11

2662 Words
“Selamat pagi mantan pacar!” Sapa Geva saat melihat Killa baru saja turun dari kamarnya. “Hm.” Sahut Killa menatap Geva malas, “ngapain lo di sini pagi – pagi, numpang makan?” Sewot Killa seraya menghampiri Geva, Dera, Samuel dan Evan yang sudah berada di meja makan. “Lama banget sih, dasar lelet.” Ejek Samuel yang hanya ditanggapi oleh deheman Killa. “Sini duduk sayang.” Ujar Evan membukakan kursi untuk Killa. ‘CUP’ “Morning ma.” ‘CUP’ “Morning pa.” ‘CUP’ “Morning bang.” Sapa Killa mengecupi pipi Dera, Evan dan Samuel bergiliran. “Mmm pagii.” Sahut Evan dan Dera. “Geva kok dilewat dek?” Usil Samuel. “No.” Geleng Killa, “itu dulu ya.” Cicit Killa yang masih bisa didengar yang lainnya. ‘BRAK’ Gebrakan meja makan membuat semuanya terkejut kecuali Evan, pelakunya. “Kenapa sih pa?” Tanya Dera. Evan menatap Killa dan Geva gantian, “kalian ...” ujar Evan menggantung ucapannya. “Kenapa?” Tanya Killa tak bersuara. “Kamu sering cium Geva selama di L.A?” Tanya Evan. Killa mengangguk polos, “kenapa emangnya? Sivi sama Geva kan dulu pacaran.” Sahut Killa santai. “Huft.” Hela Evan, “anak jaman sekarang kayak gitu ya ma.” Ujar Evan menatap istrinya. “Hm.” Sahut Dera, “udah cepet kalian beresin makannya.” Selagi menyuap nasi, Killa melirik ke arah Geva di sampingnya. “Lo beneran ke sini Cuma mau numpang makan doang?” Tanya Killa. Geva mengeluarkan cengirannya, “nyokap sama bokap lagi pergi, kebetulan tadi gue ketemu tante Dera di warung.” Sahut Geva. Killa menatap Geva tak percaya, “lo minta makan sama mama gue?” Tanya Killa yang langsung membuat Geva tersedak. ‘UHUK’ “Kamu sih, orang lagi makan malah diajak ngobrol Geva nya.” Ucap Dera seraya menyodorkan gelas berisi air ke arah Killa. “Ish kamu, pelan – pelan.” Tegur Killa sembari menyodorkan gelas di sampingnya kepada Geva. ‘UHUK’ ‘UHUK’ “Puk – puk – puk.” Ucap Killa seraya menepuk – nepuk punggung Geva pelan, “minum lagi nih.” Titah Via kembali menyodorkan gelas miliknya. Cara Killa memperlakukan Geva tak luput dari penglihatan kedua orang tuanya dan Samuel, mereka tersenyum menatap Killa yang sudah dewasa. “Sorry ya.” Ujar Killa menyesal saat melihat mata Geva sampai berkaca – kaca, “sini aku bantuin.” Lanjut Killa menangkup kedua pipi Geva kemudian membantu mengelap bibir mantan pacarnya itu. “Thanks.” Ucap Geva seraya menatap manik mata Killa yang berada di hadapannya. “Ekhem.” Dehem Samuel membuyarkan lamunan Killa dan Geva, “cinta lama bersemi kembali nih.” Ledek Samuel. “Gak.” Ketus Killa membuat Geva tersenyum miris. “Wah iya nih, kalian tuh cocoknya pacaran.” Seru Evan menyetujui hubungan Killa dan Geva. Geva tersenyum ringan, “enggak kok om, kita lebih cocok sahabatan aja.” Kekeh Geva seraya memeluk tubuh Killa dari samping, “iya gak?” Tanya Geva kepada Killa. Killa terpaksa mengangguk saat merasakan pinggangnya ditekan oleh Geva, “iya pa he.” Tertawa garing. Setelah mendengar jawaban Geva dan Killa, suasana mendadak canggung. “Ah begitu ya, kalian sudah beres makannya? Buruan gih, katanya ada ulangan matematika.” Ucap Dera mengingatkan Geva dan Killa. Killa dan Geva langsun bergegas berdiri, “lo tunggu di mobil aja, gue mau bawa tas dulu.” Ujar Killa seraya meninggalkan meja makan dan melangkah menuju tangga. Setelah kepergian Killa, Samuel menghampiri Geva, “ sabar ya, kalo lo masih sayang buktiin sama dia.” Ujar Samuel kemudian berlalu pergi setelah berpamitan. “Geva pamit dulu ya tan, om.” Pamit Geva menyalami Evan dan Dera. “Iya sayang, hati – hati ya bawa Killa nya.” Ujar Dera. “Jangan ngebut.” Sahut Evan. “Siap.” Balas Geva kemudian berjalan menuju pintu. Tak lama setelah Geva keluar, Killa turun dan menyalami kedua orang tuanya. “Via berangkat dulu ma, pa.” “Iya, hati – hati ya.” “Sip ma.” Sahut Killa. “Jangan bolos.” Ujar Evan, “jangan kira papa gak tahu kelakuan kamu di sekolah gimana ya, kamu itu jangan sering – sering ikutin jejak kakak kamu dong tukang bolos.” Killa tersenyum masam, “pagi – pagi udah denger ceramah.” Keluh Killa pelan. “Bye ma, pa.” Ujar Killa menyusul Geva masuk ke dalam mobil. “Ayok.” Ucap Killa seraya memasang seatbelt. “Hm.” Gumam Geva mulai menjalankan mobilnya. Di parkiran. “Udah sampe Vi.” Ujar Geva membangunkan Killa yang terlelap di dalam mobil. “Engh.” Killa terbangun sembari mengucek kedua matanya namun dengan cepat Geva menahannya, “jangan digesek nanti perih.” “Hm.” Sahut Killa merapikan seragamnya. “Jangan dulu turun.” Titah Geva seraya turun dari mobil. Killa memperhatikan Geva yang berlari kecil memutari mobil, “ayo turun.” Ajak Geva setelah membukakan pintu untuk Killa. “Ck, gak usah kayak gini bisa?” Ketus Killa seraya melengos pergi meninggalkan Geva. Geva tersenyum melihat tingkah Killa yang masih terlihat mengantuk, “jangan lupa sama yang kemarin.” Teriak Geva mengingatkan Killa. “Dasar bodoh.” Gerutu Killa seraya terus melangkahkan kakinya menuju kelas. “Pagi Killa.” Sapa seseorang dari arah berlawanan. Killa tersenyum melihat orang yang menyapanya, “pagi kak Bayu.” Senyum Killa. “Mau dianterin gak nih?” Tawar Bayu. “Gak usah kak, lagian deket kok.” Tolak Killa. “Ya udah, kakak duluan ya.” Pamit Bayu. “Iya.” Angguk Killa. Selama perjalanan menuju kelas Killa merasakan hawa dingin di seluruh tubuhnya, matanya sibuk melihat sepanjang koridor yang sudah mulai sepi. “Ihh, kok serem sih.” Gidik Killa seraya berlari kecil, “Geva kemana juga kok gak ngikutin.” “Cewek!” Killa mengedarkan pandangannya mencari asal suara. “Ssst! Cewek! Hoy!” Killa menengok ke belakang, “Siapa sih?” Gumam Killa tak menemukan seorangpun. “Ssstt.” Lagi – lagi Killa tak menemukan siapapun di belakangnya, sampai saat Killa berbalik tubuhnya terbentur sesuatu yang keras. “Argh!” Geram Killa langsung mengusap keningnya. “Bang Ariq.” Ketus Killa. “Hehe, kenapa?” Usil Ariq. “Via kira hantu yang manggil, taunya emang beneran hantu.” Ketus Killa melangkahkan kakinya meninggalkan Ariq. “Tungguin eh.” Tahan Ariq pada lengan Killa, “abang anterin, kasian celingukan sendiri.” Killa berdecak kesal, “ya udah ayo anterin Via, bentar lagi masuk nih.” Ketus Killa seraya menarik tangan Ariq. “Kenapa sendirian?” Tanya Ariq, “katanya berangkat bareng Geva.” “Gak tahu tuh anak kemana.” Acuh Killa. “Tuh udah sampe, cepet gih masuk.” Titah Ariq, “belajar yang bener, jangan banyak bolos.” Lanjut Ariq sembari mengacak rambut Killa. “Ish, jangan diacak dong bang.” Ujar Killa bete, “benerin lagi gak mau tahu.” Lanjut Killa menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. Ariq terkekeh melihat tingkah Killa, “uuu cup – cup – cup sayang, sini papa benerin lagi rambutnya.” Kekeh Ariq merapikan kembali rambut Killa yang sedikit berantakan. “Makasih papa.” Cengir Killa menunjukkan gigi kelincinya kepada Ariq. “Sama – sama baby.” Ujar seseorang datang menghampiri Killa dan Ariq kemudian mengacak kembali puncak rambut Killa. “Ish Bang Jasoooooooon!” Rengek Killa melihat Samuel mengacak rambutnya. “Uuuuuu cup – cup – cup, sini papa benerin lagi rambutnya.” Ledek Samuel menirukan suara Ariq. “Tau ah sana pergi.” Usir Killa menghempaskan tangan Samuel yang sedang merapikan rambut nya, “gak mau tahu, pokoknya bang Ariq harus benerin lagi.” Rajuk Killa menatap Ariq. Ariq mengikuti ucapan Killa, hal itu tak luput dari tatapan kesal Samuel. “Udah cepet sana masuk.” Ucap Samuel seraya mendorong pelan tubuh Killa, “katanya mau ulangan, sana masuk.” “Ck, iya – iya.” Gerutu Killa seraya masuk ke dalam kelas kemudian menutup pintu dengan kencang. Ulangan Matematika X IPA 1 sudah dimulai tiga puluh menit yang lalu, “Ssst, Viiiii!” Bisik Geva di belakang Killa. “Hm.” “Viiii.” Bisik Geva seraya mendorong kursi yang tengah di duduki oleh Killa. “Bentar.” Sahut Killa tak kalah pelan. “Anak – anak waktunya masih lama, gak usah terburu – buru.” “Iya buuu.” Sahut Delva. “Delva, ibu keluar dulu sebentar. Jangan pada ribut, gak boleh kerja sama.” “Iya bu.” Sahut Delva. “Pssst!” Desis Geva kembali setelah guru Matematika itu keluar kelas. “Gevaaaaa.” Tegur Delva dari meja depan. “Iya Kha, gue di sini.” “Jangan berisik Va.” “Aman Kha, lo kerjain aja tugas lo.” Ujar Geva. “Pssst! Viiii.” “Yang! Pssstt! Buruan.” Kikik Geva saat tersadar panggilannya terhadap Killa. “Sebentar Geva ku tersayang.” Sahut Killa seraya berbalik kemudian menukarkan lembar jawabannya dengan Geva. “Wuih.” Seru Geva melihat lembar jawaban yang diberikan Killa sudah terisi penuh. “Astaga Geva bener bodoh apa gimana sih.” Gerutu Killa melihat lembar jawaban milik Geva yang masih kosong. “Yang!” Panggil Geva seraya mendorong kursi Killa kembali. “Apaan sih, yang – yang.” Ketus Killa kesal. “Gue duluan ya, mau nongki sama bang Samuel.” Ucap Geva seraya pergi membawa lembar kerja ke meja guru. “Iya.” Sahut Killa. “Wuih Gev udah beres lo?” Tanya Delva melihat Geva sudah mau keluar kelas. “Yoi bro.” Sahut Geva seraya pergi keluar meninggalkan kelas. Setelah kepergian Geva tiba – tiba Killa tertawa keras, membuat semua temannya menatap aneh. “Lo kenapa Vi?” Tanya Kristal yang duduk di barisan paling depan. “Gak.” Kekeh Killa menahan tawanya, “gue duluan ya guys.” Pamit Killa berjalan ke meja guru kemudian keluar kelas. “Vi, gue tunggu di kantin ya.” Ujar Killa kepada Kristal. “Bantuiinn.” Rengek Kristal. “Ck, makanya kalo gue ngajakin berlajar bareng tuh mau.” Tegur Killa. “Ish.” “Udah ya, bye.” “Ck – ck – ck, Geva beneran bodoh.” Kekeh Killa seraya melangkahkan kakinya pergi menuju kantin. Namun istirahat kali ini, entah apa yang tengah Killa pikirkan membuatnya kurang fokus. “Vi, mau ke mana sih? “ Teriak Kristal berlari mengejar Killa, “tungguin elah. “ Killa terus berjalan dengan gontai menuju taman belakang, mengabaikan teriakan sahabatnya itu. “Vi, astaga kamu kenapa sih? “ Tanya Chandra panik saat Killa tak mengindahkan ucapannya. “Killa, kita kan ke kantin bukan ke taman. “ Tegur Delva pada Killa. “Duluan aja. “ Ucap Killa mempercepat langkahnya menuju taman belakang, “Hei Vi, sendiri aja? Kemana temen lo? “ Tanya seseorang saat Killa melewatinya. Sampai Killa melewati Samuel dan teman – temannya yang sedang berkumpul di bawah tangga, “Dek.” Panggil Samuel saat melihat Killa. Killa masih mengabaikan ucapannya, kini matanya tertuju pada satu objek di ujung taman sana. “Dek.” Panggil Kelvin hendak menghampiri Killa namun gadis itu keburu menjauh, “kenapa sih dia? “ Tanya Kelvin saat melihat Delva, Kristal dan Chandra mengikuti Killa dari belakang. Kristal, Delva dan Chandra saling menggeleng tak tahu. “Kenapa sih dia?” Tanya Geva menghampiri Killa namun tetap saja dia ditinggalkan. “Dari tadi keluar kelas juga dia ngelamun Bang, gue gak tahu kenapa. “ Ujar Kristal menatap Killa yang berjalan menuju taman. “Tadi gue lihat Killa terus ngeliatin ke arah pintu ini, kalian lihat siapa yang barusan lewat sebelum Killa? “ Tanya Kristal. Samuel dan yang lainnya mengangguk, “tadi Zacky sama Niki lewat. “ Ujar Samuel kemudian mengangguk paham, “gue udah tahu, sekarang kalian ke kantin aja biar gue nungguin dia di sini. “ Ucap Samuel. “Gue juga di sini aja. “ Ujar Geva. Samuel menggelengkan kepalanya, “bel udah dari tadi, lo jangan cari gara – gara nanti lo sakit Killa khawatir lagi. “ ujar Samuel. “Iya Gev Samuel bener, sekarang kita ke kantin aja. “ Ajak Kristal, “lo kan gak mau kalo Killa sakit gara – gara khawatir sama lo. “ Lanjutnya. “Yu, gue juga. “ Ujar Ariq, “lo tungguin Killa ya Son, ayo.” Kekehnya berlalu pergi meninggalkan Samuel. “Gue, Delva sama Chandra paling nanti nyusul ke kantinnya.” Ujar Kristal. “Loh kenapa?” Tanya Ariq. “Disuruh beresin buku dulu di perpus.” Ujar Kristal. “Oke.” Angguk Ariq. Setelah perginya Geva dan yang lain, kini tersisa Kelvin dan Samuel tengah mengawasi Killa yang sedang memperhatikan seseorang di ujung taman. Killa tersenyum, matanya terpaku menatap seseorang yang sedang duduk di tengah perkumpulan kakak kelas yang jumlahnya sangat banyak. Bibirnya semakin terangkat saat Killa melihat Zacky tengah tertawa senang, namun tiba – tiba senyumnya berubah datar saat melihat sosok yang sudah membuat Zacky tertawa. “Gue bisa bikin sesuatu yang gak pernah orang lain bahkan lo sadari kalo lo bisa kayak gitu. “ Gumam Killa tersenyum kemudian berbalik saat matanya ditatap balik oleh Zacky. Killa langsung pergi meninggalkan taman dan menuju kantin tanpa menyadari kalau ada Samuel dan Kelvin yang mengikutinya dari belakang. Sesampainya di kantin, Killa menangkap keberadaan teman – temannya. “Hap.” Seru Killa seraya menutup mata Geva dengan kedua tangannya. “Ayo tebak, siapa gue. “ Seru Killa senang. Geva mendengus kesal, “Siapa sih?” Tanya Geva seraya menurunkan tangan Killa. “Siapa Bang? “ Tanya Geva pada Samuel dan Kelvin yang baru saja datang. Samuel mengangkat bahunya acuh, “gak tahu, coba tanya sama Ariq.” Acuh Samuel. “Gue gak tahu, tanya Kelvin kayaknya tahu. “ Geleng Ariq. “Aish, kalian ish. “ Sinis Killa kesal. “Siapa Bang?” Kelvin menggelengkan kepalanya tak tahu, “coba tanya Chandra.” Acuh Kelvin sembari duduk. “Gak tahu. “ Geleng Chandra membuat Killa kesal. “Isshhhh.” Gerutu Killa menghentak – hentakkan kakinya kesal, “kak Fahrul ish.” Rajuk Killa menatap Fahrul. “Jangan usil deh Son, sama adek sendiri juga.” Tegur Fahrul. “Oh adek gue, kayaknya bukan deh soalnya tadi dipanggil juga kagak nengok – nengok ya gak?” Tanya Samuel meminta persetujuan Geva, Kelvin, dan Ariq. “Bener – bener. “ Angguk Geva. “Ish Gevaaaaaaa.” Rengek Killa seraya mendudukkan dirinya di antara Geva dan Kelvin. “Siapa?” Tanya Geva melepaskan tangan Killa yang memeluk lengannya. ‘PLAK’ Killa menampar paha Geva kesal, “pura – pura gak kenal, awas aja nanti kalo butuh.” Ketus Killa. “Emang gak kenal dan gak akan butuh.” Acuh Geva masih ingin menjahili Killa. “Ish, masa gak kenal sih. Gue man.tan.lo ihhhhh, mantan paling cantik. ” Ucap Killa jengkel sembari mengibaskan rambutnya. “Gue gak punya mantan yang pura – pura tuli ya, semua mantan gue sehat.” Ketus Geva berusaha menahan tawanya. “Gue gak tuli ya Geva sialan.” Ketus Killa seraya mencubit pinggang Geva. “Amber juga cantik kan Gev? “ Tanya Samuel. “Hm.” Sahut Geva. Killa yang semakin kesal pun langsung mencubit kencang paha Geva, “awas aja kalo ngajak balikan. “ Ketus Killa seraya memelototi Geva dari samping. “Hush, gak boleh gitu.” Tegur Kelvin yang duduk di samping Killa. “Iya deh, maaf.” Cicit Killa menunduk. “Harusnya dari tadi lo jinakinnya bang. “ Kekeh Geva pada Kelvin mengusap – ngusap pahanya. “Lo! “ Geram Killa. “Udah – udah, mau pesen apa kamu? Biar abang yang pesenin.” Ujar Samuel. Killa langsung menatap Samuel sembari mengeluarkan cengirannya, “bayarin ya.” Cengir Killa. “Hm.” Sahut Samuel, “mau makan apa?” “Gak boleh protes tapi ya, bakso dua porsi ...” Ucap Killa menggantung seraya menyatukan kedua jari telunjuk di depan wajahnya, “mmm, minumnya air putih sama jus jeruk ya.” Cengir Killa. “Udah?” Tanya Samuel. Killa menganggukkan kepalanya, “eh bentar.” “Apa lagi?” Tanya Samuel. “Air putihnya tiga ya.” Cengir Killa. “Astaga.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD