Bab 11. Drama Hanin

1612 Words
“Aaaaaa..” Teriak Zeelia saat tubuhnya di peluk erat oleh Raka. Sedangkan Raka tak menghiraukan teriakan Zeelia dia hanya ingin melepaskan rasa rindunya pada Zeelia saat ini. Apalagi semenjak Hanin hamil dia jarqng sekali mendapatkan haknya. “Mas menginginkanmu malam ini sayang.” Bisik Raka tepat di telinga Zeelia dengan suara seraknya. Seketika tubuh Zeelia jadi menegang saat di sentuh suaminya dan tiba-tiba saja dia jadi gugup. “I-iya mas.” Jawab Zeelia ragu sambil memejamkan matanya. “Aku sangat merindukanmu Zel.” Kata Raka membalikkan tubuh Zeelia dan kemudian mencium bibir Zeelia penuh nafsu. Zeelia membalasnya dengan ragu, tubuhnya menerima setiap sentuhan suaminya. Tapi responsnya setengah-setengah dia sendiri tidak tahu kenapa atau mungkin karena sudah lama tidak di sentuh suaminya. “Aarrgghh, aku sungguh merindukan tubuhnya.” Batin Raka yang sudah merebahkan tubuh Zeelia di atas ranjang. Saat Raka membuka baju Zeelia, Zeelia refleks menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. “Ada apa Zel?” Zeelia menggelengkan kepalanya dengan wajah memerah. Dengan perlahan Raka menyingkirkan tangan Zeelia ke sisi kanan kiri tubuhnya. Raka menyerang leher dan d**a Zeelia. Zeelia menggigit bibirnya seakan menahan desahannya agar tidak keluar begitu saja dari mulutnya. Di saat gairah Raka sudah di puncak ponselnya berdering begitu nyaring. “Mas, ponselmu berbunyi itu.” Kata Zeelia memberitahu Raka yang masih asyik mencumbui tubuhnya yang sangat dia rindukan. “Angkat dulu mas, siapa tahu itu telepon penting.” Kata Zeelia lagi, yang berusaha agar Raka tidak melanjutkan cumbuannya itu. Zeelia merasa asing saat di sentuh suaminya, dia merasa tidak seperti dulu. Jika di cumbu suaminya pasti gairahnya pun ikut tersulut tidak seperti sekarang. “Biarkan saja.” Jawaban yang sama Raka berikan jadi Zeelia hanya bisa pasrah sekarang. Entah sudah berapa kali ponsel Raka berdering dan di abaikan oleh pemiliknya. Zeelia jadi ikut diam tidak menggubrisnya meskipun dia merasa terganggu dengan suara nyaring ponsel Raka. “Hanin sialan! Kenapa dia menggangguku coba, jika kamu mau memberiku pasti tidak mungkin minta sama Zeelia.” Batin Raka kesal karena dia tahu siapa yang meneleponnya. Karena tidak ada yang meneleponnya sampai seperti itu jika bukan Hanin. Bahkan Zeelia dulu tidak pernah meneleponnya seperti itu, dia akan menelepon sekali dan kemudian mengirimkan pesan. Itu pun bukan karena cemburuan tapi karena cemas dengan dirinya. Mengingat itu Raka jadi memejamkan matanya dia berusaha fokus dengan apa yang dia lakukan sekarang. Tapi pikiran itu mengganggu dirinya. Raka menegakkan kepalanya menatap wajah cantik Zeelia yang kini ada dalam kungkungannya. “Aku benar-benar merindukanmu Zeelia.” Kata Raka yang kemudian mencium kening Zeelia begitu dalam. Raka tidak melanjutkan keinginannya untuk bercinta dengan Zeelia karena dia mengingat betapa istrinya itu tidak mencurigainya dan malah mengkhawatirkan dirinya. Seketika nafsunya yang awalnya menggebu hilang begitu saja. Kini Raka merebahkan tubuhnya di samping Zeelia dengan memeluk tubuh istrinya yang sudah terlepas baju bagian atasnya. “Aku merindukanmu Zel, dan aku mencintaimu.” Katanya begitu tulus dengan penuh kasih sayang. Raka mendekap erat tubuh Zeelia dia merasakan ketenangan seperti dulu yang pernah dia rasakan. Di mana rasa itu hanya Raka dapatkan dari pelukan seorang Zeelia. “Tidak jadi mas?” tanya Zeelia bingung. “Merindukan bukan berarti harus bercinta bukan?” Jawab Raka sambil terpejam menikmati kenyamanan dan kehangatan dari tubuh Zeelia. Zeelia mengangguk, Raka dulu sering mengatakan seperti itu ketika dia ada pekerjaan yang benar-benar menyita waktu dan Zeelia yang harus pergi ke luar kota bersama Bosnya. Raka menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua yang sama-sama bertelanjang d**a. Tak lama Raka sudah terlelap karena Zeelia mendengar suara dengkuran halus dari suaminya. Itu membuat Zeelia bernafas lega karena Raka tidak jadi mengajaknya bercinta. “Di saat aku ingin menyerah kenapa kamu jadi seperti ini mas?” Gumam Zeelia sedikit bimbang. “Tapi sudah cukup banyak luka yang kamu goreskan di hatiku mas. Maaf, aku tidak bisa mundur dengan keputusanku.” Kata Zeelia meyakinkan hatinya sendiri. Zeelia ikut memejamkan matanya ikut terlelap mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang selalu panas akhir-akhir ini. ***** Keesokan paginya Zeelia dan Raka terkejut saat mendengar suara pintu kamarnya di buka dengan kasar. BRAAAKKKK! “Mas Raka!” Teriak Hanin begitu marah mendapati Raka yang masih bergelung dalam selimut bersama Zeelia. Zeelia dan Raka sontak terbangun dengan Raka yang langsung meloncat turun dari ranjang dan berjalan mendekati Hanin. Melihat Hanin marah, dengan santainya Zeelia memakai bra dan bajunya yang semalam ditanggalkan Raka. “Keterlaluan kamu mas aku menunggumu sendirian di rumah dan kamu malah enak-enakkan di sini dengan dia!” Tunjuk Hanin pada Zeelia yang beranjak dari ranjang dengan santai. “Nin, Zeelia itu istriku dan aku juga membutuhkan waktu bersamanya. Seharunya kamu mengerti dengan kebutuhanku juga.” Mendengar itu Zeelia menghentikan langkahnya dan menoleh pada dua orang yang sedang bersitegang. “Tapi aku sedang hamil mas, aku yang lebih membutuhkan perhatianmu mas. Aku juga yang lehbih membutuhkan kasih sayangmu bukan dia!” Hanin mengatakan semuanya dengan teriakan dan emosinya. “Mas Raka hanya menginap semalam di sini kamu marah-marah tak terim. Lalu bagaimana dengan tiga bulan ini apa aku pernah marah-marah dan menyuruh mas Raka untuk pulang, gak kan?” Pertanyaan Zeelia di benarkan oleh Raka. “Benar itu Nin, aku lebih banyak bersamamu kan. Dan hanya semalam saja aku di sini kenapa kamu bisa marah seperti ini?” Tanya Raka. Mendengar itu Hanin semakin marah bahkan dia memukuli d**a Raka dengan kepalan tangannya dengan sekuat mungkin. “Tenang Nin, tenang jangan seperti ini kasihan anak kita.” Kata Raka mencoba meredam emosi Hanin dan menahan serangan tangan Hanin. “Kamu benar-benar keterlaluan mas, keterlaluan!” Teriak Hanin dengan penuh amarah. Zeelia tersenyum miris menatap pasutri yang sedang bertengkar. “Astaga! Kenapa kehidupanku bisa serumit ini, dosa apa yang pernah aku lakukan di masa lalu?” Gumam Zeelia dengan mata berkaca-kaca. Zeelia menyeka sudut matanya dan berbalik menuju kamar mandi, tapi sebelum menutup pintu kamar mandi Raka berteriak minta bantuan Zeelia. “Zelll! Bantu aku Hanin perutnya sakit.” Teriak Raka. Zeelia pun langsing berlari mendekati mereka berdua. “Sakit mas, aaw sakit sekali! Keluh Hanin sambil terduduk di lantai. “Gendong mas, bawa ke rumah sakit.” Saran Zeelia sedikit membentak pada suaminya yang cuma ketakut dan bingung. “Aa.. iya iya.” Barulah Raka menggendong Hanin dan membawanya turun. Zeelia mengambilkan baju Raka dan mengejar mereka berdua. Raka mendudukkan Hanin di kursi belakang dan terus merintih kesakitan. Zeelia jadi iba melihatnya. “Ini bajumu mas, biarkan aku yang nyetir dan kamu temani Hanin.” Meskipun Zeelia merasa iba dia juga tidak mau jikalau harus dekat dengan Hanin. Tentu rasa sakit hatinya yang selalu menyelimuti hatinya mengalahkan segalanya. Dia merasa kasihan pada Hanin bukan berarti dia bisa melupakan rasa sakit hatinya. “Hati-hati Zel.” Tegur Raka ketika Zeelia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. “Yang penting cepat sampai.” Jawab Zeelia dengan suara yang sangat tenang. “Sakit mas sakit.” Rintih Hanin menangis dalam pelukan Raka. Zeelia yang melihat dan mendengarnya pun tersenyum mengejek bagi Zeelia itu cukup berlebihan dan Zeelia yakin Hanin hanya kram perut dan dia merintih berlebihan untuk mencari perhatian Raka sekaligus memanasinya. Tak lama Zeelia memarkirkan mobilnya di pelataran rumah sakit yang terdekat dari rumahnya. Raka keluar dari mobil dengan menggendong Hanin yang masih merintih. Tapi ketika Zeelia melihatnya dia menangkap senyuman mengejek dari Hanin. Di dalam ruang UGD. “Kenapa Bu?” Tanya seorang Dokter yang memeriksanya. “Sakit Dok, perutku sakit sekali. Auw..” Jawab Hanin merintih kesakitan. “Memangnya kenapa kok bisa sakit perutnya?” Tanya Dokter lagi. “Tadi istriku sedang emosi Dok, dan dia memukuliku dengan tangannya lantas terjadilah seperti ini.” Jawab Raka sangat jujur. Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin juga Raka bisa berbohong. Mendengar pengakuan jujur Raka Hanin jadi mendelik. Zeelia yang juga ada di dalam sana menahan tawanya sambil menutup mulut dengan telapak tangannya. “Tidak apa-apa, itu cuma kram perut saja sekarang sudah tidak sakit kan Bu?” Tanya dokter itu tapi, Hanin masih merintih dan meringis. “Sakit Dok.” Katanya di buat kesakitan. “Ini sudah lemas perutnya jadi sudah tidak kram lagi.” Kata Dokter itu menjelaskan dan itu membuat Raka lega. Hanin terlihat malu dan Zeelia melihat perubahan wajah Hanin yang ketahuan bohong oleh Dokter. “Syukurlah Dok, jadi tidak ada masalah serius kan ini?” Tanya Raka yang begitu khawatir. “Tidak apa pak, jadi ibu hamil harus bisa menahan emosi jangan bergerak berlebihan dan marah-marah seperti itu.” Kata Dokter menjelaskan dan Hanin terlihat sangat geram karena ada Zeelia di dalam ruangan ini. “Bagaimana tidak marah orang suami tidur dengan wanita lain.” Jawab Hanin tak tahu malu. Dokter menoleh pada Zeelia dan Zeelia hanya mengangkat pundaknya. “Jangan lupa Nin kalau aku istri sahnya, dan kamu jangan menyebar fitnah.” Kata Zeelia yang begitu tenang membuat Dokter itu cukup bingung. Hanin terlihat sangat marah dan kesal. “Sudahlah Nin, lagian aku juga selalu bersamamu tiga bulan ini kan? Jadi tidak ada salahnya aku bersama Zeelia hanya semalam.” Kata Raka memperjelas semuanya membuat Dokter itu terkejut dan menatap mereka bertiga bergantian. Zeelia yang cukup malu pun akhirnya memilih keluar dari ruangan itu terlebih dahulu. Dan tidak lama kemudian, Raka juga keluar dengan menuntun Hanin. “Sudah kan, kita langsung pulang?” Tanya Zeelia yang kini sudah melangkah lebih dulu. Pasalnya ini sudah cukup ke siang jika mereka akan pergi bekerja. Jadilah Zeelia memilih naik taksi yang berada di depan rumah sakit itu. “Aku naik taksi saja minta uang ongkosnya mas.” Katanya meminta uang Mendengar itu Hanin mendelik tajam menatap Zeelia. “Jangan menatapku seperti itu Nin, aku hanya tidak mau terlambat bekerja.” Kata Zeelia menatap Hanin. Raka membuka dompetnya dan memberikan dua lembar uang seratus ribuan. Ketika Zeelia ingin menerimanya Hanin menyahutnya terlebih dahulu. “Jangan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD