Kertas ujian satu persatu muali dibagikan, seluruh peserta ujian pun sudah menerimanya,” Kerjakan dengan tenang!” perintah dosen penguji.
Susana kelas nampak henin, hanya terdengar suara pena yang digoreskan kedalam lembar kertas, seorang pria tampak tidak bersemangat dalam mengerjakan lembar soal itu, pikirannya masih terkenang pada sosok gadis yang duduk di bangku belakangnya, ia ingin mengatakan kejadian yang sebenarnya, tapi gadis itu selalu saja menolak, dirinya bingung harus bagaimana.
Matanya memicing saat lembar daftar hadir diedarkan dari bangku pojok paling depan. Pria itu memiliki ide untuk menyampaikan kejadian yang sesungguhnya melalui sebuat kertas, Maulana mengambil selembar kertas kosong lalu mulai menuliskan semua yang ingin dijelaskannya sambil menunggu lembar daftar hadir sampai padanya.
Fir, aku mintak maaf jika sudah membuatmu kesal, aku mohon kau jangan salah paham padaku. Aku tidak memiliki perasaan apapun pada Syeren, dia memang menyatakan perasaannya padaku, tapi aku tidak tertarik padanya. Jika soal dia memeluk pinggangku, itu juga aku tidak tau, karena tiba-tiba saja dia melakukannya, Fir. Kau tau? Seandainya aku boleh jujur, aku lebih menyukaimu dari pada dirinya, tapi aku rasa terlalu dini untuk mengatakannya, aku tidak berbohong, Firanda, percayalah!
Setelah itu ia melipat kertas itu menjadi dua, saat itu lembar hadir peserta ujian tepat berada di tangannya, setelah ia mendatanginya, dia langsung menyerahkannya pada Firanda bersamaan dengan kertas permintak maafan darinya.
Firanda menerima lembar absensi dari Maulana, tapi ia heran kenapa ada kertas lain di atasnya, dia pun mendongak menatap pria itu, kedipan matalah yang pertama kali dilihatnya. Gadis itu segera membuka lipatan kertas itu, bibirnya tersenyum tipis saat membaca isi kertas tersebut.
“ Aku juga menyukaimu, kak, Lana,” batinnya.
Gadis itu memasukkan kertas yang berisi surat itu kedalam sakunya, setelah itu ia kembali mengerjakan tugas, 30 menit waktu berlalu, Firanda telah menyelesaikan soal-soal tentang agama itu, ia pun segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi mengumpulkan lembar jawaban miliknya kemudia segera pergi meninggalkan ruang ujian.
Maulana memandang nanar kepergian gadis itu, dia kembali tidak bersemangat karena pikirannya, gadisnya tidak mau memaafkannya dan menyukainya, ia pun segera menyelesaikan soal-sola tersebut dan langsung mengumpulkan jawabannya.
Pria itu pergi meninggalkan kelasnya tanpa semangat, hingga dia merasakan sebuah jari mungil menggenggam tangannya, hampir saja disentakkan tangan itu kalau saja dirinya tidak menoleh kesamping dan melihat ternyata jemari yang menggenggamnya adalah jemari gadisnya, membuat hatinya kembali menghangat, Maulana membalas genggaman gadis pujaan hatinya.
“ Maafkan aku,” sesal Fira. Maulana kembali menoleh pada gadis itu.
“ Kenapa mintak maaf?” tanyanya.
“ Karena aku tidak suka jika ada gadis lain yang dekat, kak, Lana. Apa kakak marah?” tanya Firanda takut. Pria itu tersenyum penuh pengertian.
“ Itu karena kau menyukaiku, dan itu yang disebut cemburu,” jawab Maulana.
“ Karena itu aku mintak maaf, tak seharusnya aku seperti itu, karena kita,’kan, hanya sekedar teman,” ucap Fira tidak rela.
“ Kalau begitu, kau jadi kekasihku saja. Meski aku tau ini terlihat aneh karena kita baru juga bertemu, tapi percayalah! Aku serius,” Balas Maulana suungguh-sungguh.
“ Apa tidak apa-apa? Aku ini bukan gadis yang baik, aku ini pemarah serta egois,” ucap Fira takut kalau nanti pria itu meyesal setelah menjadi kekasihnya.
Maulana menghentikan langkah kakinya, ia berbalik dan memandang gadis itu,” Aku ingin kau jadi kekasihku, aku janji akan selalu setia dan menerima segala kekuranganmu,” ucapnya. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum sebagai balasan atas ungkapan cinta dari pria yang sudah memikat hatinya dari pertama bertemu.
“ Aku bersedia, kak, Lana,” jawabnya. Pria itu tersenyum tulus lalu mengambil tangan gadis itu kemudian menggenggamnya, di kecupnya kedua tangan gadoisnya,” Aku berjanji akan selalu setia,” balasnya.
“ Aku percaya pada, kak, Lana,” ucap Fira. Syeren menggeram penuh amarah, matanya berkilat tajam saat melihat pria yang disukainya berpegangan tangan dan saling bertatapan, ia yakin kalau mereka ada apa-apa, dilihat dari cara mereka saling berpandangan membuatnya semakin kesal, sebuah ide muncul dalam otaknya untuk membuat mereka berpisah, gadis itu pura-pura kesakitan dan berteriak memanggil nama pria yang disukainya.
“ Maulana, Maulana…!!!” panggilnya setengah berteriak. Sepasang kekasih itu mengalihkan perhatiannya pada Syeren, Maulana menyerngit bingung melihat gadis itu berjalan sempoyongan kearahnya sambil memegangi kepalanya, dia bahkan hampir jatuh kalau dirinya tak segera menangkapnya.
Firanda menatap Syeren curiga, ia merasa gadis itu hanya berpura-pura saja agar mendapat perhatian dari kekasihnya, sedangkan Syeren, gadis itu memandang Fira penuh kemenangan.
“ Maulana, tolong aku,” pinta Syeren pura-pura kesakitan.
“ Kau kenapa, Syeren?” tanya Maulana heran.
“ Aku tidak tau, tapi tiba-tiba saja kepalaku sakit. Sepertinya aku sudah tidak kaut berjalan,” ucap Syeren berbohong. Maulana bingung harus berbuat apa, dia tidak tau harus bagaimana, ia mengalihkan perhatiannya pada Sang kekasih. Gadis itu nampak tidak suka melihat dirinya memberi perhatian pada gadis lain, kemudian pria itu kembali mengalihkan perhatiannya pada Syeren, gadis itu terlihat sangat membutuhkan pertolongannya, hatinya tidak tega melihatnya kesakitan, ia tidak tau kalau gadis itu hanya mengelabuinya.
“ Baiklah, aku akan menolongmu,” ucapnya. Lalu menoleh pada kekasihnya,” Fir, maaf. Aku harus menolongnya, dia sakit,” ucapnya memintak pengertian.
Firanda tidak mengatakan apapun, gadis itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua, baru saja beberapa menit yang lalu mereka resmi menjadi sepasang kekasih, tapi sekarang hatinya sakit lagi, bukannya ia tidak mau menolong orang sakit, tapi dirinya tau kalau gadis itu berbohong dan pria itu mau saja dibohongi, dia kesal hingga memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki.
Maulana memapah Syeren, dia berniat mengantarkan gadis itu pulang kerumahnya karena khawatir akan terjadi sesuatu jika ditinggal sendirian,” Syeren, bersabarlah. Aku akan mengantarkanmu pulang, tunggu disini dulu! Aku mau mengambil motor,” ucapnya. Dia meminta gadis itu menunggu di depan ruang kelas dan ia pergi mengambil motor yang ada diparkiran.
Saat mau mengambil motornya, telinganya mendengar suara orang berteriak mintak tolong,” Tolong… tolong…!!!”
Maulana mengalihkan perhatiannya pada orang itu, terlihat seorang pria menggendong seorang gadis sambil berlari dan berteriak mintak tolong, pria itu segera menghampirinya. Alangkah terkejut dirinya saat melihat bahwa gadis yang digendong itu adalah kekasihnya sendiri yang pingsan dengan berlumuran darah, ia pun menjadi sangat panik dan segera mengambil alih gadis itu.
Maulana segera berlari keruangan kesehatan sambil membawa Firanda dalam gendongannya, ia seakan lupa pada Syeren yang telah menunggunya,” Fir, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau penuh darah begini?” tanyanya panik.
Setelah tiba diruang kesehatan, ia segera membaringkan tubuh gadis itu, seorang petugas kesehatan terkejut melihat calon mahasiswa baru datang sambil membawa seorang gadis yang terluka.