9

3333 Words
Lexia menggebrak meja membuat perhatian seluruh penghuni kantin kepadanya, “Kenapa? Kemana Zacky?” Tanya Lexia sembari berdiri dan memelankan satu kata terakhir, “bukannya sore itu lo nungguin Zacky bangun? Terus ke mana dia?” “Duduk, gue ceritain.” Ujar Killa seraya tersenyum menatap penghuni kantin yang tengah menatap mereka berdua heran. Flashback Setelah kepergian Rio dan yang lainnya, Killa pergi ke toilet. Dia berdiri seraya membawa ponselnya kemudian berjalan ke arah pintu, “kamu tunggu di sini ya.” Ujar Killa pada Zacky yang masih tertidur kemudian berjalan menuju pintu. Killa memakai toilet yang tak jauh dari tangga rooftop dia sudah selesai kemudian kembali ke atap, saat dia hendak membuka pintu rooftop tiba – tiba terdengar suara gelak tawa dari dalam. Hal itu membuat Killa merasakan denyutan perih di dadanya, dengan sekali tarikan nafas dia membuka pintu kemudian memasang senyum di bibirnya. “Sorry.” Ujar Killa kemudian berjalan menghampiri kedua orang yang tengah asyik bercanda tawa, “tas gue ketinggalan.” Tunjuk Killa pada tas yang tergeletak di pinggir sofa. “Lo Killa kan?” “Iya kak, gue Kil.” Angguk Killa. “Gue Niki, lo masih inget kan?” Tanya Niki seraya tersenyum miring menatap Killa. Killa menganggukkan kepalanya, “tentu.” Sahut Killa kemudian melenggang pergi. “Killa.” Panggil Zacky. Killa berbalik, “Kenapa Kak?” Tanya Killa seraya menatap Zacky. Zacky menggelengkan kepalanya, “gak jadi.” Ujar Zacky kemudian mengalihkan pandangannya. Killa kembali melangkahkan kakinya menuju pintu, hatinya mencelos begitu melihat Zacky tertawa di depan Niki tadi. Dia tersenyum sebelum membuka pintu, kemudian menutupnya kembali dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Killa melangkahkan kakinya menuju parkiran, “pulang sama siapa coba?” Ringis Killa kala mengingat bahwa mobilnya dipakai Samuel untuk mengantarkan Evelyn. “Udah sepi juga.” Tutur Killa berjalan ke dekat pos, “pa satpam pada kemana sih?” Celinguk Killa melihat ke dalam pos jaga. Killa mencoba menghubungi Samuel, Ariq, dan Rio, namun mereka tak ada yang menjawab panggilan darinya. “Ish.” Gerutu Killa, “naik angkot kan udah sore, mau pesen taxi online kan kemarin di uninsall abang.” Gerutunya lagi seraya menendang – nendang kakinya. ‘TIN’ ‘TIN’ “Astaga.” Kaget Killa seraya menepi saat ada mobil berjalan keluar melewatinya. Killa dapat melihat jelas siapa yang berada di dalam mobil, “Zacky.” Gumam Killa melihat pengemudi yang tengah meliriknya sekilas. Niki menoleh ke samping Zacky, “Duluan ya Dek.” Teriak Niki seraya melambaikan tangannya ke arah Killa. Killa tak menjawab, dia hanya mengeluarkan senyum saja kemudian Zacky langsung menutup jendelanya tanpa menyapa Killa. “Ish.” Gerutu Killa, “kesel banget gue.” ‘TIN’ “ASTAGA!” Kaget Killa saat sebuah motor berhenti di sampingnya. “Naik.” Ujar seseorang tanpa membuka helm. “Geva.” Seru Killa saat mengenali siapa orang yang memakai helm itu. Geva membuka helmnya kemudian mengacak rambutnya asal, “Pakai.” Ujar Geva menyerahkan helm miliknya kepada Killa. Killa menerima helm yang diberikan Geva, kemudian dia memakainya dengan cepat tanpa kesulitan. “Buruan.” Titah Geva yang langsung membuat Killa menaik motornya dengan cepat. “Pegangan.” Titah Geva, namun Killa masih terdiam tanpa mengikuti ucapan Geva. “Apa lagi hm?” Tanya Geva seraya melirik ke belakang. ‘TUK’ Killa memukulkan kepalanya yang memakai helm pada belakang kepala Geva, hal tu membuat Geva meringis. “Kenapa?” Tanya Geva melembut. “Kalo ngasih itu jangan setengah – setengah, mana sini hoodie nya buka.” Pinta Killa galak, “gue gak mau paha seksi gue terekspos gitu aja.” Geva menahan senyumnya, dia bergegas membuka hoodie nya dari atas membuat kaos hitam yang dia kenakan sedikit terangkat kemudian menyerahkannya kepada Killa. “Kamu gak pake kaos dalam lagi kan?” Tanya Killa panik dan tidak sadar sudah mengganti pangilannya saking paniknya karena Geva hanya memakai kaos hitam saja. “Enggak.” Sahut Geva, “nih cepetan tutupin pahanya.” “Enggak mau.” Tolak Killa sembari memasangkan kembali hoodie milik Geva ke kepala lelaki itu, “gue gak suka lihat lo sakit.” Ujar Killa pelan. Hal yang paling dia tak sukai adalah melihat Geva terbaring sakit, di antara lelaki yang dekat dengannya hanya Geva yang mampu membuatnya sedih saat sedang sakit. Killa tak pernah berhenti menangis saat melihat Geva sakit, tubuhnya akan ikut lemah seperti Geva hal itu membuat Geva harus bisa menjaga kondisi tubuhnya karena dia tak mau melihat Killa sedih. Geva membantu Killa memasukkan tangannya masuk ke dala hoodie, “tapi paha kamu?” “Aku bawa hoodie punya Bang Samuel, tadi dipake nutupin paha aku pas tidur.” Ujar Killa membongkar tasnya. “Udah beres, kita pulang!” Seru Killa seolah melupakan kesedihan yang menimpanya beberapa menit yang lalu. Flashback Off Killa mengatur nafasnya, “udah sih gitu.” Ujar Killa sembari menyeruput minumannya. Lexia mengangguk – nganggukkan kepalanya, “jadi yang ngajakin makan sama beliin es krim itu mantan ya?” Goda Lexia menatap Killa. “Ish.” Gerutu Killa. “Bener kan? Lo sama Geva itu mantan, ck mau gimana lagi coba.” Kekeh SislKil. “Iya – iya, itu gue lagi khilaf aja.” Kekeh Killa tertawa. Lexia tersenyum senang melihat Killa tertawa, “gue salut sama lo Kil, kalo gue yang dicuekin Zacky udah pasti gue maki dia deh.” Ujar Lexia dengan menggebu – gebu, “ah lo gak asyik, biasanya juga suka nyolot kalo digituin sama Niki.” Killa terkekeh pelan, “gue harus jaga sikap dong depan Zacky, kalo gue nyolot sama Niki yang ada dimarahin balik sama Zacky.” “Aish gue makin kesel ya denger lo nyebutin nama cowok itu.” Gerutu Lexia, “kali – kali bolehin gue buat nampar dia ya, enek gue liat dia pura – pura gak baper sama lo.” Killa hanya terkekeh menanggapi ucapan sahabatnya, “udah lah gak usah mikirin cowok gue lagi.” “Hello! Dia belum jadi cowok lo ya, kesel gue.” Gerutu Lexia, “lo pindah hati aja deh kak Rio masih sendiri tuh, lagian banyak yang mau sama lo .” “Gak ah, gue mau sama Bang Ariq aja.” Putus Killa seraya menatap Lexia jahil. “Gak.” Sanggah Lexia, “lo gak cocok sama Ariq, mendingan sama Kak Rio aja.” Saran Lexia terdengar kesal. “Loh gak papa dong, yang mutusin cocok atau enggaknya tuh gue sama Bang Ariq bukan kalian.” Protes Killa. “Ish Killaaaa.” Rajuk Lexia menatap Killa memelas. “Apa?” Tanya Killa. “Jangan bang Ariq dong, lo gak cocok sama dia.” “Terus Bang Ariq cocoknya sama siapa?” Tanya Killa, “sama lo gitu maksudnya?” Kekeh Killa. Lexia mengangguk kegirangan, “iyap betul.” Seru Lexia. “Edeuh ... emangnya Bang Ariq mau sama lo?” Ejek Killa. “Mau gak mau harus mau lah, selagi Bang Ariq gak ngelarang buat gue deketin maju aja.” Cengir Lexia. Killa mendengus kasar, “itu kata – kata gue dodol.” Protes Killa kesal. “Hehe, gak papa lah.” Cengir Lexia, “Gue ke meja bang Samuel bentar ya.” Pamit Lexia meninggalkan Killa begitu saja. “Loh mau apa?” Tanya Killa yang diabaikan oleh Lexia. Killa mengangkat bahunya acuh, “biarin ah, mending makan.” Ujar Killa acuh kemudian melahap baksonya. ‘BRAK’ ‘BRAK’ Baru saja Killa menyuapkan baksonya tiba – tiba gebrakan yang berasal dari meja yang lain membuatnya tersentak kaget, “aish ... ngagetin aja sih.” Gumam Killa seraya membereskan kunyahannya. ‘PLAK’ Terdengar bunyi tamparan keras memenuhi penjuru kantin, “hm...drama percintaan dimulai.” Gumam Killa tanpa mengalihkan pandangannya dari mangkuk bakso. “ENEK GUE LIHAT LO!” Teriak seseorang dari meja makan Samuel dan teman – temannya, “ENYAH LO! “ ‘UHUK’ Killa langsung tersedak mendengar teriakan yang dia rasa kenal itu. ‘PLAK’ Suara tamparan kembali terdengar Killa kenal pun langsung menoleh ke arah meja itu, “astaga Lexia.” Gumam Killa seraya melangkahkan kakinya menghampiri meja Samuel. “DASAR COWOK b******k! GAK PUNYA HATI! SIALAN LO!” Umpat Lexia kembali. Killa berjalan tergesa – gesa menghampiri sumber teriakan itu, “Lexia!” Panggil Killa kepada Lexia yang tengah berdiri di hadapan Zacky, “lo apa – apaan sih? “ Protesnya menatap sahabatnya yang masih menatap tajam ke arah Zacky. Lexia melirik Killa sekilas, “lo lihat Kil? Puas banget gue bisa nampar cowok ini, sumpah gue lega.” Ujar Lexia kemudian melengos pergi kembali menuju meja makannya bersama Killa, “lega banget.” Lexia langsung kembali ke meja membuat para murid masih kebingungan, “Lexia kenapa Dek?” Tanya Samuel. Killa mengabaikan Samuel, dia menggusar rambutnya kasar. “Gila, baru lihat dia kalo kesel kayak gitu ya serem.” Kikik Ariq namun dengan cepat dia mendatarkan ekspresinya karena tatapan Zacky. “Kenapa dia?” Tanya Rio lembut seraya menarik lengan Killa agar menatapnya yang tengah duduk. Killa menghela nafasnya kasar, melihat Zacky menatapnya kebingungan seraya mengusap ujung bibirnya kasar. Killa menatap Zacky serba salah, “sorry ya, temen gue lagi sensitif hari ini.” Ucap Killa berbalik menyusul Lexia tanpa menjawab pertanyaan Rio dan Samuel. Setelah Killa pergi Samuel kembali berbicara, “kenapa sih cewek? Lo gak papa Rey?” Tanya Samuel. Kepergian Killa dan tingkahnya yang terkesan dingin mampu membuat Samuel, Rio dan Ariq termenung terutama Zacky lah yang merasakan sikap dingin Killa yang tak seperti biasanya. ‘Apa salah gue?’ Pikir Zacky. “Rey.” Panggil Samuel seraya memukul bahu Zacky pelan. Zacky tersadar, “kenapa?” Tanyanya. “Lo gak papa kan?” Tanya Samuel. “Gak.” Sahut Zacky dengan pikiran bercampur aduk. “Lexia ada masalah sama lo?” Tanya Ariq langsung di gelengi oleh Zacky. “Bukan Lexia, tapi Killa.” Sahut Geva membuat Samuel, Ariq dan Rio langsung menatap ke arahnya, “kira – kira lo bikin salah apa sama Killa? Biasanya kalo Lexia udah kesel gara – gara tingkah Killa, dia langsung datengin orang yang udah bikin Killa jadi gitu.” Jelas Geva. “Maksud lo gimana sih Geva? Belibet banget sih.” Ketus Ariq. Geva tersenyum sinis menatap kegusaran Zacky, “masih belum sadar heh?” Sinis Geva pada Zacky. Zacky menatap Geva diam, pikirannya semakin rumit apalahi saat mendengar perkataan Geva dia semakin memikirkan apa yang selama ini sudah dia lewatkan. “Sejauh ini lo gak pernah liat dia marah gara – gara tingkah lo yang gak gentle kan? Entah selama ini tingkah lo disengaja atau enggak, yang pasti itu bakalan bikin dia kesel sekaligus muak sama tingkah lo suatu saat.” Tutur Geva yang langsung membuat semua penghuni meja itu terdiam mendengarkan ucapannya. Perkataan Geva membuat Samuel dan yang lainnya semakin terlihat bodoh, seolah ada berita besar yang sudah mereka lewatkan. “Di antara kita semua dia paling gak bisa marah sama lo doing semua udah tahu itu, sejauh ini dia berhasil nyembunyiin kekesalannya dari lo. Tapi suatu saat, akan ada fase di mana dia marah atau kecewa sama lo. Selama fase itu dia bakalan pergi jauh dari lo, entah untuk waktu sebentar atau lama dan dia bukan cuman pergi aja dia bahkan bisa diem gak nganggap keberadaan lo.” Lanjut Geva semakin membuat Zacky merasa frustasi sekaligus terpojok. Geva terkekeh pelan, “dan gue yakin, sekarang lo sadar kan kalo dia lagi ada di fase itu.” Ujar Geva panjang lebar kemudian menepuk Geva pada bahu Zacky lalu pamit kepada yang lainnya dan pergi keluar kantin. Keadaan menjadi sunyi setelah Geva pergi, “ekhm, gue gak tahu masalahnya apa. Bukan gue nyalahin lo juga, pokoknya omongan Geva mau gimana juga harus lo fikirin. “ Ujar Chandra menatap Zacky, “mm kalo gitu gue gabung sama Killa dulu Bang.” Pamit Chandra. Tersisa Samuel, Ariq, Rio dan Zacky, tanpa berniat menanyakan ucapan Geva mereka memilih diam dan melanjutkan makannya. “Salah gue.” Ucap Zacky membuka pembicaraan. Samuel, Rio, Ariq sontak menatap Zacky. “Killa pulang sama siapa kemarin?” Tanya Zacky menatap Samuel. “Kemarin kapan? Dia kan gak sekolah kemarin.” Ujar Samuel. “Beberapa hari yang lalu.” Sahut Zacky. Samuel melahap mie ayam dengan kening berkerut, “loh bukannya sama lo ya.” Ujar Samuel. Zacky menggelengkan kepalanya, “gue pulang sama Niki.” Sahut Zacky. ‘BRAK’ Samuel menggebrak meja sangat kencang, “sialan lo, jadi ini akar masalahnya.” Ketus Samuel kemudian menarik kerah seragam Zacky, “pantes aja dari kemarin kita semua dicuekin terus, ternyata ini ulah lo.” Geram Samuel hendak melayangkan pukulannya. “Son.” Geram Ariq. “Jadi maksud lo Killa gak jadi pulang sama lo walaupun dia udah nungguin lama lo bangun?” Tanya Ariq yang langsung mendapat anggukan Zacky. ‘BRAK’ Rio menendang kursi kosong di sampingnya kemudian pergi meninggalkan Ariq, Samuel dan Zacky tanpa pamit terlebih dahulu. “Kemana lo?” Tanya Samuel saat melihat Ariq tengah membereskan meja bagiannya. “Balik.” Sahut Ariq langsung melengos pergi. “Lo juga mau kemana? Kita belum selesai, duduk!” Titah Samuel memperingati Zacky yang hendak berdiri. Zacky mengabaikan Samuel, dia berdiri menyerahkan satu lembar uang seratus ribu di atas meja kemudian pergi. ‘BRAK’ Samuel menggebrak mejanya kesal, “jadi gue yang ditinggal.” Gerutu Samuel kembali melahap mie ayam nya. ... Di Meja Killa, Lexia dan Chandra. “Kalian kalo udah beres langsung ke kelas aja, gue masih ada urusan di perpus.” Ujar Chandra pamit pergi meninggalkan Killa dan Lexia setelah mendapatkan anggukan dari mereka berdua. Lexia menyeruput minumannya kemudian bertanya pada Killa, “katanya Bang Al nanti sore sampe di Bandara? Emang bener?” Killa menganggukkan kepalanya, “Kata siapa lo?” Tanya balik Killa. Lexia menunduk tak mau menatap balik Killa, hal itu membuat Killa tersenyum miris melihatnya. “Ember?” Tebak Killa, “fine.” Ujar Killa merasa diabaikan oleh Lexia. “Lo larang gue temenan sama dia?’’ Gumam Lexia. “Gak.” Sahut Killa. “Gue lihat gitu.” Sanggah Lexia. “Oke, gue gak akan larang lagi.” Putus Killa, “but gue gak mau nantinya lo jadi korban dia lagi, gue takut –“ “takut kayak lo?” Potong Lexia. “Gue bisa jaga diri kok, tenang aja.” Ujar Lexia. Killa tersenyum sinis, “segitu maunya lo temenan sama Amber? Ck.” Saat Lexia hendak membalas Killa, tiba – tiba Zacky datang menarik tangan Killa. “Ikut gue.” Ajak Reno menarik tangan Killa. “Lepas.” Pinta Killa seraya berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Zacky. “Ikut gue.” Ujar Zacky memperkuat cekalannya. ‘BUGH’ Killa menendang kaki Zacky, “lo gila? Tangan gue masih sakit, lepas.” Dingin Killa menusuk telinga Zacky. “Ikut gue please.” Lirih Zacky seraya melepaskan tangan Killa kemudian berlalu pergi. “Lo balik kelas duluan aja.” Titah Killa, “kita bahas nanti lagi.” Lanjut Killa kemudian menyusul Zacky pergi. “Tunggu.” Ucap Killa sedikit berteriak pada Zacky. Zacky menghentikan langkahnya menunggu Killa, kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana sementara tubuhnya dia sandarkan di tembok. “Cepet elah.” Ketus Zacky melihat Killa jalan dengan santai. Begitu sudah dekat dengan Zacky, Killa malah melewati lelaki itu dan melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju rooftop. “Ck, dasar.” Gerutu Zacky kemudian menyusul Killa. Sesampainya di rooftop, Killa duduk di sofa yang sudah usang. Tangannya berada di depan d**a, pandangannya menatap lapangan sekolah. “Mau apa?” Tanya Killa langsung. “Gak ada, temenin gue.” Sahut Zacky sembari duduk di samping Killa kemudian membaringkan kepalanya di kedua paha gadis itu. “EH.” Kaget Killa langsung mendorong tubuh Zacky, alhasil lelaki itu terjatuh. “Aish, gue cuman minta lo diem di sini.” Ujar Zacky kembali menidurkan kepalanya di paha Killa. “Gak usah gini.” Ketus Killa hendak mendorong kembali Zacky namun lelaki itu malah berbali kemudian membenamkan wajahnya di perut Killa dan tangannya melingkari pinggang gadis itu. “Diem atau gue gigit.” Ancam Zacky. Killa menuruti ucapan Zacky, dia merasakan di dalam perutnya seperti ada banyak kupu – kupu berterbangan. ‘Muka gue panas, pasti merah. Untung aja Zacky gak lihat.’ Batin Killa. “Ck ck ck, gak lihat pun udah pasti merah tuh muka.” Ujar Zacky semakin mengeratkan pelukannya. ‘BLUSH’ Wajah Killa semakin memerah, dia tak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari Zacky. “Maaf.” Gumam Zacky saat Killa mengusap – ngusap puncak kepalanya. “Buat?” Tanya Killa dengan perasaan yang sedikit melunak. Zacky menatap Killa dari bawah, “Semuanya.” Ujarnya kemudian terlelap tidur di pangkuan Killa. Melihat Zacky tertidur, membuat Killa tersenyum senang. Dia juga memutuskan untuk ikut bergabung dengan Zacky, tak lama kemudian dia pun terlelap tidur. ... Tak terasa kini sudah jadwalnya untuk pulang, setelah berpamitan pada Lexia dan yang lainnya dia langsung bergegas pergi menuju parkiran. Selama satu jam tadi, Killa dan Zacky tertidur. Saat Killa terbangun, dia sudah tak menemukan keberadaan Zacky yang tertidur di pahanya. Hal itu membuat Killa bergegas pergi menuju kelas untuk melanjutkan kegiatan belajarnya. Masalahnya dengan Lexia pun sudah selesai, mereka membahasnya kembali saat istiraha ke dua. Persahabatan mereka kembali damai, tak akan ada lagi kesalah pahaman di antara mereka. “Siv tunggu.” Panggil seseorang dari belakang Killa. “Eh Kil, kenapa?” Tanya Killa melihat Lexia mengejarnya. “Lo mau jemput Bang Al kan?” “Iya, mau ikut?” Tanya Killa kepada Lexia. “Mau dong.” Seru Lexia senang, “sini kuncinya, gue yang bawa mobil kali ini.” Pinta Lexia pada Killa. Killa menyerahkan kunci mobil miliknya, “jangan ngebut.” Ujar Killa kemudian masuk ke dalam mobil diikuti Lexia. Belum sempat mereka berdua keluar gerbang sekolah, tiba – tiba Killa mendapat telpon. “Kil, berhenti di depan. “ Ujar Killa, “Bang Al nelpon. “ Lanjutnya. Lexia pun langsung menghentikan mobilnya, “angkat coba. “ Ucap Lexia. “Halo Al kenapa? “ Tanya Killa setelah menggeser layar ponselnya, “ini Killa sama Lexia baru aja mau ke Bandara. “ “Al gak jadi ke sana Kil. “ Ucap Al dari balik telpon. “Loh kenapa? “ Tanya Killa langsung terlihat murung. “Ada yang nyerang anak – anak Fast Kil, jadi Al harus ada di sana. “ Ujar Al. “Siapa yang berani nyerang anak Fast Al? “ Tanya Killa, “itu yang diserang gak papa? Siapa emangnya? “ Tanya Killa bertubi – tubi. “Si Henry, dia lagi jalan sama pacarnya tiba – tiba ada yang nyerang dan sampe sekarang kita belum tahu siapa. “ Jelas Al. “Astaga Henry. “ Kaget Killa, “sekarang gimana keadaan dia Al? Gue perlu ke sana gak? Ya ampun Al, jangain sahabat gue yang satu itu ya. “ Ucap Killa, “Al... Killa di sini juga bakal ikut nyari siapa yang udah nyerang Henry, astaga Al... Killa harus gimana? Henry sekarang gimana? Gak parah kan?” “Satu – satu dong Killa. “ Ujar Lexia merasa pusing, “sini biar gue yang ngomong sama Bang Al. “ Lanjutnya merebut ponsel Killa. “Halo Bang. “ Ucap Lexia, “jadi gimana keadaan Henry sama ceweknya? “ “Loudspeaker Kil. “ Bisik Killa langsung dituruti Lexia. Terdengar helaan nafas dari sebrang telpon, “ceweknya baik – baik aja cuman luka dikit di kakinya. “ Ujar Al. “Terus Henry gimana? “ Tanya Killa. “Henry... Dia masih di ruang operasi. “ Jelas Al, “perut sama lengannya ditusuk sama penyerang pas mau lindungin ceweknya. “ “Oh gosh.. . Kayaknya gue harus ke sana deh Al. “ Ujar Killa. Lexia menggelengkan kepalanya, “gak Al, jangan biarin Killa ke sana dulu. “ Ujar Lexia. “Iya.” Sahut Al, “kamu diem di sana aja, kan masih bisa pantau dari sana. “ Ujar Al. “Ish tapi Henry... “ “Henry gak akan kenapa – napa, percaya sama Al. “ Ujar Al, “nanti kalo Henry udah sadar Al hubungin kalian deh, Geva sama Chandra juga udah Al larang buat ke sini kok. “ “Oke.” Pasrah Killa seraya memutuskan sambungan telponnya begitu saja, “anterin gue balik. “ Ucapnya pada Lexia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD