When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Bagaimana, Teteh? Apakah masih ada yang kurang pas di hati setelah membaca isinya?" ucapnya lembut membuat Sela tersentak dan kembali sadar bahwa ia tadi sedang melamun. Oh Tuhan … situasi macam apa ini! Aku merasa tidak mampu menjawab pertanyaannya. Suaranya begitu sangat halus dan lembut sekali! Rasanya tenggorokanku seperti tercekat sekali. "Teteh? Ada apa? Apakah tidak suka dengan isi suratnya?" tanyanya lagi masih dengan suara yang lembut dan menenangkan. Lembut? Menenangkan? Aku bisa gila jika seperti ini, sudah dapat dipastikan aku akan kalah saing jika dengannya! Bukan hanya kecantikan tapi tutur katanya berhasil menghipnotis siapa saja yang berbincang dengannya. "Sela! Kalau ditanya itu jawab! Kenapa kamu diam saja, sih! Vivi bertanya itu!" "Eh … anu … Mih, maaf. Maaf aku ga