Berbeda dengan yang di lakukan Emily, Diana dan temannya yang juga seorang teknisi mesin robotik itu masih tengah membongkar beberapa bagian dalam tubuh Max, Diana dan Rans mencoba memberikan perangkat tambahan pada diri Max, meski sangat mustahil membuat seorang robot bisa menelan makanan, Diana tetap mencoba melakukan hal itu, dan Max adalah percobaan satu-satunya yang Diana punya.
“Akan sangat bahaya jika daya tampungnya pecah.” Rans berdiri, menyimpan sebuah alat yang ia gunakan ke atas meja.
“Menurutmu apa yang perlu aku tambahkan? Aku merasa keputusanku ini sangat berisiko, tapi aku butuh kepuasan saat hasil uji akhir nanti selesai.” Diana menutup kotak peralatan lalu ia dan Rans menatap Max yang kondisinya masih belum selesai di perbaiki.
“Hati-hati dengan ambisimu, Anna. Itu nanti bisa akan menjadi boomerang untukmu di kemudian hari.” tegur Rans.
Diana menghela nafas, menarik kursi untuk menopang tubuh lelahnya. “Kau benar.”
“Diana! Paketmu sudah tiba!” profesor berseru sembari membawa sebuah boks berukuran lumayan besar.
“Akhirnya!” Diana menyahut antusias, ia mengambil boks di tangan profesor, membuka boks tersebut untuk melihat isinya, Diana tersenyum sumringah.
Rans mendekat, melihat alat di dalam boks tersebut, memegang satu dari sekian banyak barang kecil di dalam boks itu, ukurannya memang tidak begitu besar, hanya sebesar tutup botol cola dengan ketebalan yang kurang dari satu senti, namun mengenai kegunaan alat tersebut jangan di ragukan lagi.
“Jadi kapan kau akan memasang benda ini ke dalam humanoidmu?”
“Sekarang juga. Kau masih punya waktu untuk membantuku sehari lagi kan?” Diana mengeluarkan sisa alat yang berada di dalam boks, sebelum memasangkan ke dalam tubuh Max, terlebih dahulu Diana menyalin semua data yang sempat pernah Max pelajari.
Rans memperhatikan Diana, ia menyimpan kembali benda yang ia pegang ke dalam boks nya, duduk di kursi lain melihat Diana yang mengoperasikan komputer.
“Seberapa besar daya simpan benda yang kau pesan itu?” tanya nya.
“Tidak terbatas,” sahut Diana tanpa menoleh ke arah Rans.
“Kau yakin? Aku rasa semua penyimpanan punya daya tampung sesuai kemampuan, tidak ada yang memiliki penyimpanan dengan data beratusan juta Mega Bite, kecuali Max sebuah perusahaan intrnasional, itu pun dengan penyimpanan yang sangat besar dan tentu saja harus di perbaharui setiap tahun.”
Diana justru tersenyum. “Itulah alasan kenapa kita butuh bantuan dari perusahaan penyimpanan data, kau tidak perlu pikirkan hal itu, Max punya kelebihan yang tak bisa aku katakan padamu, yang pasti aku jamin, Max pasti bisa menjadi robot masa kini dengan keahlian paling mutakhir yang pernah ada.”
“Kau masih tetap sama, tapi mulai darimana kau mengerjakan bagian Max?”
“Sebentar, masih aku progres data basenya.” Diana masih menggerakkan jarinya di atas papan keyboard lalu pindah ke sebuah layar cahaya, memindahkan beberapa bagian data penting menjadi satu lokasi.
Lima belas menit kemudian Diana dan Rans mulai kembali mengerjakan penyelesaian di dalam tubuh Max, setelah berhasil di perbaharui, Max bisa mencoba makanan seperti manusia, hanya saja daya tampung di dalam tubuh Max tidak seperti manusia, makanan yang Max makan pun juga harus memiliki selera berbeda, jelasnya, Max bisa mengubah makanan yang dia makan menjadi sumber energi yang bisa membuat energi batterai bertambah beberapa persen. Namun yang menjadi poin penting adalah, Max tak boleh sembarangan memakan makanan atau bagian pengolahan makanan untuk menjadi sumber energi tambahan batterai akan rusak.
Ini masih dalam uji coba, Diana belum memastikan ide gilanya ini akan berhasil, menambahkan lambung pada seorang robot masih belum di uji secara menyeluruh, Diana hanya mengikuti bagaimana cara agar makanan yang masuk ke dalam lambung Max bisa diubah menjadi energi tambahan dalam waktu dua sampai empat jam.
Seperti apa yang Rans katakan tadi, jangan sampai ide gila Diana menjadi boomerang, kerusakan di dalam diri Max akan mengakibakan kerugian yang tidak sedikit.
Rans memperbaiki bagian depan, ada bagian kabel berwarna biru kecil tak di sambungkan oleh Diana, “Diana. Apa fungsi dari kabel biru ini?” tanya Rans memastikan, jangan sampai ia salah memasang dan membuat humanoid Diana rusak.
“Itu untuk...,” Diana menjeda kalimatnya, segera ia mendekati Rans dan mengambil alih kabel kecil itu, Diana tidak mungkin mengatakan jika Max juga dalam perencanaan agar bisa memiliki perasaan seperti manusia, “Biar aku saja.” lanjut Diana.
Sesaat Rans mengernyitkan kening namun tak mengatakan apapun, kedua teknisi robot itu pun mengerjakan bagian masing-masing sampai beberapa jam mereka sibuk mengutak atik bagian-bagian di dalam tubuh Max, akhirnya Max kini sudah menjadi Humanoid yang utuh lagi.
Diana menatap puas hasil maha karyanya selama beberapa tahun ini, Max terlihat sangat sempurna.
“Kau sepertinya sangat menyukai laki-laki berotot kekar sampai membuat Max benar-benar sempurna dari tampilan yang dia miliki.”
“Ya, aku rasa semua wanita menyukai pria kekar, tidak sepertimu yang berotot spageti.” ledek Diana, Rans menjitak kepala Diana sampai membuat perempuan meringis pelan.
“Coba kau aktifkan, aku ingin melihat hasil dari kerja kerasmu ini berhasil.” ucap Rans. Diana mengangguk setuju, ia melepaskan sarung tangan karet yang dia pakai, lalu menempelkan sidik jarinya di belakang punggung Max, bahu Max terbuka menampilkan rakitan peralatan rumit di dalamnya, Diana menekan tombol hijau di dalam sana lalu menutup kembali bahu Max, setelahnya tombol kecil di belakang telinga kiri Max di tekan oleh Diana.
Awal di aktifkan, Max mengatakan kalimat berbahasa asing, Diana maupun Rans tak bisa mengartikan bahasa robot yang Max gunakan, kedua orang yang tengah memperhatikan Max terlihat kebingungan hingga akhirnya Max bersuara dengan bahasa yang Diana pahami.
“Sistem update selesai, BIXYY di aktifkan.”
Rans menatap Diana sebentar lalu ke arah Max lagi. “Apa itu BIXYY?” tanya Rans.
“Itu nama yang aku berikan pada Max untuk pertama kalinya.”
“Wow, unik sekali, apa artinya?”
“Tidak ada, aku hanya iseng menamainya seperti itu.” jawab Diana, Rans berdecih pelan sebelum ia memastikan sekarang pukul berapa.
“ASTAGA!” pekiknya, Diana sampai terlonjak kaget gara-gara seruan Rans yang mendadak.
“Kau ingin kau mati jantungan!” maki Diana balik.
Rans tidak menjawab, lelaki itu mengambil kembali baju luarnya dan juga telepon genggam yang ia punya. “Aku lupa ada pertemuan pukul delapan nanti, aku harus buru-buru kembali ke kantor.” Rans mengulurkan ponsel ke arah Diana. “berikan nomermu agar aku bisa berkomunikasi denganmu seperti biasa.”
“Cih, aku pikir kau punya waktu luang sampai bisa membantuk menyelesaikan Max.”
“Cepatlah, waktuku tersisa satu jam lagi.” Rans mengambil ponselnya kembali dari Diana.
Setelah memastikan Diana telah menyalin nomor ke ponsel lelaki itu, Rans memakai sepatunya dengan cepat kemudian berjalan cepat menuju pintu keluar, sebelum Rans benar-benar menghilang dari balik pintu, Diana berteriak.
“Terima kasih sudah membantuku, RANS!”
Rans berbalik sebentar. “Panggil saja aku jika kau butuh bantuan.” sahutnya sebelum Rans benar-benar menghilang dari balik pintu, Diana tersenyum, ia kembali menatap Max yang saat ini sementara berdiam diri menunggu perintah.
Jika tidak ada bantuan dari Rans, mungkin Diana butuh waktu lima hari hingga ia benar-benar selesai memperbaiki Max.
Diana tersenyum bangga melihat kemajuan pesat dari dalam diri Max, tersisa kurang lebih enam belas hari lagi Diana menitipkan Max di rumah Emily, jika selama itu Max bisa melewati masa uji cobanya maka Diana benar-benar akan memenangkan investasi yang tidak terkira harganya, dan juga ia bisa menciptakan humanoid baru yang layak diedarkan untuk orang-orang kaya.
“Kendali otomatis, di aktifkan.” ucap Diana.
“Perintah di terima.” jawab Max.