Rasanya tubuh Dhira begitu lelah sekali, bahkan fikirannya juga sama lelahnya. Dhira merebahkan tubuh idealnya di atas kasur ternyamannya. Fikirannya kembali pada kejadian kemarin pagi saat Tama mendatanginya di kantor, kehadiran Tama setelah dua bulan tak bertemu membuat Dhira kembali merasa gundah. Bagaimana tidak? selama dua bulan ini ia telah berusaha sangat kuat untuk melupakan bayangan Tama dari hidupnya dan mencoba membuka hati untuk Arjuna, laki laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Kegelisahannya semakin menjadi besar saat mengetahui fakta yang telah lama menjadi pertanyaan untuknya. Kehadiran Tama serta pengakuannya terhadap masa lalu itu seakan menambah goresan luka di hatinya. Bagaimana bisa Tama merahasiakan semua ini darinya? apa itu artinya saat Tama mengajak perusahaannya bekerja sama dia telah mengetahui jika Dhira adalah bidadarinya? Dan mama Leni adalah perempuan kedua yang menyayanginya seperti anak sendiri saat ia masih berusia delapan tahun? Tapi kenapa mama Leni tak memberitahunya saat mereka bertemu pertama kali setelah sekian lama berpisah?
Terlalu banyak pertanyaan yang sedang mengelilingi otak Dhira saat ini.
"Bagaimana bisa aku melupakan wajah wanita paruh baya cantik itu? Pantas saja saat pertama bertemu, Mama Leni meneteskan air mata. Bodohnya aku yang enggak menyadari itu semua," ucap Dhira kesal.
"Tapi, kakak tampan ku sudah memiliki cintanya sendiri. Bahkan buah cinta mereka telah beranjak besar. Apa semudah itu kamu mendapatkan cinta?" ucap Dhira lirih dengan mata berkaca kaca.
Dhira merasa sangat gelisah, perasaannya menjadi kacau, fikirannya hanya di penuhi dengan Tama.
"Aku enggak bisa seperti ini terus. Ah, sebaik lebih baik aku mengajak Noni dan Reza pergi saja," ucap Dhira.
Dhira mengambil benda pipih di dalam tasnya dan segera menghubungi Noni dan juga Reza untuk mengajak mereka pergi mencari udara segar di malam hari.
Setelah menghubungi keduanya, Dhira bergegas mandi dan mengganti pakaiannya lalu menjemput Noni dan juga Reza yang telah menungunya.
Dhira melajukan mobil Mini Cooper S Cabrio miliknya dengan atap yang terbuka, membiarkan udara segar malam hari menembus pori pori kulitnya. Rambutnya yang di biarkan tergerai membuat Dhira terlihat begitu mengesankan.
Setibanya di depan apartemen Noni, tampak jelas dua manusia berjiwa sedikit gila itu telah menunggunya di lobi. Dhira membunyikan klakson hingga membuat keduanya segera masuk kedalam mobil berwarna merah itu.
"Lama deh lo bos," celetuk Reza yang duduk di bangku belakang.
"Gue kan naik helikopter, bebas hambatan," gurau Dhira santai.
"Jalan tol kali ah," timpa Noni sembari terkekeh.
Ketiganya hanyut dalam pembicaraan konyol mereka, telah lama sekali rasanya mereka tidak melakukan hal hal konyol dan mereka akan mengulangnya kembali malam ini.
Mobil Mini Cooper milik Dhira tampak bersinar di malam hari di tambah sang pengemudi yang terlihat begitu serasi dengan warna pakaian yang di kenakannya, melesat dengan kecepatan normal, melewati hiruk pikuk ibu kota dengan segala aktifitasnya yang tak kunjung sepi.
"Wiih... enak banget. Ayo kita kesana," ucap Dhira yang menjilati bibir bawahnya saat melihat deretan penjual seafood bakar yang tengah meneriaki dagangannya.
"Jilatin bibir si tampan aja kali jangan bibir lo sendiri. Hahaha..." cerocos Reza dari belakang.
"Hahaha... Ayo... kesana. Gue yang traktir deh." Noni menawarkan diri.
"Sedap... yok ah Dhir cepetan parkirin mobil lo," sahut Reza semangat.
Dhira akhirnya memarkirkan mobilnya, mereka menjelajah seluruh dagangan yang di tawarkan oleh para penjual.
"Bu, aku mau cumi bakar saos pedas 3, udang bakar mentega 3, bakso udang bakar 4 ya bu," ucap Dhira pada penjual sembari menjilat kembali bibirnya.
Noni dan Reza saling menatap dan perlahan keduanya tertawa renyah.
"Hahaha... Lo lapar atau rakus sih Dhir? ampun gue liatnya." Noni terbahak melihat kelakuan sahabatnya itu.
Saat Noni dan Reza hanya memesan tiga tusuk, Dhira malah memesan 10 tusuk, dan bisa di pastikan masih akan berlanjut.
"Bangkrut kan lo Non ulah si bos." Reza terkekeh melihat wajah Noni yang berubah seketika.
"Diem deh, berisik. Gue lagi mau menyalurkan kekesalan gue lewat seafood bakar ini," jawab Dhira acuh.
Ketiganya menikmati seafood bakar di meja bundar yang telah di sediakan sembari menunggu pesanan minuman yang sedang hits saat ini, apa lagi kalau bukan milk tea dengan brown sugar dan boba yang pecah di mulut. Bbbrrr, membayangkannya saja sudah membuat saliva mereka meleleh apa lagi meminumnya, wah segarnya.
"Woy woy, liat tuh pengamen ganteng loh. Berani enggak lo kayak dulu?" ujar Noni saat melihat pengamen pria berwajah tampan dengan suara yang tak kalah tampan pula.
"Widih cakep, gue mau dong," sahut Reza dengan gaya gemulainya.
"Idih... Jangan elo Za, ntar orang pada kabur bukannya ngasih duit. Hahaha..." canda Noni.
"Sialan lo. Topeng monyet saja kalau beraksi bakalan di kasih duit sama yang ngelihat. Masa gue enggak," umpat Reza memutar mata malas.
"Lo bukan topeng monyet, tapi kakek c***l, eh kakek cangkul ding. Hahahaha..." Kini Dhira tertawa lepas hingga bahunya berguncang di ikuti dengan Noni yang juga terbahak mendengarnya.
"Sialan lo Dhir," ucap Reza sembari menahan senyumnya.
Ketiganya kembali tertawa, bercerita tanpa henti, melampiaskan kerinduan mereka di masa lalu saat masih duduk di bangku kuliah. Hanya saja kurang satu orang, dia Vero. Mereka berempat selalu menghabiskan waktu bersama walau Dhira dan Vero menjalin kasih tak serta merta membuat keduanya memberi jarak pada Noni dan Reza.
"Bakalan seru deh kalau ada Vero ya," celetuk Noni di tengah obrolan mereka.
Dhira hanya memutar bola mata malas, hari ini ia tak ingin membahas orang orang yang pernah membuatnya kecewa, yang hanya di ingin kannya hanyalah kedua sahabatnya ini.
"Jangan deh jangan, gue enggak mau jadi kelinci percobaannya doi. Hidup gue sudah bebas selama empat tahun ini semenjak dia pergi. Dan jangan coba coba lo menghadirkan dia disaat saat kebahagian gue seperti ini Non." Reza mendengus kesal saat mengingat kelakuan Vero yang selalu menjadikannya bahan percobaan pertama baik saat mereka mencicipi makanan yang terdengar sangat aneh atau pun melakukan hal pertama saat mencoba wahana tempat wisata terbaru yang memacu adrenalin.
"Hahahaha..." Noni dan Dhira terbahak.
"Lo ingat enggak Dhir? Saat Vero bawa steak buatan perdananya dan Reza yang mencicipi terlebih dahulu?"
"Ingat ingat gue ingat. Yang rasanya asin banget kan? Ternyata Vero kebanyakan kasih garam dan kecap asin kan? Hahaha.. gue ingat banget ekspresi wajah lo Za. Hahaha..."
Dhira dan Noni semakin terbahak bahak mendengar Reza terlebih saat mereka membayangkan kejadian seru yang pernah mereka lewati bersama.
"Kesal gue sama lo berdua." Reza berdecak kesal.