LIMA

1650 Words
     Dia pria posesif yang semakin menggila, aku selalu berusaha membenahi diri untuk terbiasa dengan kelakuan Matt yang ekstrim. Setiap sentuhan yang dia lekatkan pada tubuhku membuatku tidak bisa menjiwai kenikmatan bercinta layaknya suami-istri.      Terutama pada titik terakhir dia menghela nafas panjang saat klimaksnya tiba, nama wanita yang sama selalu terdengar. Keira Swan, jika dia seorang publik figur mungkin aku sedikit mengenali siapa Keira Swan. Matt tidak pernah menyebut namaku, mungkin karena tubuhku adalah perantara seorang Keira.      Tapi kebiasaan mengoleksi berbagai pose sexy ku membuat mata Matt makin mengerikan dan beringas,      "Kau sangat cantik Barbie, aku akan melakukannya sekali lagi denganmu." tanpa menanti jawaban, Matt menyambar bibirku cepat. BUNUH SAJA AKU MATT!!! [...]      Darius Gilbert sang photographer andalan Matt tidak menampakkan kehadirannya beberapa hari di mansion ini, apa mungkin Matt sudah memecatnya? Gara-gara dia mengajakku jalan-jalan atau ada motif lain?      Aku sukar menanyakan sesuatu pada Matt, dia akan berbicara saat gelora hasratnya sudah diujung. Terlebih lagi aku jarang bersama saat breakfast maupun dinner, dia juga sering pulang larut malam.      Aku tahu Matt pria yang sangat tampan dan bergelimang harta, tapi hatiku tidak bisa melihat itu semua karena perlakuan Matt yang sedikit menyimpang.      Diusia ku yang hampir menginjak 21 tahun masih ingin merasakan kehidupan normal layaknya remaja yang akan berubah menjadi orang dewasa, tapi kini aku telah merasakan sesuatu yang belum aku jelajahi sebelumnya,      "Nona Candice, tuan Matthew menyuruh anda untuk makan malam sekarang" suara servant Matt yang membuatku panik seketika, tapi aku masih malas melihat wajahnya. Tetapi aku akan semakin tersiksa jika membantah permintaannya.      Sialan kau Matt!! Umpatan untuk suamiku sendiri, ah! Betapa durhakanya aku.      Aku segera turun dan mendatangi Matt untuk makan malam bersamanya, dia menatapku dengan mata itu lagi. Mata yang tidak bisa aku tolak keindahannya,      "Maaf aku terlambat!" Matt hanya menanggapi permintaan maaf ku dengan menyerahkan amplop coklat tua, yang bertuliskan New York University.      "Apa ini Matt?" Aku menerima benda tipis terbungkus tempat surat.      "Aku tidak masalah jika kau tidak menginginkannya." Bibir Matthe sungguh sexy dan beracun.      "Kau ingin aku melanjutkan sekolah ku disana Matt?" Seakan tak percaya, namun ini yang tengah terjadi.      "Ya Barbie" meski Matt menjawab singkat, aku sangat bahagia dan tidak ada kata-kata yang mampu menunjukkan kebahagiaan ku ini.      Mungkin karena pengaruh hatiku yang mulai membaik tanpa sadar aku memeluk tubuh Matt, dia hanya tersenyum melihat tingkah lakuku, "kau senang Barbie?"      "Of course, thank you Matt" ini benar-benar membuatku semangat.      Semua ini tidak pernah terfikirkan olehku, Matt mendaftarkan aku ke Universitas paling bergengsi di dunia. Jika ibuku tahu aku yakin pasti dia sangatlah bahagia. Aku terus saja memeluk amplop itu dan rasanya tak ingin melepaskannya begitu saja,      "Matt, apakah aku bisa menelpon keluargaku?" Oh God, tiba-tiba lidahku tidak dapat dikendalikan.      Aku menatap kearah Matt yang juga menatapku tajam, dia hanya diam dan sibuk dengan makanannya,      "Tidak!" Baiklah, aku akan berusaha lagi, semoga aku berhasil membujuk Matt.      "Aku mohon Matt, ijinkan aku menelpon! Aku akan memenuhi semua keinginan mu, aku janji." Aku tersentak dengan kata-kataku sendiri.      Matt menatap tajam kearah ku. Matt tidak langsung menjawab dan pergi begitu saja, aku ingin mencabut semua kata-kata ku untuk Matthew si pria licik itu. Sial! Kau telah membuat ku tersesat Matt.      Tidak lama kemudian servant Matt memberiku bungkusan kecil, aku ragu membukanya. Tapi aku terpaksa membuka hadiah dari Matt, aku melihat isinya dan ada kartu hitam kecil bertuliskan,      Aku akan memenuhi permintaan mu Barbie, tapi kau harus puaskan aku dengan nightgown ini. Aku akan tentukan waktunya!      Aku menutup mulutku sendiri tidak percaya dengan apa yang sedang aku lihat, memang tidak ada salahnya memenuhi keinginan Matt. dia suamiku, tapi dia memiliki selera s*x yang tidak wajar dan aku tidak mencintainya.      Aku melihat nightgown itu dan aku menelan ludahku sendiri, aku syok jika harus memakainya. Kini tubuhku terjerumus oleh ucapan ku sendiri.      Selera sarapan ku hilang seketika setelah melihat nightgown pemberian Matt, Matt selalu membeli nightgown baru untukku setiap Matt ingin mengajakku bercinta. Dia akan memintaku berpose vulgar untuk koleksi pribadi Matt. Tapi nightgown ini sangat menyeramkan dari sebelumnya, jika pernikahan ini atas dasar cinta mungkin aku akan merasa nyaman saat melakukan hubungan seksual dengan Matt.      Meski dia tampan dan mempesona aku tidak tertarik padanya, bukan karena aku naif tapi keganasannya ketika memaksa ku untuk bersenggama membuat ku takut. Matt bukan orang yang tempramen, dia tidak pernah memukuliku saat sedang marah. Tapi pelampiasan seksual yang aneh membuat seluruh badanku merasakan sakit.      Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke kawasan Manhattan agar meringankan beban emosional ku, seperti biasa Bodyguard Matt harus ikut serta jika tidak, big boss akan memecat seluruh bodyguard yang bersangkutan.      Lamborghini Veneno, mobil utama yang Matt beri untukku tapi dalam catatan aku tidak mengendarainya sendiri. Matt berjanji akan mengajariku agar menjadi driver yang ekstrim. Tapi dia masih sibuk dengan semua bisnisnya, aku sendiri tidak tahu berapa banyak perusahaan yang berada di bawah naungan Matt.      Mobil meluncur dengan kecepatan tinggi setara dengan 750 kekuatan kuda di kawasan Manhattan bridge, yang memiliki panjang sekitar 2.089 m. Keindahan kota yang megah dan bangunan ber arsitektur modern menjadikan Manhattan begitu glamor.      Sungguh Manhattan bridge telah menghipnotis semua saraf optik ku, membuat aku tidak ingin berpaling,      "Kita akan kemana lagi nona?" Pertanyaan itu membuatku membuyarkan rasa kekaguman ini.      "Cari restoran terdekat, kau lapar kan?" Perintahku membuat sopir Matt tersenyum singkat dan kembali meluncurkan mobil dengan cepat.      Matt membuat hidupku berubah seratus delapan puluh derajat, ya meski terkadang aku berfikir Matt juga telah menjadikan aku seperti 'p*****r' nya.      Seandainya hubungan ini didasari rasa ketertarikan oleh perasaan, pasti akan menyenangkan bagiku dan Matthew. Maybe. [...]      Awal hari aku menjalani beberapa tes agar bisa masuk ke Universitas bergengsi ini membuat isi otakku terkuras, jika tidak ada turun tangan dari Matt aku tak akan mampu mendapatkan kesempatan di New York University.  Aku tidak mengira Matt masih mempunyai sisi baik dalam hatinya, dan aku selalu menyimpulkan bahwa Matt seorang penggila s*x yang parah dan aneh.      Membahas tentang Matt aku ingat akan janjiku, oh tidak! Mengapa aku selalu terikat janji dengan pria licik ini?      "Hai, kau Candice?" Aku menoleh kearah sumber suara.      "Oh hai, ya aku Candice. Tapi panggil saja Can, sungguh aku tidak masalah" ini sungguh menyebalkan.      "Oh tuhan, kau sangat lucu Can. Aku Sarah, Sarah Alessia Beatrice" gadis cantik itu menyodorkan tangan untuk berjabat.      "Senang bertemu denganmu, kau tahu namaku?" Ku balas dengan sambutan tangan yang mengukir keakraban.      "Oh Can kau terlalu naif, siapa yang tidak mengenal istri dari Matthew McConaughey Morgan" aku terbelalak, oh s**t! Aku melupakan derita yang satu ini.      "Oh, baiklah terima kasih Sarah" aku mendapat kesempatan untuk memiliki teman di New York, Sarah adalah gadis seumuran dengan ku__hanya lebih tua satu tahun dariku__.      Sarah mahasiswi jurusan Academic Programs asal Italia. Dia memiliki wajah cantik dan memikat, rambut blonde yang sangat cocok untuk wajah imutnya. Aku sendiri memilih jurusan Academics, aku ingin masuk ke perusahaan asing atau di Indonesia.      Inilah awal aku lebih mengenal kota New York, kota yang paling bergengsi dan paling sibuk di dunia. Dan......... Awal aku mencoba menjadi wanita dari seorang Matthew. ***      New York University atau lebih dikenal dengan NYU terletak di Greenwich village, Manhattan kini telah menjadi sekolah reguler ku, aku tidak perlu menghabiskan waktu berjam jam bahkan berhari hari duduk manis untuk mengagumi semua barang pemberian Matt yang menjadikan aku sosialita muda yang mendunia.      Yah, lagipula itu bukan jerih payah pribadi melainkan hasilku bekerja dengan Matt.      What the f**k Candice? This's my reallying for me      Entahlah! Anggap diriku sebagai istri simpanan yang beruntung, beberapa hari ini Matt jarang terlihat aku mencoba untuk menghubunginya. Tidak! Ini bukan karena aku rindu dengan__STOP! Can!      Tapi jika aku istri simpanan, secara logis istri real Matt akan membunuh ku. Dan mansion ini hanya ada aku dan beberapa servant Matt. Darius Gilbert calling...      Gill? Aku harap penglihatan ku masih stabil,      "Pagi nona Candice, apa kabar?" Suara melalui jaringan itu membuatku tak percaya.      "Hai Gill, aku baik. Aku jarang melihatmu akhir-akhir ini" kenapa perasaanku seakan menemukan sesuatu yang hilang telah kembali.      "Ya, aku sibuk untuk melakukan beberapa pemotretan. Aku juga sekarang sedang melakukan pemotretan pernikahan," penjelasan Gill terkesan hingga ia melanjutkan perbincangannya, "nona Candice tidak ikut dengan tuan Matthew? Kemarin aku melihatnya di acara event tahunan perusahaan di California."      "Tidak, aku sibuk dengan kuliahku sekarang Gill" aku tidak tahu kemana Matt pergi, dia sudah mulai jarang mengajakku ke acara-acara pentingnya.      "Ya, aku dengar nona sudah masuk kuliah sekarang. Selamat!" Aku lega, setidaknya Gill masih sehat karena sikap Matt yang arogan.      Tapi bagaimana dengan Matt sekarang? Aku mencoba melakukan panggilan untuk Matt selalu gagal, mungkin faktor cuaca atau yang lainnya.      Aku melihat suasana diluar mulai agak dingin, mungkin sebentar lagi akan turun salju. Aku belum pernah merasakan hujan salju pertama di New York, aku yakin pasti ini sangat mengagumkan. Kenapa Matt jarang mengajakku berlibur seperti biasanya? Aku tidak tahu harus mencari kemana pria licik itu menghilang.      Aku tersentak ketika melihat Matt tiba-tiba ada di belakangku,      "Matt? Kau membuatku kaget. Kau pergi kemana akhir-akhir ini?" Aku menoleh untuk memastikan bahwa Matt masih ada di belakangku.      Aku kehilangan kendali saat Matt menatapku dengan jarak yang begitu dekat, Matt hanya tersenyum simpul dan menatapku tajam,      "Matt? Emmhhh... Kau, kau sudah kembali?" Aku tahu apa yang akan Matt lakukan, God! Ini masih pagi Matt.      "Aku merindukanmu Barbie." Matt menarik tubuhku cepat, mendekatkan wajahnya ke permukaan tatapanku.      Kemudian Matt menciumi bibir bawahku serta memainkan lidahnya sendiri untuk memasuki rongga mulutku. Aku tidak bisa melepaskan cengkraman tangan Matt yang kuat, Matt melepaskan jas serta kancing kemejanya yang terbuka lebar memperlihatkan bagian perutnya yang sangat menggoda.      Dia membuka kaitan bra ku dan melepaskan sedikit kancing yang menutupi dress, aku tidak bisa berbuat apa-apa jika Matt sudah seperti ini,      "Jangan melawanku Barbie, itu hanya akan membuatmu sakit" Matt mencium seluruh belahan d**a ku yang sedikit terbuka, Matt melingkarkan tangannya ke pinggang dan meremas seluruh tubuhku.      Dress yang aku kenakan sudah tidak ada dan hanya meninggalkan celana dalam serta bra yang masih mengait,      "Ini masih pagi Matt, jangan!" Meski aku berteriak didekat telinga Matt, itu sama sekali tidak akan berhasil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD