When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ketergantungan atau terjerat? Dua definisi yang tidak bisa aku jalani atau tinggalkan. Semua konflik batin yang tercipta usai pernikahan ini membuat psikis ku seakan tak seimbang dengan alur pemikiran secara logis. Bimbang serta ingin yakin pada pilihan yang terlanjur tercipta, meski selalu berusaha tak terlihat olehnya namun ia mengerjarku dengan daya semu nya. Tubuhku terduduk di sudut kursi kamar tidurku sedang berusaha menguak apa yang baru saja aku lihat, dengan kondisi Matt yang memperlihatkan keterpurukan itu nyatakah? Atau hanya fantasinya saja? Tidak pernah ia mengeluarkan aura layaknya seseorang yang hidupnya terperangkap oleh jiwanya sendiri. Bukankah Matt selalu terlihat seperti gedung yang menjulang tinggi menembus batas cakrawala? Selalu menggunakan akalnya