Jejak

1052 Words
“Sudah-sudah, ayo kita pulang ke gubuk. Sudah hampir sepekan kita meninggalkan gubuk, berdoa saja semoga rumah kita tidak dirusak binatang buas.” Zhou Fu bangkit berdiri mengikuti Li Xian yang sudah terlebih dahulu berdiri. Cucu dan kakek itu kini berjalan beriringan membelah rerumputan hijau yang masih perawan. Maksudnya, tak terjamah kawanan manusia. Entah bagaimana, alam akan menjadi sangat menawan ketika mereka tidak bertemu dengan manusia. Setidaknya binatang lebih tahu diri dan bisa memperlakukan alam dengan lebih baik daripada manusia. Alasan mengapa pulau Konglong merupakan pulau yang tidak terjamah manusia adalah karena lokasinya yang berjauhan dengan dengan pulau-pulau lain. Seribu pulau yang tersebar di sepanjang sisi depan daratan Caihong memiliki karakteristik yang sama yaitu saling berdekatan dan hanya dibatasi oleh selat-selat kecil. Sementara itu, pulau Konglong menjadi salah satu dari sedikit pulau yang terisolir. Berdiri di tengah hamparan laut bebas yang sewaktu-waktu bisa memuntahkan airnya hingga membuat seluruh bagian pulau karam oleh air garam. Hanya binatang yang tidak memiliki akal pikiran yang berani mempertarukan nyawa menghadapi keganasan alam yang sesekali tak mau diajak berkompromi. Dan begitulah, Li Xian memilih pulau Konglong sebagai tempat dia bersembunyi. “Kakek, apakah ada kawanan beruang yang lewat sini?” Zhou Fu berhenti melangkah. Ia mengamati bekas tapak kaki yang tampak sangat jelas di sebuah jalan setapak yang mereka buat. Li Xian yang mendengar penuturan Zhou Fu, turut berhenti untuk melihat jejak kaki yang dimaksud Zhou Fu. Seharusnya wilayah tersebut bukanlah wilayah yang lumrah dilewati oleh beruang. Dada Li Xian mencelos ketika matanya menangkap sebuah jejak kaki yang bukan merupakan kaki beruang. Bahkan, itu bukanlah jejak dari sebuah binatang. Li Xian menarik Zhou Fu dan melemparkan bocah kecil itu ke punggungnya, ia meminta Zhou Fu untuk berpegangan sekeras yang Zhou Fu bisa sebab Li Xian belum bisa menebak dengan akurat seberbahaya apa si pemilik jejak kaki itu. Li Xian pun berjalan berkelebat menyusuri hutan pulau Konglong dengan mengambil arah yang berlawanan dengan arah jejak kaki itu. “Kakek, mengapa kakek sepertinya takut? Apakah itu jejak kaki binatang yang berbahaya?” “Bisa iya, bisa tidak. Karena kita tidak bisa mengukur bahaya yang ada di dekat kita, jalan terbaik yang bisa kita lakukan adalah berwaspada.” “Bukankah kakek kuat? Mengapa takut? Kakek bilang jika kita semakin kuat, kita tidak akan takut pada apapun?” Li Xian memang kuat, bahkan bisa dibilang termasuk dalam lingkaran pendekar sepuh yang diperhitungkan keberadaannya. Tetapi sebuah kecelakaan besar terjadi enam tahun silam. Kecelakaan tersebut membuat Li Xian harus sangat berhati-hati merawat tubuhnya. Ia tak boleh mengambil risiko sekecil apapun sebab tanggung jawabnya masih panjang, dan dia harus tetap dalam kondisi sehat selama tanggung jawab tersebut belum terselesaikan sepenuhnya. “Meskipun kuat, sesekali seorang pendekar harus berani memilih untuk mundur jika itu diperlukan. Diam dulu, kakek sedang berkonsentrasi!” Zhou Fu menurut. Ia sebenarnya ingin bertemu dan bertarung bersama musuh sebab setiap malam kakek Li Xian selalu mendongenginya tentang cerita-cerita kepahlawanan seorang pendekar yang menghabisi musuh. Zhou Fu selalu berharap, suatu ketika ia bisa menghabisi musuh dengan kekuatannya. “Nanti… Nanti setidaknya ketika usiamu sudah di atas sepuluh tahun,” Li Xian menggumam pelan seolah ia mengerti maksud dari keheningan Zhou Fu. “Mengapa demikian?” “Kau masih terlalu kecil untuk bertarung. Bukannya kakek menganggapmu lemah, tapi memang ukuran tubuhmu belum sesuai. Tendanganmu menjadi sangat pendek, jarak pukulanmu juga terbatas, belum lagi jika kau memaksa untuk melukai bagian vital musuhmu, kau membutuhkan banyak lompatan karena posturmu masih kecil. Sudahlah, lebih baik bermain-main dulu bersama gajah dan harimau baru nanti bertarung melawan musuh!” Jebuuuug!!! Seseorang yang tak dikenal terpelanting beberapa meter setelah Zhou Fu menghantamkan pukulan padanya. Li Xian berhenti sejenak, seharusnya ia menyadari jika ada seseorang yang sudah dekat dengannya. Tak biasanya kewaspadaannya lalai seperti itu. Ia pun mencurigai sesuatu. “Zhou Fu, terima kasih. Pukulanmu tepat waktu dan tepat sasaran!” Zhou Fu tidak memedulikan ucapan kakeknya, ia lebih tertarik pada tubuh yang tersungkur menelungkup di atas dedaunan kering. Itu adalah untuk yang pertama kalinya Zhou Fu melihat manusia selain kakeknya. “Ia sudah mati!” Li Xian memberitahu setelah Zhou Fu berkali-kali mengguncang tubuh orang tersebut tetapi tidak ada reaksi. Li Xian sudah menebak dari mana adal pendekar laki-laki itu. Dilihat dari keberadaannya yang tak terendus oleh tubuhnya, tentu lelaki tersebut berasal dari sebuah organisasi yang cukup ia kenal beberapa waktu silam. “Fu’er, coba cari sesuatu yang ada di balik jubahnya, biasanya ada petunjuk yang ditinggal di sana!” Zhou Fu menurut, ia menemukan sebuah gulungan perak yang tak tahu apa nama dan fungsinya. Li Xian meminta gulungan tersebut dan membuka isinya. “Jika kau sedang membaca pesan ini, maka itu artinya kami tahu di mana lokasi persembunyianmu!” Li Xian menghela napas panjang. Bukan ide bagus untuk membunuh seorang utusan dari organisasi tersebut. Mereka beroperasi menggunakan beberapa metode khusus, misalnya seperti apa yang sudah disebutkan dalam gulungan itu. Mula-mula beberapa utusan akan ditugasi untuk mengintai sejumlah wilayah. Masing-masing dari mereka dibekali dengan gulungan yang mereka tidak boleh membuka isinya. Biasanya misi mereka memiliki waktu kadaluarsa. Jika waktu kadaluarsanya adalah dua pekan, maka mereka harus segera berkumpul di tempat yang telah disepakati sebelum 14 hari. Jika salah seorang terlambat datang dari waktu yang ditentukan, mereka akan dieksekusi oleh anggota yang lebih senior. Jika ada utusan yang tidak kembali lebih dari tiga hari, maka organisasi akan berpendapat jika utusan tersebut mati dalam misi. Itu artinya, titik-titik lokasi yang pernah dilalui oleh utusan tersebut akan menjadi tempat-tempat yang kemudian akan diselidiki. “Fu’er, kita harus segera pergi dari pulau ini!” Li Xian menggeleng-gelengkan kepala. Zhou Fu mengangguk meski ia tak mengerti. Setidaknya pada waktu itu ia cukup senang karena telah berhasil menghabisi musuh. Apalagi, hanya dengan satu pukulan. *** Li Xian membopong mayat pendekar yang telah dibunuh Zhou Fu untuk dibawa ke bagian selat yang memiliki kedalaman paling dalam di antara yang lain. Meski persembunyiannya telah diketahui, ia tetap harus melenyapkan barang bukti. Segala bentuk peninggalan baik itu gubuk dan jalan-jalan setapak langsung dimusnahkan oleh Li Xian bersama Zhou Fu. Mereka bertindak cepat untuk menghilangkan bukti bahwa pernah ada kehidupan manusia di pulau itu. “Kakek, kakek jangan takut.” Li Xian menoleh dengan dahi mengkerut, ia mengamati cucunya yang sedang mendorong tiang gubuk untuk membuatnya runtuh. “Ya, kakek tidak perlu takut. Jika ada musuh lagi, aku akan menghabisinya dengan satu pukulan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD