Episode 8

1021 Words
25 juli 2020 Pemilikku selamanya Episode 8             Manusia hanya boleh berencana tapi Tuhanlah yang akan menentukannya, telingaku sering kali mendengar kalimat-kalimat bijak semacam itu, hatiku selalu berharap akan kasih sayang kedua orang tuaku yang tulus dari dasar hatiku yang paling dalam, dugaan ku memang benar, jika mereka tau aku masuk rumah sakit, pasti akan mengomel seperti sekarang ini,”Ibu sudah bilang, Fir. Berhati-hatilah! Sekarang kau lihat sendiri, biaya rumah sakit itu mahal, dapat dari mana ibu uang?!”bentaknya. diriku hanya bisa terdiam menahan pedih dalam hati, siapakah orang ingin dirinya celaka?tidak ada, aku pun juga begitu, tidak ingin mengalami semua ini, tapi bukankah semua telah digariskan oleh Yang Maha kuasa, aku bisa ap ajika memang Tuhan telah menakdirkanku begini. “Ibu pusing, kau selalu membuat ibu setress memikirkanmu, apa kau mau ibu mati berdiri?!”bentaknya lagi. Rasanya diriku ingin menangis, tapi tidak berani melakukannya di depan ibuku atau dia akan semakin marah, seandainya aku boleh memilih , diriku tidak keberatan jika tidak dilahirkan kedunia ini asal kau bahagia. “Terserah kau saja!”ucapnya lagi dan langsung meninggalkan ruang rawat inapku. Pedih pilu menyayat hati, bibirku tersenyum dengan air mata yang terus mengalir, mataku memperhatikan selang infus yang masih menempel kuat di pergelangan tanganku, sakit sungguh sangat sakit, rasanya sangat sesak. Perlahan ku sentuh benda itu, saat hendak ku cabut, suara seorang pria yang selalu menenangkanku berteriak agar aku mengurungkan niatku,”Jangan!” Mataku beralih pada sosok itu, diriku memperhatikan penampilannya yang jauh dari kata miskim, kaos putih bergambarkan love dan blazer tiga perlapan, celana kulit hitam yang terlihat elegan serta sepatu cat hitam, mataku mengerjap, otakku berpikir, sejak kapan dia mengenakan pakain mewah seperti itu? Kasihku, dia kekasihku bergerak dengan cepat mengambil tanganku dan menyingkirkannya dari selang infus yang masih menancap disana,”Apa yang kau lakukan?kau itu masih sakit, dokter saja masih belum mengizikanmu untuk pulang,”tegurnya sambil menuntunku untuk kembali berbaring. “Hiks…Hiks… Hiks…akum au pulang kak Lana,”rengekku dengan air mata masih berderai. Entah kenapa aku bisa menangis saat didepannya, padahal di depan ibuku saja diriku tidak bisa melakukannya. Maulana menarik kursi khusus untuk pengunjung, ia menundukkan dirinya disana, dengan lembut dia mengambil tanganku dan menggenggamnya,”Kau ini kenapa lagi?apa ada perawat yang memperlakukanmu dengan tidak baik?”tanyanya lembut sambil mengusap-usap lembut punggung tanganku. Matanya menatapaku penuh ketulusan hingga aku merasa nyaman dan aman berada disisinya, diriku hanya menggelengkan kepalaku, karena memang tidak ada perawat yang memperlakukanku dengan tidak baik, mereka semua ramah dan perhatian,”Aku tidak mau membuat orang tuaku terbebani karena biaya rumah sakitku,”jawabku sambil menundukkan kepala dan memandang tangannya. “Hmm, kau tidak perlu mencemaskan itu, yang terpenting sekarang adalah kesembuhanmu. Aku sudah melunasi semua biaya rumah sakitnya,”balasnya sambil memindahkan tangannya pada surai hitamku dan membelainya dengan lembut. Aku terkejut juga kebingungan, siapa sebenarnya kekasihku itu? Kenapa dia bisa melunasi biaya rumah sakitku? Apakah dia memintak pada orang tauanya? Aku juga penasaran kenapa dandanannya berubah jadi terlihat keren dan ganteng, kuangkat kepalaku dan wajahku berpaling padanya, mataku menatapnya heran,”Bagaimana kakak bisa melunasi biaya rumah sakit? Apa lagi ini kamar VIP, pastinya sangat mahal,’kan?”tanyaku heran. Mataku dapat melihat keterkejutannya mendengar pertanyaanku, ia bahkan menarik tangannya kembali,”Eh, hahaha, Fir. Kau jangan salah paham dulu! Kebetulan tabunganku cukup, jadi aku menggunakannya,”tawanya dengan tawa canggung menghiasi bibirnya, tapi kenapa hatiku tidak yakin, melihat dari dandanannya aku yakin dia bukan orang miskin.   Maulana POV Dasar bodoh, kenapa juga aku bisa mengatakan itu? Kenapa juga aku tidak mengatakan kalau ada orang yang berbaik hati berkenan menolong dirinya? Atau mungkin pihak kampus begitu? Lihatlah! Gadis ku masih menatapku penuh selidik , matanya bahkan masih memperhatikanku penuh curiga,”Kenapa penampilan kak Lana berubah jadi seperti orang kaya?”tanyanya sambil menyentuh blazer yang aku pakai. Duh,’kan, gadis ku itu sangat pehatian, tapi sekarang aku bingung harus ngelak apa lagi, alasan apa lagi, masak aku harus bilang pinjam, tidak etis,’kan?tapi hatiku belum siap berkata jujur, diriku sangat takut kalau dia akan meninggalkanku mengingat dirinya pernah berkata bahwa dia lebih suka dengan orang sepadan, tapi hatiku juga tidak ingin membohonginya terlalu lama. Jujurlah meski itu terasa sulit, mungkin ungkapan itu harus ku lakukan sekarang, segala macam resiko, biarlah ku tanggumg semua,”Fir, aku mintak maaf, aku tidak jujur padamu, kakakku adalah pemilik rumah sakit ini, sedangkan aku sendiri memiliki sebauh perusahaan berlian,”ucapku sambil menudukkan kepalaku dan terus menggenggam tangannya. Ku pejamkan mataku rapat, bersiap dengan kemarahannya, dalam hatiku berdoa semoga dia tidak sampai memutuskanku.             “Kak, Lana, seorang pengusaha kaya?”tanyanya seakan tidak percaya dengan apa yang ku katakana. Ku anggukkan kepalaku, sungguh hatiku ketakutan kalau dia akan meninggalkanku.             “Memang, kak Lana tidak punya kekasih dari kasta rendah?”tanyanya lagi. Langsung ku dongakkan kepalaku dan menatapnya, kini dapat ku lihat wajah ketakutan dalam dirinya, apa dia takut aku meninggalkannya karena status social kita berbeda?.             “Fir, percayalah! Aku tidak pernah memandang orang itu dari kasta, karena menurutku jabatan tinggi atau harta itu tidak penting, itu semua hanya titipan dari Yang Maha Kuasa, dan kebetulan saja aku yang dititipi,”jawabku sambil mengelus pipinya yang halus tanpa make up yang ketebalan.             “Aku percaya,”jawabnya sambil menganggukkan kepala. Hati yang tadinya terasa sempit akhirnya bisa lega setelah mendengar jawabannya. Cup … Ku kecup keningnya yang masih dibalut perban, lalu kupeluk dirinya, kusandarkan kepalanya di dadaku, aku ingin dia tau kalau dia sangat berharga untukku. Langit biru berhiaskan awan putih… Mengisi hati yang penuh kasih,,, Sejuta luka tak terlihat dalam hati,,, Hanya mampu mengalir dengan air mata yang suci,,, Berjuta bintang tersembunyi dalam angkasa,,, Sejuta cinta tenggelam dalam lautan duka,,, Sejuta mimpi hadir dalam hati yang tersiksa,,,   Seorang dokter pria dan wanita berjalan tergesa di Lorong rumah sakit,”Sudalah, Keysya. Ivan itu punya pilihan sendiri dalam menentukan siapa yang berhak berada dalam hatinya,”jelas dokter pria sambil terus berjalan mengikuti langkah gadis itu. “Kak. Kak, Reyhan,  itu harusnya mendukung hubunganku dengan Ivan, kakak,’kan, tau dari kecil aku sudah mencintainya, aku tidak bisa relakan dia begitu saja pada gadis tak jelas yang baru dia temui di kampusnya!”balas Keysya kesal. Gadis itu semakin mempercepat langkahnya meninggalkan Reyhan yang berusaha berlari mengejarnya, bagaimana pun juga adiknya perlu kebebasan. Keysya berhenti di depan pintu ruang rawat Firanda, dia menarik napas dalam lalu mengeluarkan perlahan, saat dia mengulurkan tangannya untuk membuka kenop pintu tersebut, ia melihat seorang gadis bersandar dengan manja di d**a pria pujaan hatinya, tanpa piker panjang, gadis itu membuka pintu ruangan itu dengan keras, hingga menimbulkan suara yang nyaring. Brak…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD