TERPURUK DI RUMAH PETAK

1024 Words
Malam itu akhirnya Zul dan Rafandra memutuskan untuk menyewa dua rumah petakan dengan uang yang ada di dompet Zul. Kalau satu petak tentu tidak cukup untuk mereka berlima. Zul sudah memutuskan dia tak mau kembali ke Anya karena selain uang yang ada di rekening Anya perempuan itu juga tak dapat subsidi lagi dari Mr Wira. Bagaimana dia mau menghidupi perempuan itu? Lebih baik dia menghidupi keluarganya saja. Belum lagi biaya rumah sakit kelak. Belum lagi biaya perawatan wajah dan tubuh Anya yang satu kali treatment bisa untuk biaya hidup keluarganya berlima selama dua bulan setidaknya satu bulan! Nanti Rafandra dan Windriya akan satu rumah dan anak-anak satu rumah. Mereka hanya punya uang untuk itu saja. Alat-alat dapur pun mereka tak punya. Dulu ada barang-barang dapur dari rumah lama, tapi sudah mereka buang-buangi karena saat itu merasa tak butuh sebab sudah masuk ke rumah mewah. Jadi mereka sama sekali tak ada barang di mansion ini. “Bagaimana dengan perhiasan Ma?” tanya Age. “Nggak usah macem-macem,” kata Rafandra tegas. “Kemarin di pernyataan sudah dituliskan kita harus keluar dalam tempo waktu 1X24 jam dan hanya bisa bawa pakaian, walau pakaian itu dari uang Shita, tapi dia tidak melarang kita bawa. Tidak boleh bawa apa pun selain pakaian. Kalau kita mencuri. Satu saja perhiasan itu kita bawa ada di pernyataan tertulis sudah disebutkan tak ada ampun.” “Enggak perlu kita menambah persoalan baru. Kita harus taat seperti itu kecuali kalian mau mencuri silakan saja tanggung sendiri akibatnya. Misal kamu mau membawa barang elektronik atau apa pun.” “Masih bagus handphone mahal kalian itu masih bisa di tangan kalian. Setidaknya itu bisa dibuat modal atau apa pun.” “Laptop bawa saja, hanya jangan diumpetin, tanya saja boleh dibawa tidak. Selebihnya tidak usah berharap.” “Jadi gitar atau apa pun tidak boleh?” tanya Andy. “Janganlah daripada kita kena kasus. Tapi coba saja bawa. Nanti kalau disuruh taruh ya letakkan. Toh kita bawanya jangan sembunyi-sembunyi tapi terlihat. Apakah boleh atau tidak. Kalau boleh ya bawa, tapi kalau sembunyi-sembunyi misalnya perhiasan atau apa pun jangan. Kalau laptop kayaknya dia nggak akan larang.” Rafandra yakin mereka pasti akan digeledah, jadi memang benar yang papanya katakan lebih baik jangan mencuri-curi bila ingin selamat. Kalau memang sudah ada surat pernyataan yang mereka tandatangani. Kecuali belum ada surat pernyataan Zul masih bisa mengharap hal lain tapi kalau sudah ada surat pernyataan tentu tidak baik melawan hal itu. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Pagi ini seperti dugaan Rafandra dan Zul mereka ditunggu oleh petugas keamanan dari Shita, tas dan kardus yang mereka bawa diminta dibuka sebelum mereka keluar. Begitu pun tubuh mereka diperiksa dengan alat dan manual. Jadi benar-benar tak boleh ada tersisa apa pun. Yang perempuan tentu saja diperiksa oleh perempuan. Benar-benar Shita tidak akan mau kehilangan apa pun. Sudah diberi kemudahan, salah sendiri malah curang seperti itu. Sehingga akhirnya sekarang menerima nasib seperti ini. Beruntung Shita mengizinkan membawa laptop. Pengacara meminta Age dan Andy memilih bawa laptop atau gitar atau barang lain. Pokoknya hanya 1 bonus selain HP. Bekas HP lama pun tak boleh karena masih ada harga jualnya. Tadi malam Zul telah menyewa secara online rumah petak, jadi mereka tinggal datang ke rumah sewaan tersebut. Rumah petak itu disewakan 250 ribu per bulan, jadi 500 ribu sebulan untuk 2 petak yang mereka ambil. Mereka ambil 2 bulan, sehingga uang sisa di kantong Zul tinggal satu juta. Uang di kantong mama dan papanya juga tinggal satu jutaan. Jadi uang mereka memang tidak banyak. Itu untuk bertahan hidup, makan dan segala macamnya. Belum lagi pagi ini mereka sewa mobil bak. Tentu tak mungkin bawa barang-barang itu dengan mobil penumpang. Kedua adik Zul naik di mobil bak sama kardus kardus dan koper kecil, dan Papa mamanya yang naik di taksi karena harus mutar ke rumah Shita dulu ambil barang-barang Zul. Pagi itu saja sudah menghabiskan 400.000. 100.000 untuk taksi, dan 300 untuk mobil bak. Uang bertambah tipis. Mereka benar-benar tak percaya harus terlempar dari rumah nyaman hanya gara-gara Zul salah langkah. Zul bahkan kalau tidak merasa butuh semua surat-suratnya malas mengambil pakaian yang ada di satpam rumah Shita. Tapi karena di sana ada surat-surat pentingnya, Zul terpaksa mengambil koper dan kardus berisi pakaiannya. Benar-benar dia sudah tak ada harganya lagi. Bahkan satpam pun tak mau menghormatinya lagi karena sudah tahu Zul itu sudah ditendang oleh Nona majikan mereka. Kalau tidak ada ijazah tentu Zul merasa tak usah diambil lah pakaian-pakaian itu. Untungnya dia ada beberapa pakaian mahal di apartemen Anya. Baik pakaian kerja mau pun pakaian sehari-hari, sehingga bila bertemu orang atau dia harus ke kantor tentu dia masih punya pakaian yang bagus. Tapi pakaian lain semua sudah tak bisa diambil di rumah Shita. Bahkan masuk ke rumah saja dia sudah tak boleh. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Siang ini pengacara Shita bertemu dengan pengacara Wira mereka akan melakukan transaksi p********n. Tapi pengacara Shita membawa wartawan mereka sengaja memperlihatkan transaksi p********n utang Anya. Jelas-jelas wartawan menuliskan p********n utang nona Hiranya Janavi Dewangga atau Anya, putri konglomerat Ekawira Dewangga dan pasangan selingkuhnya Zulchair Pandji Nareswara atau Zul suami Nona Akshita Eshvarya Abhimata atau Shita agar Nona Anya putri Mr Ekawira Dewangga tidak dipenjarakan oleh nona Shita. Berita itu ditulis besar-besar. Tak bisa ditolak karena bukan satu wartawan, tapi banyak media yang meliput transaksi tersebut. Gantari dan Wira tentu saja tambah tak percaya, Shita benar-benar menghancurkan Anya dan Zul yang berimbaspada nama besar mereka. Jelas-jelas disitu disebutkan Zul korupsi karena menggunakan uang untuk berfoya-foya dengan Anya. Anya menikmati sehingga memang Anya harus membayarkan semuanya! ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kenapa harus ada wartawan sih Pi? Papi nggak bilang sama pengacara kita?” keluh Gantari. “Mana Papi tahu. Papi nggak pikir seperti itu. Papi pikir namanya antar pengacara ya nggak pakai liputan wartawan sedemikian rupa. Ternyata itu dibiarkan dengan banyak wartawan. Terlihat dari setting lokasi transaksi memang disediakan untuk wartawan datang. Jadi kita nggak bisa bicara apa pun,” kata Wira. Tentu saja Wira dan Gantari benar-benar bingung karena keluarga dari dua belah pihak menghujat mereka. Bagaimana mungkin anak cuma satu kok bisa kecolongan seperti itu. Mereka masih mengira Zul lah yang memprovokasi Anya supaya melakukan keburukan. Semua menyalahkan Zul. Tak ada yang menyalahkan Anya sebagai penyebab perselingkuhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD