When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sore menjelang petang, jalan-jalan di pemukiman Maundo dipenuhi oleh orang yang berlalu-lalang dengan berbagai kesibukannya sendiri-sendiri. Pemukiman tersebut bisa dibilang terlalu padat penduduk, di mana semua tempat-tempat di Maundo selalu dipenuhi dengan kerumunan manusia. Begitu juga, rumah-rumah warga dibangun dengan saling berdekat-dekatan sebab lahan yang tersedia sepertinya cukup terbatas untuk menampung populasi manusia yang terus bertambah. Kabarnya, pemukiman Maundo merupakan tempat yang akan dituju oleh mantan bangsawan Caihong yang turun kasta atau dikeluarkan gelar kebangsawanannya oleh pemerintah. Mereka adalah orang-orang yang gagal membayar upeti sehingga harus rela didepak dari tanah surga yang sebelumnya mereka tempati. Bukan tidak mungkin jika sebentar lagi Maundo sud