5. jujur atau berbohong

1439 Words
Sesuatu kebohongan suatu saat akan di ketahui, tapi bisakah untuk beberapa waktu saja agar rahasia ini tidak di ketahui olehnya. Elina tengah sibuk mencari lowongan pekerjaan di surat kabar atau media lainnya, sungguh dirinya membutuhkan uang untuk biaya persalinannya, biaya hidup bayinya, biaya sewa apartemen dan biaya kebutuhan sehari - hari. Mengingat apartemen miliknya sudah ia jual untuk pindah ke kota besar ini dan elina masih sadar jika uangnya mulai menipis. Setidaknya ia harus bekerja beberapa bulan untuk memenuhi kebutuhannya, apa lagi calon anaknya butuh asupan dan kebutuhan lainnya. Tidak mungkin kan elina hanya diam saja tanpa mempersiapkan apa pun. "Sayang, hari ini mama akan melamar ke beberapa lowongan yg mama temukan di surat kabar,"lirih elina dengan wajah berbinar jika berbicara pada bayi yg tengah ia kandung itu. Sungguh elina sangat bahagia akan kehadiran bayinya itu, setidaknya elina punya teman hidup, walau teman hidup bukan seorang pendamping tapi setidaknya elina punya teman hidup berbentuk bayi yg merupakan darah dagingnya nanti. Memikirkan itu membuat elina semakin bahagia. **** "Toni aku denger kau menemukan beberapa wanita yg ingin melamar menjadi sekretaris ku apa itu benar,"tanya malven menatap bawahannya yg tengah menunduk. "Benar tuan, beberapa wanita akan datang kemari untuk melamar mungkin siang ini,"ujar toni cepat membuat malven mengangguk - angguk paham. "Baiklah, aku yg akan mewawancarai mereka,"tukas malven cepat membuat toni tergagap. "Tu...an, yg i...ngin mewawancarai mereka,"tanya toni sekali lagi. "Iya. Kenapa tidak,"ujar malven sambil melangkah tanpa menunggu jawaban bawahan, membuat toni hampir saja mengumpat. Bagaimana tidak jika majikannya yg mewawancarai mereka sudah di pastikan akan di tolak, mengingat beberapa minggu yg lalu malven yg mengambil alih tugasnya, mengingat itu membuat toni memukul kepalanya menahan rasa pusing. Perusahaan alvito Saat ini malven tengah duduk sambil menatap para wanita yg ingin melamar menjadi sekretaris pribadinya, bisa malven lihat jika semua wanita atau gadis tengah menatap dirinya penuh minat membuat malven menghela nafas kasarnya, ini yg tidak ia sukai. Tatapan para wanita seakan ingin menelan dirinya hidup - hidup saat ini, sudah 5 wanita yg malven tolak alasannya cukup tidak masuk akal tapi mau gimana lagi malven. Ya, malven, sifatnya akan seperti itu jika dia bilang tidak maka akan menjadi kenyataan, membuat toni menarik kasar rambut nya karna merasa frustasi dengan sifat majikannya itu. "Aku rasa kau tidak masuk dalam kriteria sekertaris yg aku inginkan, jadi maaf kau tidak lulus,"ujar malven sambil berdiri membuat toni menganggap. Bagaimana tidak 20 wanita yg melamar di perusahaan ini di tolak semua oleh pria itu, membuat toni menatap tajam malven yg tengah tersenyum miring padanya. "Ven, kau yg benar saja,"ujar toni jika dia sudah marah maka dia tidak akan memakai bahasa formal lagi, ia akan mengunakan bahasa yg semestinya kepada sahabatnya itu. "Lalu,"tanya malven mengangkat satu alisnya membuat toni ingin sekali meninju wajah tampan sahabatnya itu. "Ven, ka...u sungguh menyebalkan jika semuanya kau tolak. Maka sudah di pastikan tidak ada satu pun orang yg cocok den...."ucapan toni terhenti saat mendengar suara seorang wanita yg tengah menghapus keringatnya. "Maafkan aku pak, saya terlambat untuk interviu karna aku mengalami kemacetan di jalan,"ujar wanita yg memotong ucapan toni membuat kedua pria itu menoleh ke arah wanita bertubuh mungil itu. "Tidak apa - apa,"jawab toni lesu, sambil menatap untuk mengecek apa ada peserta lagi dan benar saja wanita itu adalah peserta terakhir yg terlambat. Membuat toni menghela nafas lelahnya ia sudah tahu jawaban apa yg akan wanita itu dapatkan, Sebab toni cukup tahu jika sahabatnya itu tidak menyukai orang yg terlambat dan sudah di pastikan akan terlambat setiap harinya jadi percuma toni menunggu interviu ini selesai. "Maaf anda sa...." "Duduklah,"ujar malven membuat toni membulatkan kedua matanya, Membuat wanita itu mengangguk sambil menahan nafas, sebab dia sempat berlari kecil karna takut terlambat tapi tetap saja ia terlambat 5 menit. "Ambil ini mungkin kau membutuhkannya,"ujar malven membelikan satu kaleng soda membuat wanita itu hanya diam sambil menatap sekaleng soda yg masih di dalam genggaman pria itu , walau ia lelah dan haus ia masih mengingat jika ia tengah hamil dan itu tidak baik untuk kehamilannya. Membuat malven mengernyit bingung pasalnya ia bisa melihat jika wanita itu tengah kehausan tapi kenapa wanita itu hanya diam saja bukannya mengambil dan segera meminumnya, justru wanita itu hanya diam sambil mendongak menatap dirinya dengan mata biru pudar miliknya membuat jantung malven tiba - tiba saja berdetak membuat pria itu segera menggeleng karna sadar dimana dia saat ini. "Ya ampun bukannya cepat di ambil mumpung malven punya suasana kemanusiaannya, jika dia tidak punya sisi kemanusiaannya kau akan di marahi mungkin saja,"ujar toni dengan suara kecil tapi mampu terdengar oleh pria itu, membuat malven menoleh sambil menatap tajam toni membuat pria itu gelagapan melihat tatapan malven yg tidak bersahabat padanya. "Berhenti mengumpat,"ujar malven sambil meletakkan kaleng soda ke atas meja kembali. Malven kembali menoleh menatap seorang gadis cantik dengan tubuh mungilnya yg sangat pas untuk dirinya, tengah duduk mengatur nafasnya kali ini, "Siapa namamu,"tanya malven. "Na...ma sa...ya e....lina pak,"ujar wanita itu menunduk dengan wajah gugupnya karna di tatap begitu intens oleh pria tampan itu. Wanita itu tidak lain adalah elina yg akan melamar di perusahaan alvito. Dua hari lalu ia sudah mengirim semua formulir pendaftarannya, tapi naas ia terlambat padahal ini baru interviu tapi ia sudah terlambat, membuat elina takut jika ia di tolak karna terlambat. "Toni, mana dokumennya,"tanya malven meminta identitas elina, "Ini tuan,"ujar toni memberikan sebuah dokumen membuat malven membuka dokumen itu, disana tertulis semuanya. Identitas Nama : elina Asal : london Usia : 24 tahun Jurusan : sekretaris Status : belum menikah. Begitulah kira - kira isi dari dokumen itu tentang jati diri elina tapi satu yg tidak ada di dalam dokumen itu, yaitu status mengenai kehamilan. "Kau belum menikah,"tanya malven dibalas anggukan kepala dari elina."perlu kau tahu status di dokumen mu tidak membuat aku percaya 100%, karna 2 minggu yg lalu aku mempunyai seorang sekretaris dan dia telah menipuku. Di dalam dokumen lamarannya tertulis belum menikah tapi dia sudah memiliki suami dan itu terbukti karna aku menyuruh orang - orangku untuk mencari tau."kata malven dengan tatapan tajam miliknya. "Dengar sebelum kau bekerja atau melamar di perusahaan ini, satu hal yg tidak aku sukai yaitu kebohongan jadi lebih baik kau jujur dari sekarang, aku tidak menerima seorang sekretaris yg memiliki status seorang istri atau seorang ibu,"ujar malven membuat tubuh elina menegang. Tunggu - tunggu elina bukan seorang istri tapi garis bawah ia seorang ibu membuat elina menelan salivanya yg terasa mencekik dirinya, bagaimana ia bisa jujur, jika ia jujur ia tidak akan mendapat perkerjaan ini. Sedang dia membutuhkannya. Karna berbagai perusahaan telah ia datangi tapi sayang ia di tolak dengan kondisi nya yg tengah hamil, okey elina memang mengaku waktu itu pada beberapa perusahaan dan elina baru tau jika perusahaan yg ia lamar tidak menerima wanita hamil. Dan saat ini elina berada di titik dimana antara ia harus jujur atau berbohong. "Ya tuhan bagaimana ini, perusahaan ini adalah perusahan terakhir yg bisa membantuku di masa sulit saat ini,"batin elina, menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut. Dan semua gerakan elina di tangkap jelas oleh sosok malven yg tengah menatap gerak gerik wanita itu, Toni menahan nafas kali ini jika sampai wanita ini di tolak maka habislah dia. Kriteria majikannya itu sangat aneh memang majikannya bukan pria mata keranjang tapi.....tapi majikannya adalah pria pekerja keras dan disiplin, dan satu hal lagi majikannya tidak menyukai kata terlambat "Kenapa diam,"suara malven membuat tubuh elina menegang sambil menatap dirinya, "Tidak apa - apa pak, tapi saya sungguh ti...dak berbohong, saya tidak berada di antara keduanya,"ujar elina terpaksa berbohong,"maafkan mama sayang, mama terpaksa, setidaknya mama mendapatkan beberapa bulan bekerja disini agar mama mempunyai uang untuk membiayai kehidupan kita berdua nantinya."batin elina yg hanya bisa dirinya yg mendengar. "Baik, tapi perlu kau ketahui, bekerja di perusahaanku kau memiliki beberapa peraturan. 1. Aku tidak ingin ada kata terlambat, 2. Dilarang pulang sebelum semua pekerjaanmu selesai. 3. Aku paling tidak suka urusan pribadi di campur tangan dengan urusan pekerjaan. 4. Kemana aku pergi kau harus ikut karna kau adalah Sekretaris pribadiku. 5. Jika aku menemukan kesalahan atau kebohongan kau akan langsung aku pecat. Kau paham,"ujar malven panjang lebar dengan tatapan datar membuat elina menelan salivanya, sungguh peraturan itu sangat sulit untuk dirinya tapi sebisa mungkin elina akan bertahan demi pekerjaan ini. "Baik pak,"jawab elina yakin. "Besok adalah hari pertamamu, aku akan melihat pekerjaanmu dan ingat tidak ada kata terlambat seperti tadi,"ujar malven berjalan pergi tanpa menunggu jawaban elina, sedang toni membulatkan kedua matanya karna tidak mempercayai apa yg baru saja ia dengar. **** "Aku mau kau mencari tahu semua identitasnya,"ujar seseorang sambil mematikan sambungan telepon miliknya dan memutari kursi kebesarannya. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD