Chapter 7

1072 Words
“Prof, sepertinya aku harus segera mengembalikan Hans ke apartemen Emily atau perempuan itu nanti akan curiga.” Ucap Diana sembari membereskan alat-alat yang baru saja ia gunakan untuk memperbaiki Max. “Sekarang pukul berapa profesor?” Tanya Diana lagi. “Baru pukul delapan malam.” Jawab profesor. Diana menegang, “Delapan malam! Gawat, Emily pasti sudah ada di rumah sekarang.” Pekik Diana dan semakin bergegas membereskan beberapa hal yang perlu saja. Diana mengaktifkan Max, semua sistem di dalam diri Max di kembalikan setelah itu Diana berpamitan dengan profesornya dan mereka berdua pergi menuju mobil profesor yang Diana pinjam. “Max, coba kau lacak keberadaan Emily sekarang apakah dia ada di apartemen atau di tempat lain.” Perintah Diana dan Max langsung mengolah perintah itu langsung mengambil data IP di dalam ponsel Emily. “Central market. South west, Road xxx.” jawab Max. Diana lalu mengarahkan mobilnya menuju ke alamat yang Max sebutkan, mungkin dengan menghampiri Emily di sana ia bisa beralasan jika dia dan Max sedang akan berbelanja untuk memasak makanan spesial. Namun setibanya di tempat parkir Diana melihat Hans menarik Emily keluar hingga mereka juga tiba di dekat parkiran. Diana tidak langsung turun dari mobil dia memilih untuk melihat apa yang akan Emily lakukan terhadap mantan pacarnya. Terlihat Emily akan menampar Hans yang langsung di tahan oleh lelaki itu. Keduanya terlibat cekcok yang tidak Diana dengar tapi tiba-tiba Emily terlihat seperti menangis. Diana mencengkeram stir kemudi. “Mode perlawanan di aktifkan.” ucapnya, setelah itu Max turun dari mobil menghampiri keberadaan Emily dan Hans, Diana masih belum turun hingga Max menarik baju bagian belakang Hans dan meninggalkan tinjuan di wajah lelaki itu. “Max?!” Suara pekikan kaget Emily terdengar hingga di telinga Diana. Diana tersenyum miring puas melihat orang yang mengganggu sepupunya nyusruk ke tanah. “Makan tuh tangan besi.” kekeh nya lalu dia turun bersikap tidak tau apa-apa dan juga pura-pura syok melihat Hans yang tidak bisa berdiri lagi sedangkan Max hanya diam setelah memukul Hans. “Emily kenapa kamu menangis?” Diana menarik Emily ke dalam pelukannya sejenak sebelum membawa Emily menjauhi Hans. Emily ingin menoleh ke arah Hans namun Diana mencoba menahan agar Emily tidak melakukan hal itu. “Aku tidak apa-apa Diana.” Emily menahan langkahnya mengusap air mata lalu menatap Max dan Diana bergantian. “Kalian kenapa bisa ada di sini juga?” “Oh itu tadi rencananya kami akan mampir membeli beberapa bahan memasak tapi malah melihat kamu di ganggu Hans, lalu aku kehilangan Max saat aku baru akan memakirkan mobil dan lihat dia baru saja menghajar mantan kekasihmu.” Seratus persen apa yang Diana katakan adalah kebohongan karena pada nyatanya dia memang sengaja menemui Emily dan menyuruh Max memberikan sedikit pelajaran untuk Hans. Emily menatap Max lalu ke tangan lelaki itu, “Apa tanganmu baik-baik saja Max? Ku lihat tadi kau terlalu keras meninju Hans?” Nyaris saja Diana tertawa terbahak bahak mendengar pertanyaan Emily, bukan tangan Max yang kesakitan apa lagi sampai terluka. Max terbuat dengan besi berkualitas, terlebih yang di pukul Max barusan hanyalah manusia bodoh yang mengganggu Emily. “Sepertinya tangan Max terluka.” Berbeda dengan apa yang di pikirkan dengan apa yang di ucapkan. Diana menambah situasi yang menurutnya akan tambah seru, Diana akan melihat bagaimana reaksi Emily selanjutnya. Max itu Humanoid dan pukulan seperti itu tidak akan bisa melukainya, justru Max sendiri dapat memperbaiki dirinya sendiri jika sampai ada kerusakan di body luarnya. “Lagian kau ini kenapa datang tiba-tiba lalu memukulnya sekeras itu, aku saja yang melihatnya merasa sakit sendiri jika yang memukul Hans adalah tanganku.” Diana menahan bibirnya dengan telapak tangan agar tawanya tidak pecah. “Baiklah kalau begitu kenapa tidak kamu lanjutkan, kenapa kamu berada di sini tadi?” Tanya Diana. Emily menoleh ke arahnya. “Memang apa yang aku lakukan di sini tadi?” Emily balik bertanya namun Diana hanya mengedikkan bahu. “Amy. Karena kita sudah bertemu di sini aku kembalikan Max padamu karena aku harus kembali, lain kali akau akan ke apartemenmu.” Pamit Diana namun dia abaikan dengan oleh Emily, Diana memutar bola matanya jengah tapi ya sudalah setidaknya Emily sudah mau menerima keberadaan Humanoid itu di sekitarnya semoga saja Max bisa melindungi Emily. Setelah kepergian Diana, Emily mencari keberadaan sepupunya itu lalu menatap Max karena tidak menemukan Diana, “Tadi dia ada di sini apa kamu melihatnya?” Max menggeleng, Emily menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Sepertinya hari ini aku sudah terlalu banyak pikiran, lebih baik ayo ikut aku membeli bahan masakan dan segera pulang.” Dan jawaban Max hanya sebuah anggukan. Emily berdecih. Sekitar setengah jam Emily berbelanja dan kini mereka kembali untuk menuju apartemen. Max diam seperti patung di dalam mobil, tak ada yang dia ucapkan selain hanya menatap jalanan di depan yang mereka lewati. Suasana di dalam mobil terasa begitu hening meskipun lagu dari radio sengaja di putar. “Apa surat dan data-datamu sudah selesai di urus?” Tanya Emily sambil membelokan mobil ke arah bassement. “Belum.” Jawab Max. Emily memutar bola matanya malas, ia sedikit kesal dengan cara bicara Max yang sangat irit dan kaku, apa mungkin lelaki ini tidak bisa mengurutkan satu demi satu kata menjadi sebuah kalimat? Mustahil. Emily turun di ikuti Max setelahnya. Emily membuka bagasi mobil mengeluarkan beberapa kantong belanjaan lalu memberikan semuanya pada Max sedangkan dia sendiri hanya membawa kunci mobilnya membiarkan Max sedikit kesusahan dengan barang bawaan. Sejujurnya Emily sedikit kesal tapi anehnya ia tidak tau kesal karena apa. Tiba di apartemen baru Emily membantu Max memasukan sayuran ke dalam lemari pendingin agar lebih tahan untuk satu minggu ke depan. “Tadi kamu memukul Hans kenapa?” Emily kembali bertanya sembari memasukan satu persatu sayuran dari tas ke dalam lemari pendingin. Max tidak menjawab, tangannya hanya sibuk ikut membantu pekerjaan Emily saat ini. Emily bangkit berdiri di depan Max menghalangi pekerjaan Max Emily menatap wajah datar Humanoid itu, “Aku paling kesal berurusan dengan makhluk sepertimu. Setidak nya kau punya mulut, lalu untuk apa kau punya mulut jika tidak untuk di gunakan berbicara?” Bukan tidak mau menjawab. Tapi Max adalah Humanoid dan dia bagaikan bayi yang baru lahir belum tau apa-apa, terlebih Max baru di aktifkan lima hari yang lalu artinya usia Max saat ini baru lima hari. Saat ini Max belum bisa berbicara banyak hingga ada saatnya dia tidak akan memberikan waktu untuk Emily memberikan pertanyaan lagi untuknya. “Tapi aku berterima kasih atas tindakanmu yang tadi.” ucap Emily kemudian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD