MAU BONGKAR YANG MANA?

1038 Words
Hari ini Shita mulai bekerja normal. Dia tak perlu menghindar wartawan, karena statusnya sudah jelas dia umumkan Zul adalah mantan dan semua sudah dia buka kalau Zul selingkuh dengan Anya. Jadi dia tak perlu ragu lagi berangkat ke kantor. Siapa pun sudah tahu tentang perceraiannya. Shita tidak perlu gubris Zul lagi. Walau kedua mertuanya sudah minta maaf saat mereka selesai makan siang itu, tapi tetap saja semua nomor keluarga Zul sudah diblokir oleh Shita. Shita tak mau peduli lagi sama mertua amburadulnya itu. Ternyata mereka malah tidak dianggap oleh Anya. Mereka hanya dianggap sampah padahal Shita selalu menghormati mertuanya. Tapi mertuanya yang tidak tahu diri. Shita telah mengangkat derajat mereka sehingga bisa menikmati hidup mewah, mereka malah memilih mengkhianantinya membuat dia sangat tersinggung. Sekarang keluarga Zul malah jadi lebih miskin dari zaman mereka dulu. Mereka dulu punya satu rumah tipe 36, paling tidak barang dapur semuanya ada, satu motor butut Zul miliki sebelum menikah dengan Shita, tapi ketika mereka diberikan tinggal di mansion, rumah itu dan motor mereka jual. Entah uangnya dikemanakan. Padahal uang rutin tetap diberikan oleh Shita. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Anya sekarang tak punya ruang gerak sama sekali. Oleh teman-teman sosialitanya tentu dia sudah tidak dianggap. Terlebih orang-orang yang tak suka tentang perselingkuhan. Jelas buktinya dia adalah pelakor. Sehingga siapa pun tentu tak mau bila berdekatan dengannya dan lagi nggak mungkin juga dia ke tempat teman-temannya. Siapa yang mau berteman dengan orang miskin seperti dia? Nggak mungkin kan mereka harus membayari Anya terus-terusan? Selama ini beberapa kali Anya yang bayar, pokoknya gantian. Tapi kalau Anya sudah tidak ada penghasilan sama sekali, dalam hal ini subsidi dari orang tuanya, ya enggak mungkin mereka harus membayari terus-terusan. Anya sekarang sendirian. Zul pun sudah tidak mau menggubrisnya lagi. Nomornya sudah diblokir oleh Zul. Anya benar-benar panik. Dia ingin mempunyai nomor baru untuk menghubungi Zul. Biar bagaimanapun anak ini harus mendapat pengakuan dari papanya. “Kok pakai nomor baru, dia nggak bisa dihubungi juga ya? Apa dia ganti nomor juga?” tanya Anya bingung. Karena nomor Zul juga tetap tak bisa dihubungi. Artinya memang bukan di blokir tapi Zul ganti nomor. Mungkin untuk menghindari papinya juga. Entahlah yang pasti memang seperti itu. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Selamat siang, maaf dengan siapa ya?” tanya suara di belakang sana. Ternyata yang menerima adalah papanya Zul, padahal Anya menghubungi nomor Windriya. Anya mencoba menghubungi nomor mamanya Zul masih bisa masuk. Dia berharap masih bisa bicara dengan Zul. Windriya ragu menerima telepon dari nomor yang tidak dia kenal. Tentu saja dia ragu mengangkatnya takut dari bank atau dari siapa. Benar-benar Windriya takut mengangkat nomor yang tidak dikenal dan tidak dia save. Walau tak berutang, Windriya takut telepon dari bank terkait rekening kartu kredit Zul yang harus dilunasi, setidaknya dibayar angsuran minimalnya. Sehingga Windriya sangat takut dia minta suaminya yang angkat. “Bisa bicara dengan Mama, Pa?” tanya Anya. “Mama? Mama siapa ya?” “Mama Windriya. Saya Anya Pa,” jawab Anya. “Saya nggak kenal Anya tuh,” kata Rafandra ketus. “Dan kenapa kamu panggil saya Papa?” “Saya Anya, kekasihnya Zul, Pa,” jelas Anya lagi. “Kekasih atau selingkuhan yang sengaja ngejebak anak saya sehingga keluarga saya terpuruk, dan kamu bilang kan kami orang tua ini hanya makhluk tidak berguna yang seharusnya dibuang ke panti jompo.” “Kamu sudah membunuh karakter saya dan istri saya. Sekarang kamu mau bicara sama istri saya atau malah mau minta bicara dengan Zul supaya bertanggung jawab terhadap anak busukmu itu?” “Sampai kapan pun di negara mana pun dalam agama anak itu bukan anaknya Zul. Jadi nggak usah berpikir Zul akan bertanggung jawab. Baik dengan namanya apalagi memberi nafkah.” “Bayi diluar nikah itu tidak ada kewajiban dari Zul. Jadi nggak usah berpikir kamu akan bisa bertemu Zul. Apalagi bertemu kami yang sudah kamu suruh untuk dijebloskan ke panti jompo.” “Enggak usah ganti-ganti nomor, karena enggak akan pernah ada respon apa pun dari kami. Kamu ganti nomor karena takut ya dikejar-kejar sama bank karena sebentar lagi kamu nggak bisa bayar tagihan kartu kreditmu yang numpuk.” “Sebab papi kamu sudah tidak mau lagi ngasih kamu subsidi kan? Manusia tidak becus yang kamu bilang itu malah bisa memberi kami nafkah selama 4 tahun. Sedang kamu yang katanya super hebat apa yang kamu bisa berikan?” “Kamu hanya bisa menadahkan tangan dan membuka pahamu lebar-lebar pada lelaki. Mungkin sebentar lagi kamu akan jualan karena tidak ada nafkah dari Zul dan tidak ada uang dari papimu.” Anya benar-benar tidak percaya dia mendapat perlakuan seperti itu. Hanya gara-gara ucapan-ucapannya dia menjadi terpojok sendiri. buat dia mungkin HANYA, tapi tidak buat orang lain. Demikian mudah dia melecehkan orang dengan sebutan hanya dengan kata-kata, padahal kata-kata itu lebih tajam dari pedang. Tanpa sopan Anya langsung memutus sambungan telepon. Dia kesal mendengar cibiran papa Zul. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Sudah agak reda. Kamu mau panasin lagi sedikit?” tanya Abyaz Cipta Anggaraksa atau YAZ. Hari ini mereka makan siang bersama. “Mau bongkar yang mana?” tanya Shita dengan santai menyuap yakitori. Yakitori adalah makanan Jepang berupa daging ayam yang dipanggang. Yakitori sering disebut sebagai sate ayam Jepang karena ditusuk menggunakan tusukan, tetapi ukuran dagingnya lebih besar. Mereka memang bersantap di resto Jepang dekat salah satu kantor Shita. Yaz menyantap donburi yang berisi gyudon ( irisan daging sapi dan bawang yang direbus dalam kuah kecap ). Di tengah meja tersedia chicken katsu dan sukiyaki menanti disantap kedua orang muda ini. “Jangan kelamaan, nanti orang sudah lupa,” ucap Yaz. Sudah satu bulan sejak Shita melakuak konferensi pers memberitahu akta cerainya. “Oke bongkar yang mana?” tanya Shita. “Bongkar masalah yang awal Anya ngejebak saja bagaimana?” “Oke. Aku setuju saja. Bongkar saja itu,” kata Shita tenang. “Eh nanti malam jadi kan?” tanya Yaz yang dalam id contact di ponsel Shita tertulis sebagai Mr SHADOW. Shita menganggap Yaz persis seperti bayangan yang bisa mengetahui apa pun. “Aku nggak pede sih. Kamu tahu lah status aku. Janda! Apa nanti orang tuamu nggak marah?” ucap Shita lirih. “Aku kan kenalin kamu sebagai temanku, sahabatku, kenapa jadi mereka marah. Kalau aku langsung ngenalin kamu sebagai calon istriku juga mereka nggak bisa marah kan? Hak aku milih siapa pun!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD