2. Pernikahan

1717 Words
Pernikahan Redy dan Niken berlangsung dengan lancar. Kini Redy sudah resmi menjadi suami Niken. Kirana dan keluarganya segera memberikan selamat pada mereka berdua. Beberapa hari selesai acara, Kirana dan keluarganya berniat kembali ke kediaman mereka di Surabaya. Mereka berpamitan pada Redy. "Red, aku dan Kirana mau pamitan sama kamu. Kami sudah lama tinggal di sini. Mbak sangat berterima kasih karena sudah diundang ke sini." Ucap Amanda pada adik angkatnya tersebut. "Kenapa terburu-buru sekali?" Tanya Red dengan wajah terkejut. Pikir pria itu Amada akan tinggal di kediamannya dan tidak akan kembali ke Surabaya dalam waktu secepat ini. Ternyata dugaannya salah. Paling tidak tinggal di sana selama beberapa hari lagi. "Kirana kan harus sekolah, nanti dia ketinggalan pelajaran jika terlalu lama mengambil liburan." Ucapnya dengan bibir tersenyum. Redy nampak berpikir sejenak, di sebelah pria itu duduk Niken. Wanita yang baru dinikahinya. Niken tampak tidak peduli sama sekali dengan Amanda. Sebetulnya keinginan Amanda untuk segera kembali ke kampung halaman bukan karena sekolah Kirana. Tapi dia mendapatkan penghinaan dari Niken. Niken berkata kalau Amanda dan keluarganya adalah benalu di kehidupan Redy. "Baiklah kalau Mbak memaksa, Redy akan pesan tiketnya hari ini juga." Setelah hari kepergian Amanda.. Redy kembali sibuk bekerja dan mengurus perusahaan. Sementara Niken hanya duduk manis di rumah tanpa melakukan apapun. Semua pekerjaan sudah diurus oleh pelayan di kediaman Redy. Hari ini Redy pulang agak terlambat, sekitar pukul sepuluh malam pria itu baru tiba di rumah. "Niken? Niken?" Panggilnya pada istrinya. Tidak ada sahutan sama sekali. Hanya pembantunya yang datang dengan langkah tergesa menghadap padanya. "Maaf Tuan, Nyonya sedang pergi keluar." Lapornya pada Redy. "Keluar? Malam larut begini mau keluar ke mana?" Tanya pria itu seraya menggelengkan kepala. Ada sedikit sesal bergelayut dalam hatinya karena terlanjur mengambil Niken menjadi istri. Pikir Redy Niken bisa berubah, namun ternyata tidak sama sekali. Dunia malam dan hobinya pergi ke klub atau shoping bersama teman-temannya tidak bisa lepas dari wanita itu meskipun sudah menikah. "Apa Tuan butuh sesuatu?" Tanya pelayan rumah tersebut padanya. "Tidak usah, aku ke atas saja." Ucap pria itu seraya melangkah lesu menuju ke lantai atas untuk beristirahat. Di dalam kamarnya, Redy meletakan tasnya di atas meja, lalu dia membersihkan tubuhnya berganti baju dengan piyama. Pria itu kembali turun ke lantai bawah dan Anjani tak kunjung kembali. Redy duduk di kursi meja makan seorang diri. Pria itu menikmati makan malamnya. "Jika tahu begini untuk apa aku menikah? Padahal baru satu minggu, tapi Niken tidak bisa meninggalkan kebiasaan buruknya!" Keluh Redy dengan nada kecewa. Waktu sudah bergulir hingga pukul satu pagi. Niken tidak kunjung pulang ke rumah, Redy mulai cemas. Pria itu segera menelponnya, namun tidak diangkat. Sekitar pukul tiga pagi Niken baru kembali dengan tubuh sempoyongan akibat minuman keras. Redy tidak menegurnya lantaran dia pikir percuma saja berbicara dengan orang yang sedang mabuk. Keesokan harinya dia terjaga dan hendak pergi bekerja namun istrinya masih terlelap dalam tidurnya. Redy tidak membangunkannya karena hari ini rencananya dia akan pulang cepat. Namun, setelah dia pulang ke rumah Niken juga sudah pergi. Pelayan rumah bilang kalau Niken pergi berbelanja. Hari demi hari berganti, hingga satu bulan lamanya. Niken tetap tidak berubah, dan sering pergi pagi pulang pagi. Semakin lama hubungan keduanya semakin renggang. Redy merasa kalau dia sudah tidak bisa memperbaiki hubungan pernikahannya lagi hingga suatu malam saat Niken di rumah, pria itu akhirnya memutuskan untuk menceraikan Niken Anjani. "Kita bercerai saja! Kamu sudah bilang akan memperbaiki semua kebiasaan buruk mu. Tapi mana buktinya? Ini sudah tiga bulan pernikahan kita dan kamu malah sering berpergian di luar daripada tinggal di rumah." Protes Redy pada Anjani. "Redy! Keterlaluan kamu! Aku itu jenuh! Kamu terus pergi ke perusahaan! Aku sendirian di rumah sepanjang hari! Dan kini kamu menyalahkan ku karena aku sering keluar rumah." Redy sama sekali tidak mengerti cara berpikir Niken. "Aku pergi ke perusahaan untuk bekerja, dan itu untuk masa depan kita. Aku sudah membicarakannya ini jauh-jauh hari sebelum kita menikah, Nik! Dan kamu bilang akan mengerti dengan keadaanku. Tapi ternyata semuanya tidak ada yang terbukti, pengertian yang pernah kamu ucapkan hanyalah omong kosong belaka!" Redy tetap berkeras untuk menceraikan Niken. Pria itu juga mengurus surat cerai antara mereka berdua. Pernikahan Redy hanya bertahan selama tiga bulan. Tak lama setelah resmi berpisah, Niken datang kembali padanya. Niken mendatangi Redy di perusahaan. "Bisa saya bertemu dengan mantan suami saya?" Tanyanya pada pegawai yang sedang berkerja di sana. "Beliau ada di ruangan kerjanya." Sahut pekerja tersebut pada Niken. Niken langsung menuju ruangan kerja Redy, tanpa mengetuk pintu wanita itu langsung masuk ke dalam. Redy saat itu sedang memeriksa berkas keuangan segera mengangkat wajahnya melihat siapa yang datang mengunjunginya. "Mau apa kamu ke sini? Uang lagi?" Tanya pria itu dengan nada sinis. "Brak!" Niken meletakan berkas hasil pemeriksaan dirinya dari dokter di atas meja kerja Redy seraya menundukkan tubuhnya di depan meja kerja pria tersebut. "Apa ini?" Tanya pria itu padanya. "Aku hamil! Kamu pilih mau menanggung anak ini, atau aku gugurkan!" Ancam Niken padanya. "Aku akan menanggungnya, jangan kamu gugurkan." Sahut Redy segera. Niken dengan senyum mengembang segera keluar dari dalam ruangan kerjanya. Setelah melangkah agak jauh dari ruangan kerjanya, wanita itu tersenyum penuh kemenangan. "Redy.. Redy, ternyata kamu sangat mudah ditipu! Kamu kira aku semudah itu hamil?" Ucapnya seraya menahan tawanya. Namun ternyata setelah beberapa hari Niken benar-benar merasakan kalau dia sedang hamil. Awalnya dia membeli air kemih tersebut dari seorang ibu yang sedang hamil muda. Tapi kini dia curiga kalau benar-benar hamil. Niken tidak tahu siapa anak dari anak yang dia kandung karena sejak awal menikah dengan Redy, wanita itu sering bersama dengan banyak pria saat sedang di klub malam. Begitu bayinya lahir Niken segera menyerahkannya kepada Redy. Pria itu tanpa pikir panjang memutuskan untuk mengasuh dan merawatnya karena terbukti dari hasil tes DNA kalau bayi tersebut adalah anak kandungnya. Hari demi hari berlalu, bayi tersebut tumbuh menjadi anak remaja yang sehat. Redy memberinya nama Fandi. Sifat Fandi meniru karakter Niken, sulit diatur! Di sisi lain Kirana sudah lulus SMA, dia memutuskan untuk bekerja di kota. Sekitar satu tahun lamanya dia bekerja di sebuah toko swalayan. Lalu dia mendapatkan pesan dari Redy untuk pergi ke luar negeri dan bekerja di perusaan pria tersebut. Kirana segera meminta ijin pada ibunya untuk berangkat. Awalnya Amanda terlihat ragu untuk memberikan ijin pada putri semata wayangnya tersebut. Namun tekat Kirana sudah bulat, gadis itu berusaha meyakinkan ibunya untuk memberikan ijin padanya. "Aku akan melunasi hutang kita sama Om Redy, Kirana akan bawa uang yang banyak saat kembali nanti. Kirana janji akan sukses." Ucapnya pada ayah dan ibunya. Ayah Kirana tidak berkomentar sama sekali, malahan dia setuju karena Redy bisa dipercaya olehnya. Dia tidak tahu kalau Redy masih dendam dengan perlakuan Amanda saat pria itu masih menjadi adik angkat Amanda dan tinggal dalam satu atap bersama degannya di masa lalu. Amanda kembali berpikir sejenak dan akhirnya memberikan ijin pada putrinya untuk pergi ke luar negeri. Kirana segera memberikan kabar baik tersebut pada Redy, tentang ibunya yang sudah memberikan ijin padanya. Redy sangat senang sekali mendengarnya. Pria itu segera mengurus tiket pesawat untuk keberangkatan Kirana. Hari ini adalah hari pertama gadis itu sampai kediaman Om-nya. Rumah lama Redy diberikan kepada Niken Anjani. Pria itu membeli rumah baru setelah keduanya bercerai beberapa tahun lalu. Kirana ragu-ragu melangkahkan kakinya masuk di kediaman milik Redy Harsono. Ternyata rumah megah dan mewah di kawasan elite tersebut hanya dihuni oleh Redy seorang diri. Tatapan mata Kirana Sheila tak kunjung beralih dari wajah pria tersebut, meskipun sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun wajah Redy masih terlihat tampan, tubuhnya juga terlihat bagus dan atletis. "Kenapa?" Tanya Redy seraya menyalakan rokoknya. Dia menatap Kirana Sheila sedang sibuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Rumah ini gede banget Om!" Tersenyum cerah sambil terus memandang sekeliling dengan tatapan takjub. "Iya, kamu bisa lari-larian di sini. Kalau bosan." Redy mengukir senyum sambil menatap gadis yang baru menginjak usia dua puluh tahun tersebut. "Mau aku tunjukkan kamarmu?" Tawarnya dengan seringai nakal ke arah Kirana. "Di mana Om?" Ucapnya dengan kedua bola mata berbinar. Redy tersenyum lalu mendahuluinya naik ke lantai atas. Kirana segera mengikutinya tanpa ragu sedikitpun. Redy menunjukkan kamar untuknya, Kirana segera menata barang-barang di dalam kamar yang ditunjukkan oleh Redy padanya. "Setelah selesai turunlah ke lantai bawah. Kita makan siang bersama." Ucap pria itu seraya berdiri di ambang pintu kamar tersebut. Kirana menoleh seraya memeluk baju yang dia keluarkan dari dalam kopernya untuk ditata ke dalam lemari. Gadis itu segera menganggukkan kepalanya. Melihat itu, Redy segera meninggalkannya dan mendahului Kirana turun ke lantai bawah. "Bi, siapkan makan siangnya." Perintah pria itu pada pelayan rumahnya. "Baik Tuan." Sahut pelayan rumah tersebut dari dapur. Tak lama kemudian makanan sudah siap, pelayan itu menatanya dengan rapi di atas meja makan. Menu apa saja ada di sana. Kirana sangat takjub melihat begitu banyak makanan. Dia makan sangat lahap sekali. "Kapan lagi dapat makan selezat ini kalau tidak di sini!" Gumam gadis itu seraya mencicip semua menu di atas meja dengan rakus. Redy tidak marah, pria itu malah menyodorkan makanan yang belum dicicipi oleh Kirana. "Ini ambil saja, makan sampai kenyang." Kirana melihat wajah Redy, dia melihat pria itu tidak marah padanya dan tetap tersenyum seperti beberapa tahun lalu dia bertemu dengan pria itu saat acara pernikahannya dengan Niken Anjani. "Makasih Om, Om baik sekali sama Kirana." Ucapnya dengan senyum polos. Redy mengusap rambutnya. "Jangan lupa aku adik ibumu sendiri Kiran, jadi kamu tidak perlu sungkan padaku. Jika butuh sesuatu kamu tinggal bilang saja." Ucap Redy padanya. "Ya, aku adalah adik dari ibumu! Jika ibumu dulu tidak mengusirku dari rumah ibu dan ayah angkat ku! Tentu saja aku tidak bisa sesukses seperti sekarang!" Ralat Redy di dalam hati. Hatinya sangat geram mengingat perlakuan buruk Amanda di masa lalunya. Amanda selalu semena-mena setiap memperlakukan dirinya. Sering membentak dan menyuruhnya melakukan pekerjaan berat dengan sengaja. Lalu mengusirnya dengan sebuah tuduhan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan! Redy menerima kebencian kedua orang tua angkatnya saat melangkah keluar dari rumah mereka. Dia diusir begitu saja. Redy Harsono tidak bisa merelakan semua yang pernah dilakukan Amanda di masa lalu. Pria itu selalu mengingatnya dari hari ke hari. Tekatnya untuk membalas perbuatan Amanda semakin bulat tatkala melihat kelakuan Amanda tidak berubah. Amanda masih saja tidak tahu diri seperti saat mereka tinggal di bawah atap yang sama. Redy bukannya tidak tahu kalau sebenarnya Amanda hanya baik lantaran dia mencapai kesuksesannya saat ini. Jika tidak, mustahil wanita itu mau bersikap baik padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD