Matahari pagi telah menunjukkan jati diri nya yang mampu menambah semangat pada diri setiap makhluk hidup. Udara pagi yang sejuk menembus permukaan kulit Dhira yang tengah melakukan aktifitas lari pagi di trek jogging yang telah lama tak di jalaninya.
Menggunakan setelan berwarna hitam dengan crop top sleeveless yang dilapisi dengan jaket. Membiarkan resleting jaket terbuka hingga menampilkan perut tipis mulusnya sedikit terlihat. Dipadukan dengan legging bercorak sederhana,serta sepatu dengan warna dan corak yang tak jauh berbeda dengan pakaian yang ia gunakan dengan rambut yang terikat ke atas membuat penampilan Dhira sangat sylish dan cantik walau tela bercucuran keringat.
Walau sendirian namun Dhira tetap bersemangat melakukan lari pagi ini, seolah ingin melupakan sejenak kemelut di hatinya selama beberapa hari terakhir.
"Hah... Akhirnya setelah sekian lama bisa laro pagi lagi." Menghembuskan nafas seraya berjalan mencari tempat duduk takjauh dari trek jogging tersebut.
Dhira mengambil handuk kecil yang telah ia sediakan dari dalam tasnya, menyeka setiap peluh yang keluar di wajahnya serta mengambil air mineral dan meneguknya dengan santai.
Saat akan memakai earphone tiba tiba seorang pria berdiri tepat di hadapan nya, hingga membuat kedua mata mereka saling beradu tatap. Dhira seakan terhanyut dengan tatapan mata yang dulu selalu menghiasi hari harinya. Hingga kesadaran kembali mengambil alih dirinya.
Dhira melepaskan kembali earphone nya dan mengambil posisi untuk melangkah meninggalkan pria yang berdiri di hadapannya itu.
"Dhira, plis." Pria itu menarik lembut pergelangan tangan Dhira dengan tatapan memohon.
"Sudah jelas kan kemarin Ver. Aku enggak mau kamu semakin sakit karena mengharapkan aku." Dhira mencoba menahan emosinya tanpa menatap mata Vero, pria yang pernah ada di dalam hati nya.
"Oke, aku enggak akan memaksa lagi, tapi setidaknya jangan tolak aku untuk menjadi sahabat kamu Dhir." Perkataan itu berhasil membuat Dhira menyoroti kedua mata Vero.
Sebenarnya ada rasa kecewa di lubuk hati Dhira yang paling dalam, tapi perasaan itu segera di hilangkan nya dan berganti dengan perasaan sedikit lega, setidaknya pria itu tidak memaksanya kembali.
"Sekedar sahabat?" Dhira menatap dalam Vero hingga membuat Vero mau tak mau menganggukkan kepalanya.
"Enggak lebih kan?" Kembali Dhira bertanya dengan oenuh selidik.
'Sebenarnya aku masih mengharapkan kamu Dhir, tapi ini satu satunya cara agar aku bisa terus dekat dengan kamu.' Vero membatin sebelum ia kembali menganggukkan kepala nya dengan senyuman yang terbit di wajahnya untuk meyakinkan Dhira.
"Baiklah." Dhira membalas senyuman Vero dengan penuh rasa lega.
"Masih mau lari? Aku temani ya." Vero mencoba membujuk Dhira dengan senyuman menawannya.
Dhira mengangguk dan berjalan mendahului Vero dengan earphon yang terpasang sebelah di telinganya, melihat reaksi yang di berikan oleh Dhira membuat Vero bersemangat hingga hampir saja berteriak mengatakan 'Yes' dan berlari mengejar Dhira.
Sepertinya udara pagi yang sangat sejuk membuat ia ingin berdamai dengan hati nya, menghilangkan semua rasa kecewa yang selama bertahun tahun terpendam saat di tinggalkan tanpa alasan oleh Vero, cinta pertamanya. Ya, percaya atau tidak Vero adalah cinta pertama Dhira. Selama masa sekolah ia bahkan tak pernah serius untuk mencintai seseorang walau banyak teman lelaki nya yang secara terang terangan menyatakan rasa ketertarikan nya pada Dhira.
Tak cukup sulit bagi Dhira untuk kembali membangun kecerian bersama Vero, karena mereka brdua memang seperti maghnet yang saling terhubung satu sama lain jika telah bersama, dan itu lah salah satu alasan Vero merindukan sosok Dhira yang sangat berarti untuknya, meskipun kesalahannya di masa lalu membuat Dhira tak bisa kembali menjadi pasangannya, setidak nya kali ini Vero tak kembali kehilangan Dhira sebagai seorang sahabat walau dengan rasa yang masih sama seperti dahulu.
"Kenapa sendirian?" Vero bertanya di sela sela langkah nya yang cepat.
"Lagi mau aja." Dengan mata yang masih menatap kedepan.
"Enggak mau kenalin aku sama dia?" Vero mencoba mencari tahu sosok pria yang telah menggantikan posisinya di hati Dhira.
Dhira menatap tajam pada Vero dan tiba tiba terhenti hingga membiarkan Vero terus berlari. Merasa berlari sendiri akhirnya Vero terhenti dan berjalan kembali ke belakang menyusul Dhira.
"Kenapa?" Vero menaikkan kedua alis nya menatap heran pada Dhira yang masih menatapnya.
"Aku lagi enggak mau bahas itu, kalau kamu masih bertanya hal yang sama lebih baik kamu pergi aja." Dengan nada ketus Dhira memasang wajah bad moodnya.
Vero mengangguk seraya mengelus lembut ujung kepala Dhira "Sorry. Aku enggak akan bertanya lagi." Perlakuan Vero membuat Dhira merasa sedikit canggung, ia takut jika perasaan nya akan kembali lagi pada pria itu.
"Aku lapar banget nih." Dhira memeluk perutnya sendiri yang telah meronta meminta asupan makanan.
"Ya udah ayo kita cari makanan, aku traktir deh." Seketika mata Dhira berbinar mendengar kata traktir dari Vero hingga membuatnya bersemangat dan mengangguk cepat.
Tanpa di sadar Dhira menarik tangan Vero hingga membuat sang empunya sedikit mempercepat langkah nya mengikuti pergerakan Dhira, sebuah senyuman bahaagia tersirat jelas diwajah maco Vero.
'Terus lah seperti ini Dhira, aku enggak akan membiarkan kamu jauh dari ku lagi.' Vero membatin.
*****
Dari kejauhan sepasang mata telah memperhatikan segala aktifitas yang terjadi di dalam trek jogging pagi tadi, sikap kedua mantan pasangan itu berhasil membuat sorot tajam dari sang pemilik terasa sungguh mematikan seperti anak panah yang siap akan melesat bebas.
"Bersenang senang lah, karena setelah waktu itu tiba aku tak akan pernah membiarkan kalian bermesraan walau sebagai seorang sahabat." Kalimat dingin itu terlontar dengan jelas membuat siapa pun yang mendengar merasa takut.
Mobil yang di kendarainya melaju dengan cepat, membelah jalanan ibu kota yang masih di penuhi dengan suasana weekend pagi hari. Walau ia telah mengetahui jika hubungan wanita yang ia cintai hanya sebagai seorang sahabat tak serta merta membuatnya tenang dan membiarkan masa lalu Dhira mendekatinya kembali, baginya mantan adalah masa lalu yang akan mengancam kebahagian masa depan.
Ya, pria ini memang tipe pencemburu hingga tak membiarkan pria mana pun yang mencintai wanitanya mendapatkan kesempatan sedikit pun untuk mengharap balasan cinta.
'Aku akan membuktikan semuanya pada mu, dengan caraku sendiri. Tak akan aku biarkan siapa pun menyakiti mu. Setelah sekian lama aku mencari mu, terlarut dalam penyesalan yang hampir membuat ku putus asa, aku akan menebus semuanya sayang. Aku setia menunggu mu hingga saat bahagia menjadi milik kita.' Walau itu hanya berkata dengan batinnya sendiri, tapi tapapan mata itu sungguh terlihat tulus.