Penyesalan Datang Belakangan

941 Words
Namun, seperti yang sudah sering terjadi, Kenzi menggeleng. "Nggak usah, kamu di rumah aja. Ini cuma urusan teman, gak penting buat kamu." Shakira menelan kekecewaannya, lalu dengan suara rendah menjawab, "Baiklah." Meski ia tersenyum, hatinya bertekad. Di balik kesepakatan yang ia tunjukkan, rencananya untuk mengikuti Kenzi malam ini semakin kuat. Kenzi melangkah keluar rumah tanpa menoleh ke arah Shakira. Dari balik gorden jendela, Shakira mengintip saat Kenzi masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin, dan melaju menjauh dari rumah. Perasaannya campur aduk—marah, sedih, dan penuh kecurigaan. Namun, tekadnya semakin kuat. Ia harus mengetahui kebenaran tentang Kenzi dan perempuan yang dicurigai. "Aku akan mengikutinya," pikir Shakira. Dengan cepat, Shakira berlari menuju kamarnya, meraih tasnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Tanpa membuang waktu, ia keluar dari rumah dan mengunci pintu dengan cekatan. Begitu pintu terkunci, ia berjalan ke depan rumah, berdiri di tepi jalan menunggu taksi lewat. Matanya terus mencari-cari mobil yang bisa membawanya mengejar Kenzi. Tak butuh waktu lama, sebuah taksi berhenti di depannya. Shakira segera masuk ke dalamnya dan menyebutkan alamat restoran Four Season pada sopir. Di dalam taksi, Shakira duduk dengan tegang, hatinya dipenuhi berbagai pikiran. "Apa yang harus aku lakukan jika benar dia bertemu perempuan lain?" pikirnya. Skenario demi skenario terlintas di kepalanya. Tangannya meremas tas di pangkuannya dengan erat, berusaha menenangkan diri. Di balik rasa gugup, ada tekad yang tak tergoyahkan. Shakira siap menghadapi kebenaran, seburuk apapun itu. Di dalam taksi itu juga Shakira menatap kosong ke luar jendela. Pikirannya mulai berputar, mengingat setiap momen pahit yang ia alami bersama Kenzi. Sejak awal pernikahan mereka, Kenzi selalu bersikap dingin, nyaris tidak pernah menunjukkan kasih sayang atau perhatian. Bahkan tak menyentuhnya hingga merasa Shakira bertanya-tanya pernikahan apa yang ia jalani saat ini. Sifat pelit Kenzi juga tak luput dari pikirannya. Setiap kali Shakira meminta uang belanja atau ingin membeli sesuatu, Kenzi selalu menghitungnya dengan cermat, seolah Shakira adalah beban baginya. “Kamu nggak butuh itu,” adalah kalimat yang sering ia dengar setiap kali Shakira ingin membeli sesuatu untuk dirinya sendiri. Meski Kenzi memiliki banyak uang, ia selalu berusaha menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri, sementara Shakira merasa terus-menerus diabaikan. Dan orang tua Shakira tak pernah tahu penderitaan Shakira selama ini. Dan ketika Kenzi sedang dalam mood buruk, sikapnya semakin buruk. Temperamen Kenzi mudah naik, kadang hal kecil bisa memicu amarahnya. Shakira sering kali menahan napas setiap kali mereka terlibat pembicaraan, takut salah bicara dan memicu kemarahan suaminya. Seperti tadi, saat Shakira hanya ingin ikut dengannya, jawaban Kenzi begitu kasar dan menyakitkan. "Kenapa dia selalu seperti ini?" gumam Shakira pelan, hatinya semakin berat. Shakira merasakan kelelahan emosional yang selama ini dia tahan. Pernikahan yang seharusnya menjadi tempat nyaman, kini terasa seperti penjara. "Aku pantas bahagia," bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati. Namun, pikiran tentang Kenzi yang mungkin sedang bertemu dengan perempuan lain menambah luka di hatinya. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan perasaan yang semakin berat. Pikiran tentang kebebasan yang dulu ia miliki kembali memenuhi kepalanya. Ia ingat bagaimana hidupnya sebelum menikah dengan Kenzi—bebas dan penuh warna. Ia bisa jalan-jalan kapanpun ia mau, menikmati waktu dengan teman-temannya tanpa khawatir, membeli skincare favoritnya, dan belanja apa pun yang ia inginkan tanpa batasan. Saat itu, hidup terasa ringan dan penuh dengan kebahagiaan sederhana. Namun, semuanya berubah setelah pernikahan. Setiap keinginannya kini terhalang oleh dinding tak terlihat yang dibangun oleh Kenzi. Ia tak lagi bisa membeli apa yang ia inginkan tanpa dimarahi, tak bisa keluar rumah tanpa izin yang jarang diberikan, dan tak ada kebebasan untuk mengurus dirinya sendiri. Kenzi selalu mengontrol segala hal, membuat Shakira merasa terkurung dalam pernikahan yang semakin membuatnya tersiksa. Sering kali, dalam keputusasaan, Shakira berpikir untuk bercerai. Ia ingin lepas dari belenggu yang mengikatnya, dari pengawasan ketat dan sikap dingin Kenzi. Namun, setiap kali ia mengutarakan niat itu, Kenzi selalu menolak dengan keras. “Aku tak akan melepaskanmu, Shakira,” katanya dengan tegas. "Di keluargaku, tak pernah ada perceraian, dan aku tak akan memulai itu." Ucapan itu membuat Shakira merasa terjebak. Bagaimana bisa ia melepaskan diri jika Kenzi tak mau membiarkannya pergi? Di luar, Kenzi tampak tegas dan kuat, menolak perceraian demi menjaga reputasi keluarganya. Tapi di dalam hatinya, Shakira tahu bahwa ia semakin hancur. Setiap hari yang ia jalani bersama Kenzi adalah hari yang penuh dengan penderitaan batin, dan ia tak tahu sampai kapan bisa bertahan. Dalam hatinya yang terdalam, Shakira hanya ingin merasakan kebebasan lagi. "Aku ingin hidupku kembali," gumamnya pelan, air mata mulai menggenang di sudut matanya. Tapi setiap kali Kenzi menolak untuk melepaskannya, rasa putus asa itu kembali menghantuinya. Hingga tak berselang lama taksi berhenti perlahan di depan restoran Four Seasons. Shakira melihat keluar jendela, menyadari kemewahan tempat itu dengan lampu-lampu gemerlapan yang menyinari bangunan elegan. Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Setelah membayar sopir taksi, Shakira keluar dan berdiri di depan restoran. Udara malam terasa sejuk, tapi hatinya berkecamuk. Ia menduga makanan di restoran mewah ini pasti mahal, apalagi dengan reputasi restoran bintang lima seperti Four Seasons. Namun, rasa khawatir itu segera sirna ketika ia ingat bahwa ia masih memiliki uang simpanan—uang yang diberikan oleh Nana, kakaknya. Uang yang selama ini ia simpan dengan hati-hati, untuk berjaga-jaga. Shakira tersenyum pahit mengingat Nana. Ya, Nana—yang seharusnya menikah dengan Kenzi. Semua ini seharusnya bukan bagian dari hidupnya. Kenzi bukan untuknya, dan Shakira tahu itu sejak awal. Tapi tetap saja, ia mengambil jalan ini, merebut Kenzi dari Nana. Sekarang, ia hanya bisa menelan semua penyesalan yang menghantui pikirannya. Dengan tekad yang mulai menguat lagi, Shakira melangkah menuju pintu restoran. Ia tahu bahwa langkah ini bukan hanya untuk mencari tahu kebenaran tentang Kenzi, tapi juga tentang masa depan yang mungkin harus segera ia putuskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD