When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Jantung Feng Yaoshan berdegup cukup kencang ketika Yang Zi memperingatkan jika kematian mereka bertiga telah berada di depan mata. Bersamaan dengan hal tersebut, Feng Yaoshan melihat setitik cahaya di ujung goa. Matanya berbinar cerah namun degup jantungnya kian bertambah cepat, pria itu kemudian membulatkan tekad yang sebelumnya terselip jauh di dadanya. “Yang Zi, bangunkan Shen Yang sekarang, bisa?!” tanya Feng Yaoshan dengan nada setengah terburu-buru. “Tak perlu! Lebih baik kakakku tewas dalam keadaan tak sadar, setidaknya itu akan lebih mudah untuknya!” “Yang Zi! Percayalah padaku, aku tak pernah menyesal jika hari ini akan menjadi hari kematianku. Tapi, aku akan sangat menyesal jika kakakmu tewas di hari ini. Bantu aku mewujudkan cita-citaku, kaburlah bersama kakakmu selagi aku me