When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
*** Waktu terus bergerak seiringnya hari yang terasa lebih berat. Matthew terus menyibukkan diri__atau dia berusaha menghindar dari ku?__dengan berbagai pertemuan penting serta sering pulang larut malam. Ia juga tidak meminta agar aku menyiapkan segala keperluannya, pergi meninggalkan mansion setelah sarapan, mencium keningku, dan berlalu tanpa kata. Huh! Pria itu membuatku sengsara karena ulahnya, usia yang tak lagi muda namun tingkat kelabilan nya hampir mirip denganku. Abaikan Can! Ku lirik pria licik ini semakin membuatku merasa bahwa diasingkan sangat tidak nyaman, ia terus menatap lembaran kertas yang ada di tangannya dengan telinga yang tersumpal rapat oleh earphone. Yang menjadi dasar pertanyaan ku mengapa Matt tidak menggunakan mobilnya saat menjemput ku? Ia men