Sembilan Belas

1249 Words

“Aku mau jujur sama Bang Tyaga,” kataku. Tadi siang mendadak terpikirkan olehku untuk bicara terbuka pada Tyaga tentang perasaanku pada Kak Arka. Mungkin Tyaga sudah tahu, tapi aku hanya ingin memperjelasnya. Jadi kuhubungi dia dan mengajaknya bertemu. Sorenya dia menjemputku dan mengajakku keluar. Saat ini kami berada di restoran outdoor yang berada di pinggir pantai. Mereka membangun dek mendekati laut dan meletakkan kursi-kursi di atasnya. Tyaga memilih salah satu meja di tepi pagar kayu yang bersebelahan langsung dengan laut. “Aku dengar sebuah pernikahan—meski bukan pernikahan sungguhan,” tekanku pada empat kalimat terakhir, “harus dilandasi dengan kejujuran.” Tyaga mengangguk setuju, mencoba memasang wajah serius meski tidak bisa menyembunyikan sorot geli di matanya. “Aku ingin B

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD