Happy Reading
*****
Tampan, pintar, Berkecukupan, Populer, dan idaman para wanita. Semuanya melekat indah pada diri seorang Vincenzo.
Kalian ingat dengan kata don't judge from cover dan semua orang tak pernah memakai kata itu saat melihat diri seorang Vincenzo.
Para wanita tergila-gila akan ketampanannya, dan juga senyumnya yang selalu membuat hati para wanita meleleh.
Tapi siapa sangka dibalik sosok sempurnanya itu, ia hanya akan dinilai seorang yang kehilangan akal, seorang pembunuh dan harus dihindari. Ya, seorang Vincenzo sukses memperdaya semua orang dengan tingkahnya yang baik.
Padahal ia seorang yang akan membunuh di saat ia ingin. Dia akan membunuh orang yang tahu atau curiga dengan identitas aslinya, ia juga tak segan membunuh seorang gadis yang dengan lancang menggodanya dan menyentuhnya tanpa seizinnya.
Dia tak akan pernah membatalkan membunuh target yang sudah ia incar.
Tapi hanya pada mahasiswi baru di kampusnya, ia bisa sedikit mengubah kebiasaan itu.
Rencana awalnya harus ia batalkan dan tak jadi membunuh seorang gadis yang seminggu ini selalu ia ikuti. Entah lah apa yang membuat Vincenzo berubah fikiran untuk membunuhnya.
Plakkk..
Vincenzo menatap tajam orang yang tiba-tiba memukul punggungnya keras.
"Hati-hati kesambet, jangan banyak ngelamun Vi, tak baik." Dengan tingkah tanpa dosa orang itu malah terkekeh.
Vincenzo hanya mendengus kesal, kalau dia bukan temanya sejak kecil sudah ia pastikan orang ini tak akan bisa bernafas lagi.
Jimmy namanya, pria bertubuh agak pendek, tapi manis dan tampan itu selalu membuat Vincenzo jengkel setengah mati. Mungkin kalau sekarang ada Josen sahabatnya sekaligus sepupunya itu ia sedikit merasa bebas karena si gila Jimmy ini tak mengganggu hidupnya terus. Tapi apa daya Josen memutuskan untuk tinggal di luar kota bersama istrinya Irene dan anaknya, sekaligus mengurus perusahaan di sana.
"Ashh jinja, aku baru berkata jangan melamun. Kau sudah melamun lagi." Ucap Jimmy. (Ungkapan kekesalan)
"Apa?"
"Aku marah padamu Vi, aku bicara kau malah melamun." Jimmy malah melipat kedua tangannya di depan d**a untuk menambah akting marahnya yang malah tampak seperti banci dipinggir jalan.
Vincenzo berdiri dari kursinya "Aku ada kelas." Ucap Vincenzo sambil mengusap wajah Jimmy kasar lalu pergi meninggalkan kawasan kantin kampus.
"Hya, tanganmu bau Vi. Kau tak mencuci tangan ya?" Teriak Jimmy cukup keras, membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan aneh.
Jimmy melotot tajam pada semua orang. Membuat semua orang menunduk takut.
"Untung saja aku tampan." Ucap Jimmy percaya diri lalu pergi dari sana.
*****
Kila sungguh dalam mood yang sangat buruk hari ini. Kalian tahu mengapa ya karena Mr.Psycho itu.
Semalam saat di Cafe awalnya ia bernafas lega saat Vincenzo memilih pergi dari tempat duduknya, tapi dugaan itu salah pria gila itu malah menunggu Kila pulang dan memaksanya untuk pulang bersama.
Apa daya seorang Kila yang hanya bisa pasrah menuruti kemauan sang Mr.Psycho, yang selalu mengeluarkan jurus ancaman 'kau menolak, berarti mati'. Bagaimana tidak takut kalau diancam begitu.
"Kila ayo kita ke kantin." Ajak ShinAe taman baru Kila setelah kelas selesai.
"Ah, tidak. Tapi Aku sudah kenyang." Tolak Kila sopan.
"Oh, baiklah." Shinae pun pergi meninggalkan Kila yang masih berdiri di tempatnya.
Kila menunduk menatap perutnya, Kenyang? Heol bahkan perutnya belum terisi apapun sejak pagi, bagaimana bisa kenyang, Makan angin.
Yah, meski Kila sangat lapar sekarang tapi mau bagaimana lagi ia tak bisa kalau terlalu boros. Karena uang yang ia miliki tak akan cukup untuk sampai akhir bulan nanti.
"Huh semangat, mungkin akan sedikit tak konsen di pelajaran kelas berikutnya. Tapi tak apa." Ucap Kila bermonolog sendiri.
Sreett..
"Ehh," Kila tersentak kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang mencekal tangannya dan menariknya.
"Kau," Kila tak percaya lagi-lagi orang yang membuat mood-nya turun itu lah pelakunya.
"Lepaskan." Kila mencoba berontak.
"Diam, dan ikut saja."
Vincenzo Kim sialan, teriak Kila dalam hati.
"Duduk." Perintah Vincenzo saat sampai di kafetaria kampus.
Kila mendengus sebelum menuruti perintah sang Mr.Psycho untuk duduk.
Seorang pelayan datang dan meletakkan makanan di depan Kila.
"Silakan dimakan nona manis."
"Jim," peringat Vincenzo.
"Oh ayolah jangan bilang kau cemburu, hanya karena aku memanggilnya manis." Ya seseorang yang mengantar makanan tersebut adalah Jimmy, yang beralih profesi menjadi pelayan karena perintah Vincenzo. Si teman tidak tahu diri itu membuatnya sedikit tidak tampan lagi karena mengantar makanan, untung saja hanya sedikit pikir Jimmy.
"Ayo makanlah, orang tampan loh ini yang mengantar." Ucap Jimmy tanpa memperdulikan tatapan Vincenzo yang memintanya pergi.
"Jimmy." Desis Vincenzo tajam.
"Oh oke, oke. Aku akan pergi. Sampai jumpa manis." ucap Jimmy sebelum mengedipkan mata kepada Kila.
"Ck. Cepat makanlah." Perintah Vincenzo setelah Jimmy pergi.
"Tidak, aku ada kelas." Kila berdiri dari tempatnya.
"Duduk."
"Aku--"
"Aku bilang duduk."
Kila mengerucutkan bibirnya kesal setelah duduk di tempatnya.
"Makan." Ucap tegas Vincenzo.
"Aku sudah kenyang,"
Kruyukkk..
Sungguh Kila ingin tenggelam saja saat ini, Bagaimana bisa perut dan bibirnya tidak sikon. Siapa pun tolong tendang Kila dari sini. Kila hanya bisa menundukkan kepalanya malu.
"Kau yakin dengan ucapanmu itu, pacar?" Tanya Vincenzo sambil menahan tawanya.
"Cepat makanlah, setelah ini kau ada kelas." Ucap Vincenzo.
Kila pun hanya bisa mengikuti perintah Vincenzo untuk memakan makanannya, karena kedoknya sudah terbongkar apalagi Vincenzo tak akan mengizinkannya pergi sebelum ia memakan makanan ini.
Vincenzo tersenyum kecil di sana.
Hanya kecil, mungkin banyak orang tak tahu kalau Vincenzo baru saja tersenyum.
"Manis." Bibirnya bergerak tanpa ada suara yang keluar dari sana saat menatap Wanita di depannya ini.
*****
TBC
.
.
.
Kim Taeya