7. Healer

1109 Words
Lee berjalan menunduk, seperti yang biasa dilakukannya. Namun bukan berarti ia tak menyadari keadaan sekelilingnya. Daya indranya yang sangat peka dan tajam membuatnya jelas mengetahui sekelilingnya tanpa perlu melihatnya secara khusus. Dan ia tahu, gadis itu masih membuntutinya. Lee menghela napas panjang, apa yang harus dilakukannya supaya gadis itu berhenti mengikutinya? Menakut-nakutinya? Sudah! Bukannya gadis itu telah melihat wujudnya yang seram? Mestinya itu membuatnya berhenti memata-matainya, malah seharusnya ia histeris setiap kali bertemu dengan Lee. Bukan terus menjadi buntutnya! Sengaja Lee berjalan cepat hingga Jeje kehilangan jejak, lantas begitu gadis itu kebingungan mencarinya .. Lee mendadak muncul di belakangnya. Jeje tersentak kaget. “Dokter Lee! Anda darimana hingga muncul mendadak begini? Mengagetkan saja,” cetus Jeje sembari mengelus dadanya. “Berhenti mengikutiku!” ucap Lee dingin. “Apa? Oh tidak, Dokter Lee! Anda salah .. ceguk!” Jeje cegukan lagi, pertanda ia bohong. Lee tersenyum sinis. “Selagi saya masih sopan, berhentilah memancing kemarahan saya! Kalau tidak ...” “Kalau tidak, kenapa?” tanya Jeje kelu. Bola mata Lee perlahan berubah, manik matanya memutih .. menimbulkan kengerian bagi yang melihatnya. Namun, entah mengapa Jeje tak merasa takut. Justru ia terkesima. “Jadi, itu benar kau!” Lee tersentak, heran menguasai hatinya. Mengapa gadis ini tak jera-jera jua? Manik mata putih Lee kembali menjadi hijau, dengan nuansa menggelap. “Apa maksudmu?” tanya Lee gusar. Jeje menatap lekat pria di depannya, ia tak sadar menyentuh wajah Lee. Entah mengapa Lee tak kuasa menepis tangan itu, ada getaran aneh di hatinya. Ia hanya memandang tajam gadis aneh yang telah membuatnya tak karuan ini. “Aku melihatmu dalam mimpi. Awalnya samar, dalam kabut. Lalu semakin lama semakin jelas dan sering. Matamu .. ya, manik matamu sering berubah dari hijau ke putih dan sebaliknya. Sekarang aku yakin, itu kau!” Apa? Lee merasakan dejavu. Dia juga mengalami mimpi serupa. Dalam mimpinya ada kabut tebal, ada suara gadis yang memanggilnya. Namun wajah gadis itu tak jelas, tertutup kabut. Apa mimpi mereka berkaitan? Lee menggeleng, tak mungkin! Ini hanya kebetulan, dia tak memiliki hubungan apapun dengan gadis ini. “Daya khayalmu luar biasa! Aku tak peduli, yang penting .. berhenti mengikutiku!” Daniel Lee berbalik cepat, hingga jas dokternya berkibar secara dramatis mengikuti gerakannya. Jeje memandangnya terpesona, sepertinya ia telah jatuh cinta pada pria dingin ini. *** “Dok, darurat!” Jeje membuka pintu kerja Dokter Russel untuk melaporkan keadaan SOS. Ternyata di ruang kerja Dokter Russel ada Dokter Lee yang duduk berseberangan dengannya. Seperti biasa, Dokter Lee menatapnya dingin dengan alis menukik. Jeje grogi dipandangnya. “Hai, Dok. Kali ini saya betulan tak menguntit Dokter sampai kemari,” cengir gadis itu. Dokter Lee mendengkus dingin, lantas membuang muka ke samping. Dokter Russel menatap mereka berdua penuh spekulasi. “Apakah ada sesuatu diantara kalian?” “Dibilang ada, tak ada yang spesial. Tapi bukan tak ada apa-apa juga, kami ...” Dokter Lee segera memotong ucapan Jeje, “Keadaan darurat apa?!” Jeje menepuk jidatnya, betapa pikunnya dia! “Dokter Russel, unit IGD meminta bantuan kita. Ada kecelakaan bus pembawa anak-anak SD yang berdarmawisata. Mereka membutuhkan kita untuk membantu memeriksa kondisi anak-anak malang itu!” Secepat kilat Dokter Russel berlari menuju ruang IGD, disusul oleh Dokter Lee. Jeje yang terpaku mengikuti pergerakan Dokter Lee, ikut ditarik oleh sang dokter. Jeje berlari mengiringi Dokter Lee dengan senyum sumringah. “Jeje senang Dokter Lee menarik Jeje, tersanjung sekali tahu Dokter ternyata membutuhkan Jeje,” cetus Jeje dengan mata berbinar-binar. “Bukan saya, IGD!” dengkus Lee, senyum Jeje surut mendengarnya. Tapi dengan semangat ia mengikuti dua dokter tampan yang berlari cepat didepannya. Saat mereka tiba di ruang IGD, suasana sangat rusuh dengan tangisan dan kepanikan orang-orang didalamnya. Dengan cekatan, Dokter Russel dan Dokter Lee membaur dalam kesibukan untuk menolong siapapun yang membutuhkan tenaga mereka .. menyisakan Jeje yang berdiri kebingungan. “Jeje harus ikut siapa?” gumam Jeje memandang bimbang kearah Dokter Lee dan Dokter Russel. Mengikuti nalurinya, kakinya hendak melangkah kearah Dokter Lee .. namun Dokter Russel mendadak memanggilnya. “Jeje, kemari!” Dokter Russel melambaikan tangannya tak sabar. “Iya, Dok!” Jeje berseru seraya bergegas mendekati dokter berambut pirang itu. Mereka sibuk menangani pasien-pasien darutat itu, tak terasa tiga jam berlalu. Suasana kembali tenang, Jeje baru saja selesai mengganti cairan infus salah seorang pasien. Menghela napas lega, Jeje duduk di kursi sambil mengurut pahanya yang gempor setelah berdiri dan berlari kesana-kemari selama tiga jam lebih. Suster Margaretha berdiri didepannya dan menepuk bahunya pelan. “Good job, Jeniffer.” “Terimakasih, Suster. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Jeje yang merasa bangga telah dipuji oleh suster senior yang sangat serius bekerja itu. “Semua telah aman terkendali. Oh, kecuali satu anak yang jantungnya tertusuk tulang rusuknya. Dokter Lee yang menanganinya sekarang,” ujar Suster Margaretha menginfokan. Suster Margaretha tak memberitahu Dokter Lee berada dimana, karena memang si dokter ingin menangani secara khusus. Dokter Lee tak ingin banyak orang terlibat dalam pekerjaannya. Namun dasar Jeje, semua hal tentang Dokter Lee membuatnya penasaran. Berdasarkan tebakannya, dia mencari Dokter Lee ke ruang operasi yang terletak dekat ruang kerja Dokter Lee, agak terpencil dari ruang operasi lainnya. Tak ada yang menunggu didepan ruang operasi. Jeje memakai pakaian medis yang khusus dipergunakan saat memasuki ruang operasi yang steril. Perlahan ia membuka pintu ruang operasi, dengan langkah amat perlahan masuk kedalam ruang operasi dan langsung terpaku. Mengapa para suster dan dokter di ruangan operasi hanya berdiri mematung? Kecuali Dokter Lee yang asik mengoperasi pasiennya! Anehnya, mata mereka semua seakan tak fokus. Pandangan mereka kosong menatap ke depan. Jeje spontan mengamati Dokter Lee, dan ia ternganga lebar. Dokter Lee telah membedah d**a pasiennya, namun bukan itu yang mengherankannya. Sepertinya Dokter Lee telah mencabut tulang rusuk yang menancap di jantung pasien, kini ia sedang menutup lubang di jantung yang berlubang itu. Masalahnya, dia melakukan tanpa peralatan bedah. Dokter Lee hanya menyentuh jantung yang berlubang itu dengan tangannya! Dari sela-sela telapak tangan Dokter Lee yang menempel di jantung pasien, nampak asap tipis berwarna kemerahan menyeruak keluar. Peluh membasahi kening Dokter Lee saat ia berkonsentrasi melakukan pekerjaannya. Sesaat kemudian, begitu Dokter Lee mengangkat tangannya lubang di jantung sudah tertutup rapat .. seperti tak pernah bocor sama sekali! Jeje terperanggah, mulutnya ternganga lebar menyaksikan keajaiban itu. “Healer,” lirih Jeje. Dia pernah membaca komik, ada tokoh yang memiliki kemampuan superhero dapat menyembuhkan luka apapun. Tak disangkanya Dokter Lee memiliki kemampuan istimewa itu! Tengah Jeje terbengong hebat, seseorang menarik tubuhnya keluar dari ruang operasi. Dia tak sadar telah dibawa masuk ke ruang kerja Dokter Lee. Pria itu kini tengah memojokkannya ke tembok dan memandangnya tajam. “Mengapa kau tak terhipnotis seperti mereka?” desis Dokter Lee tajam. Haruskah begitu? Jeje bingung sekali. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD