahkan tak mau menerima panggilan nya. *** Kota kembang_  Alina baru saja bangun tidur karena perutnya terasa melilit, kepala nya pusing. Ini sudah seminggu dia meninggalkan rumah orang tua nya,hanya ada Nadia yang sekarang bersamanya.  "Huekk!!!" Alina berlari ke kamar mandi karena rasa aneh menggerogoti tubuhnya.  "Lin,Lo kenapa?" tanya Nadia yang sedari tadi di dapur, dia langsung berlari menuju kamar mandi menemui sahabatnya. "Lo aman kan?" teriaknya dari luar, sementara di dalam Alina berusaha menahan dirinya. "Alin lo denger gue kan?" terdengar suara nya panik. "I..iya Nad,gue ga pa-pa kok,cuma mual doang." timpalnya, langsung menghidupkan keran dan beberapa kali menghirup udara segar.  "Tenang Alina,ini pasti bukan yang kamu takutkan." gumam nya pada diri sendiri.  Cklek!! Pintu terbuka dan menampilkan wajah Alina yang pucat,Nadia langsung memeluk sahabatnya. "Lo kenapa??" "Gue baik-baik saja,lo ga usah khawatir gini." "Gimana gue ga khawatir,lo lama banget di dalem." Nadia memanyunkan bibirnya. Alina berusaha memasang senyum termanis nya agar Nadia tak khawatir padanya. "Ya udah,gue udah masak buat kita,ayo sarapan bareng. Hari ini lo mending ga usah cari kerja dulu ya." "H'm." jawabnya sekenanya karena memang kepalanya masih pening. Nadia membawa sahabat nya duduk di depan meja makan dan menyodorkan nasi yang dia sendok untuk Alina, tapi... "Huekk!! Huekk!!!" lagi-lagi Alina berlari ke kamar mandi karena mual mencium aroma yang tak cocok dengan nya. Nadia semakin khawatir. "Lin..." dia menerobos masuk ke dalam kamar mandi dan membantu meminjit tengkuk sahabat nya agar lebih lega. Detik selanjutnya Alina malah menangis...Nadia semakin tak mengerti. "Lo kenapa? Gue mohon cerita sama gue,supaya gue bisa bantu elo,Lin." "Magg gue kayanya kumat,Nad." elaknya memilih berbohong atas apa yang dia rasakan sekarang.  "Lo sarapan sendiri aja ya,gue mau istirahat di kamar." "Ya udah." Nadia menuntut sahabatnya ke kamar nya,disana ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi jadi mareka bisa tidur terpisah. Alina berbaring di ranjang,Nadia langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh sahabatnya. Sejenak dia menatap lekat wajah sahabatnya yang berusaha tidur,dia menghela nafas panjang. "Kasian banget lo,Lin." batinya iba. Sementara Alina,tanpa di ketahui sahabat nya,dia menangis sesenggukan,rasa takut menggerogoti hatinya,takut kala apa yang dia takutkan benar-benar terjadi sekarang. "Aku harus gimana?" tanyanya pada diri sendiri. "Lin...gue ke warung bentar ya.." suara Nadia terdengar dari balik pintu. "Iya.." jawab Alina parau. Nadia tak tau kalau sahabat nya sedang menangis,dia fikir itu syarat khas bangun tidur dari Alina.    Setelah suara pintu luar tertutup,Alina bangun,menarik selimut merah mudanya dan mengambil sesuatu dari tas kecil di dalam kopernya. Dengan takut-takut,dia membawa benda kecil bergambar hati itu menuju kamar mandi, perlahan tapi pasti. Beberapa saat Alina bahkan tak berani menatap tangannya sendiri. Dan... Dua garis merah tersenyum manis padanya dalam benda kecil bertuliskan tespek. "Hiks..aku...hiks...aku...Ha..hamil?" Isaknya, bagaimana bisa dia akan menjalani harinya secara normal sekarang, sementara di rahim nya sudah tumbuk bibit Azka junior. Alina menghidupkan shower dan membasahi dirinya disana sambil terus menangis,dia tak menyesali akan kehadiran bayi di perutnya tapi yang membuat nya sedih adalah orang yang seharusnya bersama nya sekarang membesarkan bayinya adalah adik iparnya. Azka,dia adalah ayah dari anak yang di kandung nya. Entah berapa lama dia menangis di kamar mandi,Nadia yang baru datang mendengar suara terisak dari kamar mandi langsung buru-buru kesana dan menemukan sahabat nya. "Ya ampun Lin...Lo kenapa sayang..?"  Nadia mematikan keran dan mendekap sahabatnya yang semakin terisak,perlahan benda kecil itu jatuh dari tangga Alina. Nadia terbelalak melihat nya. "Lin, apa maksud benda ini,ini bohong kan,Lin? Lo ga hamil kan." "Gue...gue hamil,Nad. Gue wanita kotor!! Lo ga boleh temenenan sama gue lagi." "Lo ngomong apa hah?? Bilang ke gue siapa yang udah buat elo jadi kaya gini,apa Azka?" tebaknya tepat sasaran,Alina hanya mengangguk pelan. Nadia menggeleng cepat, selama ini dia sangat tau bagaimana Azka dan percaya pada pria itu,dia tak menyangka Azka yang selalu menjaga Alina malah menodai nya. Nadia buru-buru keluar tapi tangan Alina menahannya. "Lo mau kemana,Nad?" "Gue harus kasi tau Azka,enak aja dia seneng-seneng di sana sementara elo harus menderita karena dia."  "Jangan..jangan katakan apapun padanya..gue..gue akan tanggung semua ini sendiri,ini salah gue juga.." "Tapi Alina!!" "Plis... tolong ngerti gue..papa ga akan aman kalau mereka semua tau aku hamil anak Azka." isaknya memeluk kaki sahabat nya,Nadia tak lagi bisa menahan tangisnya. Dia kembali duduk dan berpelukan dengan sahabat nya. "Kenapa elo ga cerita sama gue...hiks.." "Maafin gue...gue ga bisa.. Lo boleh ninggalin gue kalau elo jijik sama kelakuan gue,Nad." "Nggak, Lin. Gue akan pernah ninggalin elo.." "Tapi gue...""Gue yakin kita bisa lewati ini semua bersama,lo yang sabar ya." Nadia memeluk sahabatnya lagi, menguatkan nya agar tak serapuh ini. Setelah beberapa saat, tangis keduanya mereda,Nadia menuntun Alina ke kamar, menyiapkan air hangat untuk Alina minum dan menyiapkan baju gantinya. Alina adalah orang yang paling beruntung di dunia ini karena memiliki sahabat sebaik Nadia. Dari sejak SMP mereka tak terpisahkan.  "Elo harus kuat ya, kandungan lo harus sehat." pesannya pada Alina saat memberikan makanan pada sahabatnya,Alina tak bisa mencium aroma Nasi jadi dengan senang hati dia menyiapkan roti untuk sahabat nya agar perutnya tak kosong. "Kalau ada yang tau gimana ya?" lirih Alina parau. "Lo tenang aja,nanti gue cari alasannya. Pokonya lo ga boleh stress ya."  Alina tersenyum,dia bahagia masih memiliki orang yang begitu tulus menyayangi nya. "Gue ga tau harus bales budi baik lo dengan apa,Nad?"  Nadia berdecak kesal,selalu begitu jika dia berbuat kebaikan dan Alina memujinya berlebihan. "Janji sama gue ya." pintanya. "Janji apa?" tanya Nadia penasaran. "Janji kalau elo ga boleh sebodoh gue dan elo jangan bilang ke Azka masalah ini.""Lin ..jangan salahkan diri lo. Lo ga bodoh,gue tau kalian saling mencintai. Oke,untuk urusan Azka,gue janji ga akan kasih tau dia apapun,kalau perlu gua bakal blok nmr dia sekarang atau ganti kartu gue." Nadia bersemangat. Alina tersenyum sembari menghapus air matanya yang mengalir begitu saja. Ya,sebaiknya begitu. Azka tak boleh tau jika Alina sedang mengandung anaknya,karena jika sampai pria itu tau,dia akan meninggalkan Nara untuk Alina dan Alina tak mau ada masalah baru terhadap Azka dan ayahnya yang masih berkaitan dengan Niken,mama tirinya. Benar adanya,Baik Alina dan Nadia memilih mengganti nomor ponsel mereka,hanya bik Darmi yang dia hubungi dengan nomor barunya untuk mengetahui bagaimana keadaan sang ayah disana. Nadia selalu ada untuk Alina kapanpun dan dimanapun mereka berada,tak pernah sedikitpun dia mau meninggalkan Alina. Dan Alina sangat menyayangi sahabat nya itu.     "Akan selalu ada luka dibalik bahagia,aku tau itu. Bahkan aku sangat tau,tapi,tak pernah kubayangkan Luka yang timbul karena kebahagiaan ku bersamamu kemarin,akan sesakit ini. Aku di sini,bersama buah hati yang hadir karena cinta yang kau beri. Aku akan menjaganya,semoga kau bahagia selaku di sana."           _Diary Alina.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
119.7K
bc

T E A R S

read
316.3K
bc

Secret Marriage

read
947.7K
bc

The Prince Meet The Princess

read
184.3K
bc

Long Road

read
142.8K
bc

Disguise [Indonesia]

read
71.2K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
76.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook