Setelah pertemuan di kedai tersebut, mereka semakin lebih sering bertemu dan jalan bareng. Bahkan beberapa kali Sela diajak oleh Reno untuk berkunjung ke rumahnya. Tanggapan keluarganya? Sungguh sangat luar biasa baiknya, apalagi Mamih. Beliau merasa menemukan seorang anak, karena memang kedua anaknya lelaki jadi beliau sangat mendambakan seorang anak perempuan dan ketika kedatangan Rasela berhasil membuat beliau memberikan kasih sayangnya dengan tulus.
Beberapa kali Mamih menyinggung masalah pernikahan, namun mereka berdua hanya menanggapi semuanya dengan candaan. Walaupun, di dalam lubuk hati yang dalam di antara keduanya memang menginginkan adanya pernikahan. Namun, karena baru dipertemukan kembali setelah sekian lama tak bertemu, membuat mereka memilih untuk lebih mengenal lagi satu sama lainnya lebih dalam.
Itu semua mereka lakukan semata-mata agar tidak terkejut apabila di kemudian hari ada sikap ataupun tingkah laku yang di luar mereka ketahui saat jamannya putih abu. Mengingat saat ini sudah banyak sekali perubahan di antara mereka, awalnya Mamih berpendapat bahwasannya semua itu bisa berjalan setelah menikah namun keduanya menjawab dengan tegas untuk perkenalan lebih dulu satu sama lainnya lebih dalam agar tidak ada sebuah penyesalan di kemudian hari nantinya.
"Memangnya, Sela sekarang usianya berapa, sih? Kok Mamih tawarkan untuk segera menikah jawabannya seperti itu."
"Sela saat ini usianya sudah dua puluh satu tahun, Mamih. Mohon maaf, Mih, bukan bermaksud menolak, namun alangkah lebih baiknya jika Sela dan Reno mengenal lebih jauh lagi satu sama lainnya, Mih. Mengingat, sudah beberapa tahun ini kami tidak bertemu, sudah pasti ada banyak sekali perubahan di antara kami berdua."
"Mih, sudahlah. Jangan terus memaksa, Sela. Reno juga masih senang seperti ini, mengenal lebih jauh satu sama lainnya itu lebih baik daripada buru-buru takutnya nanti Sela justru kecewa karena ternyata mungkin Reno tidak seperti dulu saat masih jaman putih abu."
"Makanya, Ren! Nurut sama Mamih, jadi anak yang baik! Ini keluyuran saja tiap malam, balik ke rumah selalu mabuk-mabukkan. Memang kamu itu gak ada akhlak jadi anak!"
"Mih," panggil Sela sedikit terkekeh.
"Kenapa, Sel? Kamu gak tau ya kelakuan Reno? Beuh! Nakal banget dia sekarang, Sel. Mamih aja sampai pusing deh ngurus dia, maka dari itu pengen banget dah cepat-cepat ngawinin ini bocah biar diurus sama istri dan berubah jadi lebih baik."
"Memangnya kambing, Mih, dikawinin?" sahut Kevin tiba-tiba datang dan duduk diantara mereka.
"Ya kali, Kev," balas Mamih dan membuat Reno memutar bola matanya malas.
"Pantas saja, Mih. Tiap kali dekat dengan Reno seperti ada aroma-aroma apa gitu, gak enak banget."
"Masa iya, Sel?" tanya Mamih penasaran.
"Iya, Mih. Benar, aromanya seperti kambing," jawabnya ragu-ragu dan membuat Kevin tertawa terbahak-bahak.
"Kak, gila! Keren abis! Abang memang mempunyai aroma khusus, Kak. Yaitu, aroma seperti kambing, haha," sahut Kevin terbahak-bahak. Mamih ikut terkekeh bersama mereka.
"Yakin tubuhku aromanya seperti kambing? Bukannya kamu selalu melayang jika menghirup dalam-dalam aroma tubuhku yang selalu membuatmu memabukkan? Dan sekarang, di hadapan Mamih, kau berkata seakan aromaku tak mengenakan?" tanya Reno mendekatkan wajahnya ke Sela.
"Ren, memang apa yang sudah kalian lakukan sehingga membuat Sela sering melayang kalau hirup tubuhmu?"
"Eh? Gak, Mih! Gak ada! Ngada-ngada aja memang si Reno ini, Mih!" elak Sela setelah merasa terpojok karena ucapan Mamih yang menurutnya sangat mengerikan.
"Ah, kalian ini! Anak muda selalu saja tingkahnya ada saja! Kevin, jangan ditiru ya Abang dan Kakakmu itu."
"Siap, Mih! Kevin anak baik."
"Masa iya, Kev?" tanya Reno menaikkan satu alisnya.
"Apaan lu! Jangan macam-macam kalau gak mau kartu lu ke bongkar!'
"Oke fine!"
"Apa, sih, Dik? Memang apa kartunya abangmu itu?" tanya Mamih semakin penasaran.
"Doyan mabok, Mih, haha. Ya 'kan?"
"Iya! Benar! Abang kamu itu doyan sekali mabok! Sampai kesal Mamih, tuh!"
"Nanti juga berubah, Mih, kalau sudah menikah, haha."
"Iya bener. Makanya, cepetan dong kalian menikah. Mamih gak sabar mau nimang cucu."
"Mamih …," ucap Sela dan Reno serempak. Mereka saling pandang lalu tertawa bersama. Mereka akhirnya saling lempar bulian dan juga tertawa bersama.
Langit mulai berubah menjadi senja, awan gelap satu persatu mulai berkumpul dalam satu titik, kilatan petir mulai sahut-menyahut satu sama lainnya, aroma tanah mulai masuk menyeruak ke dalam hidung sepasang kekasih yang sedang asik duduk di taman belakang sambil memandang indahnya taman yang di tata sesuai keinginan Mamih.
"Sel, sudah mau hujan. Balik gak?"
"Iya nih, ayo deh antar aku pulang. Sudah sore juga, gak enak sama Mamih."
"Ayo. Eh tapi tunggu dulu, ikuti aku ya. Kita merentangkan kedua tangan--"
"Mau apa, sih, Ren? Gak jelas, ish!"
"Eh, cobain dulu. Seru tau, pasti akan rileks deh, dijamin."
"Ayo cepat, begini tangannya. Lalu, tengadahkan kepala ke atas, pejamkan mata, dan hirup dalam-dalam aroma tanah yang menyejukan dan menciptakan kedamaian."
"Malas, ah, Ren! Kayak bocah saja! Sudah ayo antar pulang." Reno membuka matanya kembali, menarik nafas panjang dan mengangguk lalu mereka melangkahkan menuju parkiran.
***
Akhirnya setelah kurang lebih tiga minggu, motor custom yang diinginkan sesuai dengan karakter sang gadis jadi juga. Reno merasa puas karena sudah melihat hasilnya di depan mata. Ada kebanggaan tersendiri ketika melihatnya, dan ia merasa kalau benar-benar mampu mendesain motor custom khusus untuk wanita.
Matanya berbinar dan merasa tak sabar untuk memperlihatkannya pada Sela. Ia yakin, gadisnya itu akan menyukai sesuatu yang sudah dibuat olehnya. Gadisnya? Uhuk … ya benar gadisnya, karena sejak dimana mereka pulang dari rumah Reno beberapa waktu lalu, lelaki tersebut berhasil menyatakan cintanya pada Sela. Dan Sela? Dengan senang hati menerimanya.
Tanpa sepengetahuan Reno, ada maksud tersendiri yang direncanakan oleh Sela ketika sudah menjadi kekasihnya atau bahkan mungkin kelak menjadi istrinya. Memang, obrolan mereka belum sampai ke arah sana, namun Reno beberapa kali sudah seperti mengkode seakan ingin meminang Sela. Dan gadis tersebut sangat senang ketika terus-menerus mendapatkan kode dari Reno, itu artinya rencananya selangkah demi selangkah berhasil.
Hari yang ditunggu tiba juga, beberapa jam setelah Reno menghubungi Sela, gadis itu datang dan menemuinya langsung di kantor sekaligus bengkelnya. Dengan langkah elegan dan anggun, kaki jenjangnya melangkah pasti masuk ke dalam perusahaan dan menebarkan senyum pada semua karyawan di sana. Mereka sudah terbiasa melihat kekasih hati bosnya tersebut keluar-masuk perusahaan.
"Selamat siang Nona Sela," sapa Sesil saat melihat kekasih bosnya itu melangkah ke arahnya.
"Siang Sesil, bosmu ada?"
"Ada, Nona. Silahkan." Sesil mempersilahkan Sela masuk ke dalam ruangan bosnya itu.
"Apakah kekasihku ini masih sibuk dengan semua desain motor customnya?" tanya Sela tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan menuju Reno yang sedang duduk dibalik mejanya.
"Kapan datang, sayang?" tanya Reno lembut. Sela langsung duduk di pangkuan kekasihnya, mengalungkan tangannya di leher kekasihnya itu dan bergelayut manja.
"Baru saja. Tetapi, sepertinya kekasihku ini sedang sangat sibuk sekali dengan pekerjaannya, heum?"
"Gak, Sayang. Sebanyak apapun pekerjaanku jika ada dirimu maka aku akan lepaskan semuanya," godanya menoel dagu lancip Sela.
"Hm … ternyata kau sudah mulai nakal ya. Memang melepaskan apa, sih?" tanyanya menggoda.
"Maunya melepaskan apa, Sayang?" balas Reno menggoda.
"Sudah, ah! Ayolah kita lihat hasil desainmu."
"Cium dulu dong."
"Reno m***m, ih!"
"Cium pipi sayang, ya Allah." Sela langsung mengecup pipi Reno.
"Ayo sayang. Kita ke bengkel."
Reno menggandeng dan menggenggam tangan Sela dengan sangat erat. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam lift dan memencet tombol ruang bawah tanah dari lantai 5. Luar biasa bukan? Jelas sangat luar biasa dong. Setiap lantainya selalu ada saja karyawan di setiap divisi masing-masing. Dan mereka ada tugas masing-masing diantaranya merancang body motor custom, merancang rangka mesin dan masih banyak lagi.
Mereka sudah sampai di ruang bawah tanah yang mana ruangan tersebut adalah tempat finishing. Masuk ke dalam salah satu ruangan yang dibuat khusus dan di dalamnya sudah terpampang nyata motor custom versi vespa untuk seorang gadis yang mempunyai pribadi luar biasa dan kelak akan menjadi sebuah proyek baru di antara mereka berdua.
Sela mempercepat langkahnya, gadis itu sepertinya sudah tak sabar lagi ingin melihat bagaimana hasil motor custom yang diinginkan olehnya. Di sini, kepintaran Reno diuji, apakah ia benar-benar bisa mendesain dan merancang motor custom untuk wanita atau tidak.
Dan, langkahnya terhenti, pandangan matanya lurus ke depan. Sorot matanya berbinar, ia bahagia bahkan sangat bahagia melihat sajian nyata yang di hadapannya sungguh sangat luar biasa. Ia menatap lelaki yang berada di sebelahnya dengan rasa takjub, Sela tak menyangka lelaki itu bisa membuat sesuai dengan apa yang diinginkan, diharapkan dan juga dipikirannya.
"Wow! Luar biasa!" ucapnya takjub.
"Bagaimana?"
"Ini sungguh luar biasa. Aku tak menyangka hasilnya akan secantik ini, dengan desain yang sungguh luar biasa, body yang sungguh elegan dan juga perpaduan warnanya luar biasa. Tetapi, apakah rangka mesin dan lainnya sesuai dengan keinginanku?" tanyanya menatap Reno meminta penjelasan.
"Sudah dapat dipastikan, motor custom yang saat ini berada dihadapanmu sesuai dengan apa yang kau inginkan dan dambakan."
"Apakah kau serius?"
"Iya, Sayang. Mari kita lihat lebih dekat dan mencobanya."
"Baiklah, aku sungguh sudah tidak sabar lagi untuk mencobanya. Kau memang sangat luar biasa, Ren."
"Aku akan selalu menjadi luar biasa untukmu, Sela."
Mereka berdua tersenyum dan melangkah menuju motor tersebut. Sela langsung mencoba dan melihat semuanya secara detail, sorot matanya tidak bisa dibohongi. Gadis itu benar-benar merasa takjub dengan yang dilihatnya sekarang saat ini. Apa yang dia inginkan diwujudkan oleh Reno dalam waktu tidak lebih dari tiga minggu saja. Luar biasa bukan?
***