Episode 1:

1009 Words
Desir angin menyapa surai kuning keemasan, wajah putih pucat, tubuh tinggi tegap berdiri menatap lurus hamparan bumi ciptaan Ilahi. Jubah putih dan selendang hijau berkibar tertiup angin, iris safir jernih mempesona setiap insan yang memandangnya. Tidak tertarik akan keindahan dunia sekalipun dipaksa mengambil jabatan sebagai Pangeran Mahkota sebuah kerajaan besar, memiliki kemampuan untuk menaklukkan dunia tanpa seorang pun ada yang berani untuk meragukan ketika mendengar nama Zein Zulkarnain, bibir tipis merah alami selalu menjadi dambaan kaum hawa untuk mengecup manisnya. ## "Arsy … Arsy …" Seorang gadis bersurai hitam panjang tertidur di tepi sungai di atas tumpukan baju kotor yang akan dicucinya. Surai hitamnya tergerai menjuntai masuk ke dalam aliran sungai jernih. Di depannya seorang gadis berkuncir pyontail menatap heran sahabatnya tersebut, bisa-bisanya tertidur ketika diperintahkan oleh majikannya untuk mencuci pakaian. "Arsy! Sungguh keterlaluan, bisa-bisanya dia malah tidur di saat seperti ini. Aku harus segera membangunkannya, atau kalau tidak, dayang-dayang Selir kejam itu akan datang lalu membuat masalah." Dia geram sendiri, tangannya terulur menyentuh bahu gadis yang bernama Arsy. "Arsy … Arsy … bangun! Kamu jangan tidur terus!" Berteriak di tepat di telinga ketika membangunkan orang yang tidurnya seperti kerbau adalah hal yang paling wajib untuk dilakukan. "Ezra! Apa kamu tidak bisa membangunkan orang dengan cara yang lebih lembut?!" Arsy terkejut dan bahkan hampir terkena serangan jantung dadakan akibat teriakan sahabatnya yang berteriak bagai guntur membela bumi tepat di telinganya hingga membuat telinga itu berdenging. Gadis bersurai hitam panjang tersebut bahkan langsung duduk dan seketika rasa kantuknya menjadi hilang, matanya melotot tajam seakan bola matanya hampir keluar. Ezra nama gadis pyontail tersebut tersenyum miring."Siapa tadi yang tidak bisa dibangunkan saat tidur? Arsy … harusnya kamu tahu, kita ini diperintahkan oleh Selir kejam, jadi kita harus menyelesaikan cucian dengan sesegera mungkin, setelah itu kita juga harus segera kembali. Kalau tidak, atau sedikit saja kita telat, Selir kejam ini akan memberikan cambukan untuk kita, nasib seorang pelayan rendahan memang seperti ini." Di akhir kata, gadis itu seakan meratapi nasib buruk yang menimpa mereka. Seorang pelayan kelas bawah yang hanya bertugas membawa cucian dan tidak berhak untuk protes. Kerajaan tempat mereka bekerja dipimpin oleh Raja yang adil, hanya saja mereka bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mengadu perlakuan dari Selir utama kesayangan sang Raja yang bernama Sekar Wangi. Selir utama kerajaan itu selalu bertindak sewenang-wenang pada pelayan, bahkan hanya karena sebuah kesalahan, salah seorang pelayan mendapat hukuman mati. Ezra sungguh sangat jengkel dengan sikap sahabatnya tersebut, selalu saja tidak mengerti akan situasi. Arsy mencebik, matanya menyipit mendengar ucapan sang sahabat tersebut."Aku sama sekali tidak perduli, aku sangat sebal padanya. Padahal di istana sudah ada tempat untuk mencuci pakaian, tapi malah menyuruh kita mencuci di sungai yang jauh ini. Bukankah itu sangat tidak masuk akal," katanya bersungut-sungut. "Arsy, kita ini orang bawah. Hanya seorang pelayan yang rendah, ada hak apa kita ikut komentar, yang terpenting sekarang kita harus segera menyelesaikan cucian ini lalu segera kembali ke istana," balas Ezra juga ikut sebel. Tapi dia tidak ingin terlalu banyak bicara lagi, lebih baik segera menyelesaikan tugas dan langsung pulang karena tidak ada gunanya juga kalau hanya bicara di belakang orangnya dan tidak berani kalau di depan orangnya. Seperti apapun kebenaran, yang kecil akan selalu ditindas orang yang berkuasa. "Kamu benar, dari pada membuang napas secara percuma, lebih baik kalau kita segera bergegas dan segera pergi dari sini," balas Arsy membenarkan ucapan sahabatnya tersebut. Ezra mengangguk, setelah itu mereka ia membantu sang sahabat membereskan semua cucian kemudian segera melangkahkan kaki meninggalkan tempat tersebut. ## "Pangeran Zein Zulkarnain, saya dengar kepulangan Anda kali ini adalah untuk memenuhi keinginan Selir Sekar Wangi, beliau ingin Anda menikah dengan Tuan Putri dari kerajaan Slorokan." Mahesa Jenar, seorang pria bersurai hitam cepak, merupakan pengawal pribadi Zein. Berjalan di belakang Tuannya, ia sengaja menyambut kepulangan sosok Pangeran Mahkota Bintang Tenggara. Pria bersurai kuning keemasan tersebut sedikit menyunggingkan senyum mendengar ucapan pengawalnya tersebut, hampir lima tahun mereka tidak bertemu, tapi ketika bertemu langsung membahas masalah perjodohan. Sepertinya ada yang salah dalam pemikiran mereka, ia kembali bukan karena memenuhi keinginan Selir Ayahnya, melainkan mendengar kabar bahwa putri kerajaan Lintang Timur bersembunyi di kerajaan Bintang Tenggara, sekaligus membahas masalah kecurangan dan korupsi salah satu mentri. Pernikahan sama sekali tidak terdaftar dalam pikirannya. Mahesa tidak tahu harus berkata apa lagi, bersama Tuannya itu selalu terasa canggung. Sang Pangeran terlalu dingin dan seperti tidak perduli pada lingkungan, walau sebenarnya dia yakin kalau pria itu tentu saja sangat perduli melebihi siapapun. Sebenarnya ia ingin menanyakan sesuatu lagi, tapi ditahan demi untuk tidak mendapat julukan'pengawal tidak punya sopan' "Nawang Wulan, apakah kamu pernah bertemu dengannya?" tanya Zein sambil berjalan menuju Aula kerajaan. Mahesa sedikit tersentak, tapi ia langsung mampu menguasai dirinya."Tuan Putri Nawang Wulan adalah seorang Putri cantik dari kerajaan Slorokan, anak dari Ratu Anjani dan Raja Angga Raksa. Dia sangat cantik dan anggun, saya yakin kalau Pangeran sudah bertemu dengannya, Pangeran akan langsung menyukainya," jawabnya sopan tapi penuh keyakinan. Putih bersih bersulam benang emas berkibar saat angin berhembus membelainya, selendang hijau di leher mencerminkan sikap welas asih dan ingin selalu menjaga serta melindungi alam dari segala macam bentuk kejahatan serta menjaga kesejahteraan warga, Drag… Drag … Drag… Dua orang gadis berlari di beranda sambil membawa keranjang cucian yang telah dibersihkan, raut cemas dan khawatir sangat terlihat dalam paras cantik kedua pelayan tersebut. Mereka melewati jalan yang tidak harus mereka lewati, karena para pelayan seharusnya lewat jalan belakang bukan jalan yang harus dilewati para Pangeran atau orang kerajaan menuju Aula pertemuan. "Arsy! Tunggu aku! Kita tidak boleh lewat sini, kalau Selir Sekar Tahu, kita bisa dipenggal," teriak Ezra sambil berlari mengikuti temannya. Iris kecoklatan terpana ketika melihat sosok rupawan dengan surai kuning keemasan, bermata safir yang berjalan berlawan arah dengannya. Tubuh tinggi tegap dan tetap tenang serta elegan ketika kaki melangkah. Paras rupawan berkulit putih pucat, serta iris safir terang bagaikan hamparan langit tak berawan namun tetap teduh ketika dipandang. Meski tanpa mahkota dan hiasan rambut apapun, tetap terlihat menawan dan berkarisma. Arsy terus berlari tapi matanya tidak sedikit pun beralih dari sosok rupawan sang Pangeran Mahkota Bintang Tenggara, hingga tidak sadar ketika sebuah tiang penyangga berdiri di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD