DELAPAN

2314 Words
***      Malam ini, Fresno tak terlihat gulita namun dapat menyimulasikan getaran yang tak bisa terbayangkan ketika aku melihat nightgown__tidak! Ini kostum bukan nightgown biasa__ yang membuatku muak sekaligus takut. Apa yang sedang Matt rencanakan pada tubuhku?      Kostum ini akan menempel erat pada tubuhku dan memperlihatkan setiap celah kulit ku, dress bagian d**a transparent, dan hanya kain kecil berbentuk segitiga menempel di bagian sensor seksual seorang wanita,      "Malam perjanjian kita yang kedua, akan menjadi malam yang gelap dan sangat berharga bagi hidup mu Barbie." Ucapan Matt kala sedang menumpahkan amarahnya melalui tubuhku malam itu, kalimat yang disertai desahan Matt mampu memacu seluruh sel dalam tubuhku mengalir melewati setiap pori ku.      Sensor sarafku menolak semua perlakuan Matt, namun tubuhku tetap diam menunggu sentuhannya. Ingin ku rasanya waktu menarik ku kembali ke asal di mana aku dilahirkan__sudahlah Can, kau pasrahkan hidup mu untuk Matt! Dia suami mu!__.      Dia tidak mencintai ku, dia hanya menginginkan tubuh ku yang telanjang. Hati serta fikiran yang saling beradu antara gejolak dan nurani.      Matt menginginkan Keira Swan, namun Keira mencampakkannya atau entahlah aku sukar mengerti kehidupan Matt, esok Matt akan meninggalkanku sendiri di Fresno hingga aku kembali ke New York.      Matt akan menentukan hari gelap itu di Swiss, tapi ia belum memberikan jawaban yang pasti mengenai kapan kita harus ke Swiss. Matt benar-benar racun yang telah menggerogoti tubuhku luar dan dalam,      "Selamat malam nona Candice, tuan Matt menunggu anda untuk makan malam." Lamunanku tersentak akan suara server pribadi Matt.      Pria licik itu seakan punya telepati yang kuat jika aku sedang berfikir tentangnya,      "Baik, saya akan turun sekarang." Aku mengangguk singkat tanpa menoleh.      Aku menuruni satu anak tangga demi anak tangga menuju ruang makan, terlihat Matt sedang menopang dagunya dengan kedua tangan sambil memancarkan mata itu lagi. Aku hanya melangkah pasti agar jejak ku tetap teratur dan duduk di sebelah Matt membuat dadaku sesak.      Aku melirik Matt yang masih tak mengubah posisinya, nafasnya teratur seperti kala ia sedang tidur di pelukan ku. Aku mengambil porsi makanan untuk makan malam Matt, tapi dengan cepat Matt memegang tanganku,      "Apa saja yang kau lakukan bersama Gilbert di Kings Rivers, Barbie?" Aku terbelalak dan menjatuhkan sendok yang ku pegang hingga membuat Matt fokus pada wajahku, aku mencoba menetralkan gerakan ku agar Matt tidak curiga.      "Aku hanya melihat pemandangan di jurang yang terkenal eksotis dan indah Matt." Tanpa adanya gelagat yang menutupi semuanya, aku menjawab tak bisa menatap mata itu.      "Kau ke jurang? Gill mengajak mu ke jurang Barbie?" Kenapa dia seperti itu? Memangnya kenapa jika aku ke jurang?      Aku dapat mengingat sesuatu ketika Matt memperjelas mengenai jurang, Gill dapat bekerja bersama Matt kembali dengan satu syarat agar tak mengulangi perbuatannya, yaitu mengajakku ke jurang, sekarang aku sendiri yang telah menyeret Gill ke dalam masalah baru,      "Eeumh... Ya.. Matt, aku yang mengajak Gill." Mendengar penjelasan ku, Matt menggenggam erat pergelangan tanganku hingga membuatku meringis kesakitan.      "Stop Matt! Kau menyakitiku!" Meski aku memohon, itu sama sekali tidak berpengaruh.      "Jauhi photographer itu! Atau aku sendiri yang akan menyingkirkannya." Perasaanku berantah saat mendengar ancamannya.      "Apa maksudmu Matt? Kau cemburu dengan Gill?" Matt menarik pinggangku ke depan mendekati tubuhnya dan tatapan itu kembali menakuti ku.      "Tidak ada yang bisa menyentuhmu. Karena kau adalah milikku Barbie." Saat itu Matt melepas genggaman pada tangan ku, dan mengarahkan kepalan tangannya ke sofa yang aku duduki, aku memalingkan wajah dan sedikit menangis.      Kemudian Matt mendekatkan wajahnya kembali, "jangan membuatku terpancing Barbie! Karena kau akan menyesal."      "Maafkan aku Matt, aku hanya ingin hiburan saja." Perdebatan ini membuat nafasku sesak seketika, air mata dengan bebas membasahi pipi. Aku menggigit bibir bawahku sendiri dan memejamkan mataku tak ingin sedikitpun melihat wajah Matt.      "Lihat aku Barbie!" Dengan nafas tak beraturan aku berusaha meredam getaran di bibirku, aku sedikit membuka kelopak mataku untuk menatap kembali wajah Matthew.      Matt menyentuh bibir bawahku yang merekah serta memainkannya dengan ibu jarinya, dia sedikit meleburkan aura kemarahannya ketika melihat mataku basah akan air mata.      Dia mendekap tubuhku dengan lembut, "jauhi dia sekarang juga Barbie! Jangan sampai aku mengulangi kata-kata ku untuk kedua kalinya!"      Seorang Matthew yang lihai dalam memainkan wanita pantang baginya untuk meminta maaf.      Aku membenamkan seluruh wajahku ke pundak Matt, aku tidak bisa menata perasaanku saat ini. Aku tidak bisa membaca semua perilaku yang Matt tujukan untuk diri ku. Sentuhannya membuatku tersesat di antara dua jalan yang berbeda, aku ingin mengenalmu lebih dalam tapi jiwaku selalu menolak untuk masuk.      In the thrill of it all      And I guess you were goodman perfect      I remind myself of what I lost that night      Event though we weren't in love      It was far from lust      Matthew membawaku masuk kedalam serta menelanjangi tubuhku dan dirinya, kembali bermain dalam kehangatan ini aku pun menangis dalam diam. Matt hanya memandangku sesaat untuk menambah teori dalam sentuhannya, aku hampa di sela-sela sentuhan tangannya yang memikat. [...]      Aku terbangun dari tidur, terasa sangat berat menerpa semua tulang dan sendi ku Ough.... Matt kau membuat badanku remuk. Ku lirik selimut yang telah memperlihatkan separuh tubuhku dan aroma percintaan ku dengan Matt masih sangat terasa.      Aku melihat sekeliling sekali lagi, Matt sudah pergi dan dia meninggalkan kartu ucapan untukku di atas nakas, Morning Barbie, bangun dan segera temui Dom. Kau pulang ke New York hari ini juga.      Tak menghiraukan kartu Matt aku kembali menarik selimut ku dan mencoba meluruskan badan dan otot-otot ku.      Sarah calling...      Dengan sigap ku raih ponsel dan ku angkat panggilan dari Sarah, "Hai Mrs. Morgan, bangun! Ini sudah tidak pantas untuk berada di atas ranjang gulatmu."      "Matikan telepon mu sekarang Sarah!" Aku mendengus kesal mendengar suara celaannya.      "Wow...wow... Ada apa dengan Mrs. Morgan ini? Ayolah Can cepat bangun! Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan kepada mu." Sambil mengusap wajah dan mata, aku beranjak dari tempat tidur.      "Baiklah, aku bangun. Nanti aku telepon kembali." Dengan langkah berat aku pun bangun dan membenahi semua pakaianku yang berserakan karena ulah Matt yang beringas.      Segera aku masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri, aww... Tanganku masih memar akibat cengkeraman Matt yang brutal.      Selesai memanjakan diri dengan air yang ku basuh keseluruh tubuh, aku kembali dengan secangkir kopi dan mengambil ponsel untuk melakukan panggilan telepon ke nomor Sarah.      Beberapa detik kemudian aku mendengar panggilanku tersambung, "hai Sarah, bagaimana liburan musim dingin mu?"      "Entahlah, aku hanya di New York dan tak melakukan aktivitas apapun. Jalanan macet dan salju sangat tebal Can." Apa ucapan itu terdengar bosan?      "Ya aku tahu, aku ingin mendengarkan apa yang ingin kau bicarakan dengan ku Sarah?" Sedikit terdengar berat namun Sarah pun tetap bercerita.      "Baiklah. Aku melihat fotomu sedang berciuman mesra dengan seorang pria. Ehm tapi aku rasa dia bukan Matthew, aku harap mataku sedikit rabun Can." Aku tersedak ludahku mendengar ucapan Sarah dan menumpahkan sedikit kopi di bajuku, Oh no! Rileks Can, tarik nafas come on ini hanya...      "Ough..,eemmmhhh...Itu... Ok fine. Ya, aku berciuman dengan pria lain Sarah." Terdengar suara Sarah menjerit kecil dan sedikit memaki diriku.      "Ya tuhan Can, apa kau sudah gila? Cepat kembali ke New York! Karena aku tahu siapa pemilik fotomu dengan pria itu." Aku menggeleng tak mengerti, akan pertanyaan Sarah.      Aku sukar jika harus berfikir keras akan hal itu. Aku mematikan ponsel, dengan cepat akupun menyentak kan kakiku untuk bangun dari tempat dudukku, segera mengemasi barang-barang ku dan meminta Dom mengantarkan aku kembali ke New York saat ini juga.      Celaka! Jika Matt melihatnya aku akan di gantung dan dikuliti hidup-hidup olehnya. [...]      Perjalan California menuju New York sangat jauh, Dom memutuskan membawaku menggunakan jet pribadi Matt dan tentunya tanpa sepengetahuan Matthew. Pikiranku sangat kacau dan harus memeras otak agar fotoku dan Gill tidak tersebar di berbagai media, terutama Matt.      Hati yang diikuti perasan berkecamuk dalam jiwaku menjadi kesatuan yang sangat mendebarkan. Aku meremas tanganku sendiri untuk sedikit memberi ketenangan bagi batinku, betapa bodohnya aku jika hal ini sampai tembus ke telinga Matt.      Dia akan lebih leluasa menyiksa tubuhku __atau bahkan hidupku__untuk memuaskan nafsu dan gaya hidupnya, aku terus saja terbayang mata Matt yang sangat misterius dan menakutkan. Ah tidak! Aku cepat-cepat meringkus semua anganku agar tak mengganggu pola pikir ku saat ini,      "Anda terlihat sangat gelisah nona Candice." Oh Dom kau memecahkan semua lamunanku.      "Ah... Itu, tidak! Aku baik-baik saja Dom." Dominic hanya tersenyum kecil dan kembali mengalihkan pandangannya.      Terlihat kota New York yang masih diselimuti kabut tebal dan turun salju yang cukup lebat, dengan pelan dan pasti pilot mendaratkan jet di kawasan East village tempat mansion Matt berdiri.      Matt belum kembali dari California karena bisnisnya yang belum selesai, aku cepat berlari menuju mansion dan menaiki anak tangga di mana kamarku berada. Meski aku menerka Matt sudah ada di dalam tapi dugaan salah, Matt tidak ada. Aku sedikit lega dan terlepas darinya untuk beberapa saat.      Aku segera mengganti mantelku dengan mantel yang lain dan tanpa sepengetahuan Dom aku melewati pintu pagar kecil yang terletak di halaman belakang mansion. Aku mengarahkan pijakan kakiku untuk menemui Sarah, aku yang terlalu kalut hingga melupakan jika banyak orang yang mengabadikan momen ketika aku berjalan sendirian.      Ini pasti sebuah berita terbaru Minggu ini. Ah aku tidak perduli! Lebih menakutkan jika Matt melihat foto Gill yang sedang mencium ku.      Dengan cuaca yang sangat dingin cukup untuk membuat ku membeku namun hatiku lebih membeku di bandingkan salju di New York saat ini. Aku menaiki taksi agar perjalananku lebih cepat dan terhindar dari kejaran paparazi.      Tempat tinggal Sarah berada tidak jauh dari kampus, dengan cepat aku turun dan mendatangi rumah Sarah.      Dengan ekspresi wajah tak percaya Sarah membawa ku masuk ke dalam, "aku tidak menyangka kau akan secepat ini sampai di New York Can, tapi..." Sarah menggigit bibirnya dan setengah gelisah tanpa melanjutkan kata-katanya,      "Ada apa Sarah? Katakan kepada ku ada apa?" Entah apa yang sedang ia pikirkan, aku benar-benar tidak mengerti dan hanya memahami ketakutan ku.      "Tenang Can, aku buatkan coklat panas untuk mu!" Aku melihat gelagat yang aneh pada diri Sarah atau mungkin karena dia terlalu panik melihatku sangat kacau.      Menyeruput secangkir coklat panas buatan Sarah sedikit membuat perasaanku rileks, tapi tidak ketika aku kembali mengingat foto itu.      Dengan cepat aku menghampiri Sarah di dapur dan mempertanyakan siapa pemilik fotoku dan Gill, "siapa pemilik foto itu Sarah? Katakan padaku sekarang juga!"      "Memangnya mau kau apakan foto itu Can?" Sarah berpaling dari tatapan mataku, tetapi rasa penasaran ini sangat besar lantas aku kembali bertanya.      "Ada apa Sarah? Kau menyembunyikan sesuatu dari ku katakanlah Sarah!" Dengan nafas panjang dan tertahan Sarah kembali melihat kearah ku dan menepuk pundak ku,      "Eeemmhhhh.., Sorry Can. Aku benar-benar minta maaf kepada mu," dengan wajah yang sedikit bingung Sarah kembali menjelaskan padaku.      "Matthew telah mengambil paksa foto itu dari tanganku Can, maaafkan aku." Suara yang tak begitu menggelegar tapi cukup membuatku merajuk dan lemas seketika, Matt selalu tangkas dalam menghadapi masalah terutama menyangkut diriku.      Aku kembali duduk dan tak ingin berkata apapun. Sarah memelukku erat agar aku tetap tenang, yang dapat membantu ku agar tenang saat ini adalah kembali ke Indonesia dan musnah dari pandangan seorang Matthew. Sudah terlalu jauh aku tersesat di kehidupan ini, aku tak bisa memungut keberanian lagi jika harus bertemu dengan Matt.      Aku tak mampu lagi membingkai kehidupan yang sangat palsu ini, aku harus bertahan dari jeratan Matt yang mematikan namun semakin membuat diriku tenggelam dan sulit untuk menepi.  [...]      Tubuhku terbaring dengan sangat lemas, aku merasa lelah dan pusing karena demam. Aku masih tertekan dengan ucapan Sarah kemarin, meski musim dingin akan segera berlalu aku tak punya keinginan untuk sekedar berkunjung ke tempat ski, mungkin mengenai sikon tubuhku sekaligus tidak mempunyai ahli dalam bermain ski.      Matt akan pulang hari ini, aku pasrah dan menyerahkan semuanya pada takdir alam apa yang akan terjadi. Meski lari jauh untuk melenyapkan diri dari pandangan Matt namun jeratan itu ada di mana-mana, menyebalkan kau Matt!      Ku tarik selimut untuk mendekapi tubuh ku yang dingin, mataku berair karena denyutan menyakitkan di kepalaku. Lalu tiba-tiba terdengar pintu kamar terbuka aku tidak tahu siapa karena mataku berpaling membelakangi pintu, mungkin itu pelayan pengantar sarapan. Malas rasanya memasukkan sedikit makanan ke dalam mulutku,      "Taruh saja di sana! Nanti aku makan." Jawabku cepat agar pelayanan itu segera menyingkir dari kamarku.      "Aku yakin kau tidak akan mau jika aku menyuapi mu kan Barbie?" Sungguh merinding dibuatnya mendengar suara Matt.      Aku segera mengubah posisi agar dapat berbaring lebih nyaman untuk melihat Matt yang berada di sebelahku, aku tak langsung menjawab, hanya tubuh pasrah jika akan mendapat perlakuan Matt,      "Habiskan sarapan mu Barbie! Lusa kau harus mulai dengan aktivitas mu kembali." Aku memandang wajah Matt berusaha meyakinkan diri mengapa Matt bersikap biasa-biasa saja, dia tidak memandangku melalui tatapan itu.      Dengan sedikit tertatih aku bangun dan ingin menghabiskan makanan__oh God, Matt membawakan sarapan untukku?__      Matt menyandarkan tubuhnya di sofa tempat dudukku, dia hanya fokus pada ponselnya sampai pada akhirnya dia memandangku dan mendekatkan wajahnya,      "Lusa kau akan ikut denganku ke Swiss Barbie!" Tenggorokanku tak bisa mendorong masuk makanan yang aku makan, mataku terbelalak seketika.      "Bagaimana dengan kuliahku Matt?" Tanyaku tak mengerti.      "Tenang saja, kau tidak akan tertinggal satupun mata pelajaran Barbie." Di balik sikap Matt yang tenang ternyata menyimpan se longgok kebusukan dalam hatinya, dia menghukum diriku dengan caranya yang sangat licik.      Berdebat dengannya pun sudah tak ada gunanya sekarang aku harus menyiapkan diri untuk memuaskan nafsunya,      "Sebentar Barbie, aku ada urusan dengan Dom." Matt berlalu meninggalkan aku yang tertunduk malas, KAU MEMANG MENYEBALKAN MATT!!!      Franklin calling...      Aku melirik sebuah panggilan di ponsel Matthew, dia tidak menyertakan ponselnya di tangan? Atau memang lupa? Ah! Itu bukan urusanku.      Franklin calling...      Untuk kedua kalinya panggilan dengan nama Franklin terus bergetar, aku mencari dengan mata menyelidik dan Matt belum juga kembali.      Franklin calling...      Ah s**t! Aku terpaksa mengangkat panggilan Franklin dari ponsel milik Matt, Belum sempat menjelaskan siapa di balik suara yang mengangkat panggilan itu dengan nada keras Franklin berbicara,      "Jangan coba menghindar dariku Matthew, kau harus terapi dan tetap meminum obat!"      "Matt? Kau tidak sedang mengabaikan ku kan? Aku akan menemui mu nanti." Franklin memutuskan panggilannya, keringat membasahi tanganku yang menggenggam erat ponsel Matt.      Tidak bisa di mengerti apa lagi ini?      Terapi? Obat? Apakah ini dokter pribadi Matt? Kepalaku semakin berdenyut keras, ada apa ini? Kau kenapa Matthew?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD