3 July 2020
Pemilikku selamanya
Episode 5
Maulana POV
Apa yang sekarang Firanda dan Andrian lakukan?
Apakah pria itu merayunya, dan menintanya untuk menjadi kekasihnya?
Bagaimana kalau Fira juga menyukainya?
Entah kenapa aku merasa gelisah sendiri, sekarang diriku memang berjalan berdampingan dengan Syeren, tapi hatiku tetap kutinggalkan untuk bersamanya, aku tidak tau dia akan membawaku kemana,” Syeren, kau akan membawaku kemana, si?” tanyaku tak sabar.
“ Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, “ jawabnya. Penasaran juga dengan apa yang ingin dia tunjukkan padaku, lebih baik aku mencoba untuk bersabar dan tetap mengikuti langkahnya, sesekali ku lirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku, bagaimana pun juga sebentar lagi ada ujian agama, jadi tidak boleh terlambat, sepertinya masih ada waktu 10 menit sebelum bel berbunyi.
Sebuah atap kosong yang ada di lantai empat kampusku, di sana memang ada sebuah atap kosong tapi bukan sengaja dikosongkan, tempat itu akan dibangun kelas lagi, jadi terdapat banyak alat-alat bangunan serta bahannya. Ku arahkan pandanganku sedikit meneliti tentang tempat ini, alisku sedikit bertaut, mungkin tempat ini yang ingin dia tunjukkan padaku, tapi untuk apa?
“ Maualan, kau lihat atap ini,’kan?” tanyanya. Jelaslah, mataku masih belum buta tentu saja aku melihat tempat seluas ini keceuali aku pindah dimensi, kepala ku mengangguk mengiyakan pertanyaan tak masuk akal gadis itu.
“ Atap yang akan dibangun untuk kelas lagi,” jawabku. Gadis itu tersenyum, aku meraskan firasat buruk, dia seperti mau mengatakan sesuatu yang membuatku tidak suka, ku harap bukan masalah perasaan, karena ikan berenang juga tau kalau perasaanku hanya untuk Firanda.
“ Itu benar, atap ini kosong dan akan dibangun untuk kelas yang baru, seperti hatiku yang kosong dan akan dibangun dengan cinta antara kita, kau dan aku, Maulana,” ucapnya.
What?
Apa baru saja dia merayuku dengan mengibaratkan atap yang kosong dengan hatinya yang kosong?
Ku balikkan tubuhku dan menatapnya bingung, aku tidak mau terlalu percaya diri atau terbawa perasaan, karena itu aku harus menanyakan langsung padanya,” Maksudmu?’ tanyaku bingung.
Syeren memajukan kakinya satu langkah, ia mengambil kedua tanganku dan menggenggamnya,” Aku menyykaimu, Maulana. Aku mau jadi pacarmu,” ucapnya. Sedetik, dua detik, tida detik, aku langsung menarik tanganku yang masih berada dalam genggamannya. Ku balikkan tubuhku dan memunggunginya, rasanya aku sangat ingin menolaknya tapi melihat raut penuh harap dari matanya hatiku menjadi tidak tega, kalau saja yang menyatakan cinta adalah Fira mungkin aku akan langsung menerimanya.
Kurasakan sebuah lengan melingkari pinggangku, aku pun menundukkan kepalaku, mataku dapat melihat lengan mungil itu miliknya , ku genggam lengan itu berniat untuk menyingkirkannya. Tapi jantungku seakan berhenti berdetak saat mendengar suara gadisku memanggil namaku seperti menahan kekecewaan,” Kak, Lana.”
Segera saja ku lepaskan lingkaran lengan Syeren di pinggangku, saat tubuhku berbalik mataku langsung bertemu dengan mata gadisku, mata itu menyiratkan kekecewaan dan terluka,” Firanda,” panggilku. Tapi gadisku langsung membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkanku bersama Syeren. Hatiku merasa yakin bahwa dia pasti salah paham, aku harus mengejarnya dan menjelaskan semuanya, tapi belum sempat kakiku bergerak Syeren sudah kembali mengcekal tanganku,” Jangan dikejar! Biarkan saja, lagi pula nanti Andrian yang akan menenangkannya,” ucapnya.
Apa? Andrian?
Apa dia tidak tau kalau aku sangat menyukai gadisku, bibirku bahkan selalu menyebutnya gadisku, aku tak ingin perduli lagi, kembali ku sentakkan tangan gadis itu yang masih berusaha untuk menahanku dan langsung pergi mengejar gadisku yang hatinya terluka.
Firandafirdaus636@gmail.com
Drag…
Drag…
Drag…
Suara langkah kaki yang berlari menuruni tangga, jantung yang terus terpacu dan hati yang sedang terluka, Firanda tidak tau kenapa hatinya merasa sakit saat Maulana dipeluk oleh gadis lain, bukankah mereka tidak memiliki hubungan apapun? Ia menghapus air matanya yang tanpa sadar telah mengalir dipipinya,” Kenapa aku harus bersedih? Kenapa juga aku harus sakit hati? Bukankah kami tidak memiliki hubungan apapun, kami hanya teman biasa yang bahkan baru pertama kali bertemu, aku tak boleh egois, aku tidak boleh menangis, aku harus tersenyum,” batinnya.
Gadis itu menghapus air matanya lalu memaksakan bibirnya untuk tersenyum, kemudian menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan, setelah itu ia kembali melangkahkan kakinya dengan tenang, menyembunyikan luka dalam hatinya, bersikap seakan tidak terjadi apapun.
Maulana berlari menuruni anak tangga, dia tidak perduli apakah nanti kakinya akan patah apabila tergelincir atau mungkin kepalanya bisa bocor, tapi dalam otaknya hanya ada gadis itu,” Firanda…!!” teriaknya. Pria itu telah kehilangan jejak, dia bingung harus mencari gadisnya kemana, bahkan saat dirinya sudah berada di lantai satu diapun belum menemukannya, bahkan napasnya sudah tersengal-sengal berlari dari lantai 4 kelantai 1 ,” Kau dimana, Fir? Aku tidak bermaksud membuatmu kecewa, aku sungguh tidak ada hubungan apapun dengannya,” gumamnya. Saat dia hendak kembali mencari gadis itu bel berbunyi untuk ujian kelas agama dimulai. Ia hanya bisa menghela napas dan terpaksa kembali melangkahkahkan kakinya masuk kedalam kelas.
Maulana berjalan sambal menunduk, dia lelah berlari hatinya juga karena gelisah memikirkan gadisnya, tapi suara panggilan seseorang menyentakkan kembali dirinya,” Kak, Lana,” panggilnya.
Pria itu mendongakkan wajahnya, matanya terpaku pada sosok cantic tapi terlihat sedih gadis yang disukainya, ia sudah duduk dengan nyaman di bangkunya, dia pun segera menghampiri gadis itu,” Fir, aku bisa menjelaskannya padamu,” ucapnya langsung.
Gadis itu tersenyum getir mendengarnya, ia menggelengkan kepalanya,” Tidak usaha, lagi pula itu hak, kak, Lana. Mau memiliki hubungan dengan siapapun,” jawabnya.
Maulana merendahkan tubuhnya di depan gadis itu, ia menekuk satu lututnya dan memandang wajah gadis itu,” Jangan begitu, Fir. Tadi itu tidak seperti yang kau bayangkan, aku bisa menjelaskan semuanya, aku mohon kau jangan marah,” pintanya.
Fira tersenyum tulus, ia bukan tidak mau mendengar penjelasan pria itu, tapi ia hanya takut terlalu berharap, dirinya mengerti kalau hatinya sudah jatuh hati pada pria yang ada didepannya, tapi mereka hanya berteman, tak pantas menurutnya jika terlalu ingin tau urusan seseorang,” Kak, Lana. Kita hanya teman,’kan? Jadi aku tidak ada hak untuk marah pada kakak, kecuali jika aku ini kekasihmu, tentulah aku akan sangat marah, jadi kakak tenang saja,” ucapnya meneangkan meski hatinya sendiri terluka.
Maulana meraih kedua tangan gadis itu lalu menggenggamnya,” Aku ingin kita lebih dari teman agar kau bisa marah jika aku dekat dengan wanita lain, dan kau bisa melarangku dekat dengan siapapun,” katanya. Gadis itu terdiam, dia tidak tau harus menjawab apa, baru saja ia ingin mengatakan jawabannya, dosen penguji sudah datang terlebih dulu, hingga mereka harus kembali duduk dalam bangkunya msing-masing dan kembali mengerjakan tugas.