Bab 9. Bukti baru

1689 Words
“Tunggu mas!” Cegah Zeelia saat Raka dan Hanin sudah di ambang pintu. “Apalagi?” Tanya Raka menoleh pada Zeelia begitu juga dengan Hanin ikut menoleh dengan senyum penuh kemenangan. “Berikan uang belanjanya dulu mas baru aku masakan besok.” Pinta Zeelia yang membuat Raka dan Hanin melongo. “Mbak Zeelia ini perhitungan banget denganku sih, bukannya uang mas Raka uangku juga kan aku juga istrinya. Lalu untuk apa mbak Zeelia minta uang lagi untuk memasakan kita?” Tanya Hanin seakan menyalakan Zeelia yang begitu perhitungan. Zeelia terkekeh mendengarnya, “Emangnya kamu tahu apa Hanin? Benar jika uang mas Raka uangmu juga tapi tidak dengan uangku. Sekarang berikan jatah bulananku dulu mas baru aku akan memasak untuk kalian.” Hanin kebingungan mendengar Zeelia, sedangkan Raka geram sekali sama Zeelia. “Kamu benar-benar keterlaluan Zel.” Desis Raka menatap tajam pada Zeelia. “Bukan aku yang keterlaluan mas tapi kamu yang keterlaluan. Jika mas lupa aku ingatkan kalau mas Raka sudah tidak pernah lagi memberiku uang bulanan. Sekarang mas ingin aku memasak untuk kalian? Tak tahu malu sekali kamu mas!” Kata Zeelia dengan suara pelan penuh ejekan. Raka menarik tangan Hanin untuk segera pergi dari rumah Zeelia. Dia benar-benar merasa marah sama Zeelia, dia pikir kenapa Zeelia tak juga mengerti dengan kondisinya sekarang. Sekarang Raka punya dua istri dan istri keduanya sedang hamil harusnya Zeelia mengerti dan tidak meminta uang bulanan. “Aaarrrggghhh.. sampai kapan aku akan menahan ini semua, mereka benar-benar membuatku stres.” Teriak Zeelia setelah Raka benar-benar pergi dari rumah ini. “Aku harus segera menemukan bukti lagi agar aku bisa secepatnya menggugat cerai mas Raka. Jika terus begini aku akan semakin pusing.” Gumam Zeelia, dia sudah bertekat kuat sembari menyeka sudut matanya yang berair. ***** Sudah dua hari ini Zeelia memasak makanan untuk Raka dan Hanin. Itu pun karena Raka memberikan uang belanja. Dan kali ini Hanin ikut datang ke rumah Zeelia untuk sarapan bersama. “Mas Raka, aku minta uang buat belanja ya!” Pinta Hanin bergelayut manja setelah menyelesaikan sarapan. Sedangkan Zeelia membereskan bekas makan mereka bertiga pun menoleh ke pasangan suami yang menjijikkan itu. “Iya sayang, emangnya kamu mau belanja apa hmmm?” Hanin bahagia mendengar suaminya yang selalu menurutinya. “Mau nyicil beli perlengkapan bayi mas. Aku bosan di rumah terus mas, apalagi aku sendirian di rumah.” Jawab Hanin dengan begitu manja. Hanin melirik ke arah Zeelia dan saat itu bersamaan dengan Zeelia yang meliriknya. Hanin menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. “Iya sayang, nanti perginya pakai taksi saja jangan pakai ojek kasihan kamu dan anakku kepanasan.” Kata Raka penuh perhatian. Zeelia mencebik saat mendengar perkataan suami penghianatnya itu. “Kamu benar-benar gila mas, aku yang istri sahmu saja kau biarkan naik ojek. Bahkan aku yang membayarnya pakai uangku sendiri. pakai uang kalau pakai ojek pun tak pernah di larangnya. Hah.. ini juga salahku juga sih kenapa aku tak pernah menuntut maupun meminta lebih darimu mas. Aku pikir dengan aku tak menuntut dan meminta kita bisa menabung untuk hari tua nanti. Tapi ternyata aku salah, mas Raka justru menikah lagi dan membelikan rumah untuk istri keduanya. Padahal rumah yang di tempati Zeelia dan mobil yang di gunakan Raka mereka beli patungan. ” Monolog Zeelia dalam hati. Zeelia yang mengingat itu pun jadi kesal dan dengan cepat dia pergi dari ruang makan untuk bersiap berangkat ke kantor. “Haha.. ternyata tidak susah membuatmu kepanasan mbak Zeelia, menyerahlah!” Batin Hanin menertawakan Zeelia yang terlihat kesal. Tak lama kemudian Zeelia turun dengan tasnya yang ada di tangannya, dia melangkah dengan cepat untuk segera berangkat ke kantor. “Mau ke mana kamu Zel?” Tanya Raka mencegah Zeelia untuk berangkat. “Tentu saja berangkat kerja mas, ojekku sudah menunggu di depan.” Jawab Zeelia kembali melangkah keluar rumah. “Kau belum menyiapkan makan siangku.” Kata Raka. Zeelia menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya. “Kan ada istri kedua mas Raka yang nganggur. Apa dia hanya bisa bermalas-malasan dan menghabiskan uang saja?” Kata Zeelia kelewat santai. Raka yang akan membuka suara pun tak jadi karena Zeelia berkata terlebih dahulu. “Jika istri kedua mas tidak mau kan mas bisa menyiapkan sendiri bekalnya. Tinggal di taruh kotak bekal gitu aja kok di bikin ribet mas.” Kata Zeelia lagi. Raka langsung terdiam mendengar omongan istri pertamanya itu. Sedangkan Zeelia segera berjalan keluar rumah untuk berangkat ke kantor. “Sayang kamu bisa kan menyiapkan makan siangku?” Tanya Raka dengan manis, sayangnya Hanin menolaknya. “Mas Raka aku ini lagi hamil loh, mau apa-apa itu malas dan begah tahu. Mbak Zeelia tadi kan bilang tinggal menata di kotak bekalkan. Jadi lebih baik mas sendiri aja yang menyiapkan.” Jawab Hanin yang membuat Raka kecewa dan ingin memakinya. Tapi itu semua tahan demi anaknya. Dengan terpaksa Raka menyiapkan bekalnya sendiri. Ini pertama kalinya Raka melakukan itu, padahal selama bersama dengan Zeelia dia tak pernah menyentuh pekerjaan sekecil ini. “Ayo aku antar kamu pulang dulu.” Ajak Raka dengan senang hati Hanin menyetujuinya untuk segera pulang. Karena dia sudah tidak sabar untuk segera berangkat ke mall untuk belanja. ***** Pagi ini Zeelia ada meeting di luar kantor bersama Bosnya. Selesai meeting Zeelia di ajak makan siang di sebuah rumah makan yang ada di depan perusahaan tempat mereka meeting. “Kamu bisa makan seafood kan Zel?” Tanya Rendy pada Zeelia. “Tenang saja Bos, aku bisa makan apa saja gak tahu kalau Pak Eko.” Kata Zeelia menyindir sopir pribadi Rendy. “Kok saya di bawa-bawa sih mbak, saya itu tak pernah menolak kalau soal makanan.” Jawab Pak Eko pada Zeelia. “Sudah-sudah, kalau kalian mau akan aku pesankan.” Kata Rendy menengahi Zeelia yang selalu mengajak debat sopirnya itu. Mereka bertiga masuk ke dalam rumah makan yang di bikin konsep lesehan ala pedesaan. Setiap meja ada penyekat dari bambu, seakan memberikan privasi pada setiap pengunjungnya. Saat Zeelia sedang menyenderkan punggungnya ke dinding ruangan dia mendengar suara yang familier di ruangan sebelah. “Kamu jangan marah mas, aku melakukan ini semua untuk masa depan anak kita.” Suara wanita itu. Zeelia memasang telinganya lebar-lebar pada dinding bambu itu untuk mendengarkan obrolan orang di ruangan sebelah. “Tapi Nin, aku tidak bisa melihatmu bersama pria lain. Aku mencintaimu dan aku takut anak kita tidak mengenaliku nantinya.” Kata pria seorang pria, dan itu membuat Zeelia mengerutkan keningnya. Pasalnya suara pria itu bukan suara suaminya. Dengan cepat Zeelia mengeluarkan ponselnya untuk merekam suara perdebatan Hanin dengan seorang pria di ruangan sebelah. “Ini semua karenamu mas, kamu hanya karyawan biasa yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhan yang aku inginkan. Jika mas Raka lebih bisa memberikan segalanya kenapa aku menolaknya. Toh dia sangat menyayangiku karena dia pikir anak ini adalah anaknya.” DEG! Jantung Zeelia seakan berhenti berdetak mendengar ucapan Hanin. “Kita berdua merantau dari kampung untuk bekerja bersama agar bisa mengumpulkan uang untuk kita menikah. Tapi kenapa kamu mengkhianatiku seperti ini. Aku tidak terima semua ini Hanin, aku sakit hati Nin. Anak ini adalah anakku dia juga hakku dan kewajibanku untuk menjagamu dan anak kita bukan orang lain.” Bentak pria itu dengan nada marah. “Aku tahu mas, tapi aku tidak mau hidupku dan anakku menderita jika bersamamu, aku ingin bersama mas Raka saja. Jika aku bersamanya aku akan merebut hartanya juga karena rumah itu juga sudah atas namaku.” Kata Hanin yang membuat Zeelia menggelengkan kepalanya. Ternya benar jika Hanin hamil bukan anaknya Raka. Jadi hasil tes kesuburan itu benar nyata apa adanya. “Terserah apa yang ingin kau lakukan aku tidak peduli lagi Nin. Aku hanya mengingatkan saja jika suatu saat nanti kau ketahuan jangan bawa-bawa aku. Karena aku sudah menawarkan diriku tapi kau tidak mau dan aku sudah memperingatkanmu juga.” Kata pria itu dengan kesal. “Baiklah, kalau begitu jangan temui aku setelah ini karena aku tidak sudi punya suami miskin. Karena suamiku ini seorang manajer yang lebih menjanjikan dari pada karyawan biasa sepertimu.” Kata Hanin menghina pria itu dengan membandingkan pekerjaannya. Zeelia tersenyum mengejek mendengarnya perdebatan itu. “Dasar wanita serakah! Akan aku bongkar semuanya nanti, dan aku akan cari bukti baru yang lainnya.” Kata Zeelia dalam hati. “Pak Bos ijin ke toilet dulu ya.” Pamit Zeelia dengan berbisik. “Kenapa harus bisik-bisik Zel?” Goda Rendy. hanya nyengir dan kemudian dia memasang ponselnya pada mode video. Dia keluar dari ruangannya dan berjalan menuju toilet yang kebetulan arah toilet melewati ruangan yang Hanin tempati. “Astaga!” Pekik Zeelia dalam hati saat melirik pada ruangan Hanin. “Baru aja ribut eee sekarang malah b******u mesra, dasar gila.” Gerutunya sambil berlalu. Di dalam toilet Zeelia melihat rekamannya yang berisi adegan Hanin sedang b******u dengan seorang pria. “Aaarrggghhh.. gila, otakku jadi eror ini lihat mereka b******u. Mana sudah lama gak di cumbu aku.” Zeelia mengetuk keningnya beberapa kali. “Ini akan semakin memperkuat bukti rekaman suaraku tadi, akanku lihat kehancuranmu wanita setan.” Gumamnya dengan senyum senang. Setelah menyimpan video rekam suaranya di folder yang aman. Zeelia kembali ke ruangannya untuk segera memakan makan siangnya. Tanpa di duga Zeelia berpapasan dengan Hanin yang baru keluar dari ruangannya. “Mbak Zeelia!” Sapa Hanin yang membuat Zeelia terkejut dan menghentikan langkahnya. “Ee Hanin, sama siapa kamu di sini?” Tanya Zeelia pura-pura tidak tahu dan celingukan mencari sosok pria yang tadi bersama Hanin tapi sudah tidak ada. “Haa.. aku sama teman mbak. Mbak sendiri kok ada di sini bukannya ini masih jam kerja ya?” Tanya Hanin. “Aku bersama bosku habis meeting di perusahaan depan situ.” Jawab Zeelia sembari menunjuk arah depan rumah makan ini. “Berarti sama Bosnya mbak Zeelia dong, hati-hati ya mbak nanti aku bisa bilang sama mas Raka kalau mbak ada hubungan sama Bosnya mbak.” Kata Hanin dengan senyum mengejek. Zeelia terkekeh mendengarnya dengan kepala menggeleng. “Terserah kamu saja Nin, yang penting aku tidak ada main serong dengan siapa pun. Aku bekerja dengan jujur tidak seperti kalian yang mengkhianatiku. Dan kamu merebut suamiku dariku.” Balas Zeelia menatap tajam pada Hanin. “Awas kamu mbak, aku tidak akan tinggal diam.” Ancam Hanin yang kemudian berlalu dari hadapan Zeelia dengan kekesalannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD