"Lan, kacangnya jangan lo habisin semua elah!" Gavin langsung meloncat dari atas kasur ke bawah tepat di hadapan Alan yang sibuk mengkuliti kacang.
"Siapa suruh sibuk sama hp mulu nggak ada yang chat juga," balas Alan sambil memutar bola matanya malas.
"Emang lo ada yang chat Lan?" sahut Arfen yang tengah mabar game online dengan Kenzie.
"Ada, Mama gue yang nanyain kapan balik."
Kini keenam cowok itu tengah menginap di rumah Kenzie. Sengaja Galang yang menyuruh agar Kenzie tak kelayapan mengingat dia baru saja sembuh dari demam seminggu yang lalu dan hampir seminggu ini juga Kenzie tidak diperbolehkan keluar rumah selain ke sekolah. Ayahnya itu sungguh protektif.
"Ah t*i!" Kenzie mengumpat sambil membating ponselnya di atas kasur karena timnya kalah melawan tim Arfen."Lan, kacangnya jangan lo habisin semua elah!" Gavin langsung meloncat dari atas kasur ke bawah tepat di hadapan Alan yang sibuk mengkuliti kacang.
"Siapa suruh sibuk sama hp mulu nggak ada yang chat juga," balas Alan sambil memutar bola matanya malas.
"Emang lo ada yang chat Lan?" sahut Arfen yang tengah mabar game online dengan Kenzie.
"Ada, Mama gue yang nanyain kapan balik."
Kini keenam cowok itu tengah menginap di rumah Kenzie. Sengaja Galang yang menyuruh agar Kenzie tak kelayapan mengingat dia baru saja sembuh dari demam seminggu yang lalu dan hampir seminggu ini juga Kenzie tidak diperbolehkan keluar rumah selain ke sekolah. Ayahnya itu sungguh protektif.
"Ah t*i!" Kenzie mengumpat sambil membating ponselnya di atas kasur karena timnya kalah melawan tim Arfen.
"Woooh apa gue bilang. Gue lebih jago dari pada lo!" Arfen mengejek Kenzie membuat Ketua Geng itu jengah lalu memilih turun dan berjalan menuju balkon kamarnya.
Kenzie menatap langit yang cerah penuh bintang. Lalu cowok itu mengeluarkan sebungkus rokok untuk dia hisap. Jam menunjukan pukul sebelas malam yang artinya kedua orang tuanya sudah tidur jadi dia tidak perlu takut.
"Ngerokok terus!" ujar Johan yang tiba-tiba berada di sampingnya.
"Biarin, gue suka," jawab Kenzie.
"Udah tau rokok bikin mati lebih cepet tapi tetep aja bangor," kata Johan. Di antara teman-temannya Johan yang selalu perhatian mengingatkan dirinya maupun yang lainnya. Bahkan cowok itu selalu ingat kapan terakhir kali Roni makan mie instan.
"Nggak ngerokok juga bakal mati."
"Di luar masih banyak orang yang ingin hidup sehat, tapi lo malah mau rusak."
"Iyain."
"Serah!" Johan yang kesal memutuskan untuk kembali bergabung dengan yang lainnya percuma mengingatkan Kenzie. Toh memang dasarnya keras kepala, mau dibilangi sampai mulut berbusa juga percuma.
"Kenapa tuh muka?" tanya Alan kepada Johan yang duduk di sebelahnya.
"Nggak," jawab Johan singkat yang hanya dibalas Alan dengan mengangkat kedua bahunya bersamaan.
"Eh, ada kabar baru nih!" seru Gavin membuat keempat cowok itu melihatnya.
"Apaan dah heboh bener?" tanya Roni.
"Bentar, KEN ADA UNDANGAN BAKU HANTAM!" teriak Gavin memanggil Kenzie. Langsung cowok dengan kaos putih itu menoleh kepo dan membuang rokoknya di lantai lalu menginjaknya.
"Siapa?" tanya Kenzie yang sudah berdiri di hadapan Gavin. Tangannya dia masukan ke dalam saku celana dengan alis yang bertaut membuat wajah yang mengesalkan menurut Gavin.
"Ck, duduk dulu kenapa!" Kenzie memutar kedua matanya malas lalu menuruti perkataan Gavin.
"Outwals ngajak baku hantam," ujar Gavin antusias berbeda dengan Kenzie yang malah tak senang mendengarnya. Bukannya takut tapi Kenzie tengah malas main pukul-pukulan sekarang.
"Dalam rangka apatuh?" tanya Alan.
"Katanya ada salah satu anggota Outwals yang kalah duel sama Raka. Lo tau kan Raka anak kelas sepuluh yang bandelnya sebelas duabelas kayak bos kita ini," jelas Gavin sambil melirik Kenzie yang langsung mendapat tatapan tajam darinya.
"Terus?" tanya Kenzie.
"Jadi, mereka ngajak tawuran di lapangan dekat SMA Gelatik."
"Kapan?"
"Senin jam dua."
"Wih skuylah terima Ken, hitung-hitung ngeregangin otot ya nggak?"
"Ngeregangin otot ya tinggal mulet aja kelar Pen," sahut Alan.
"Baku hantam lebih nikmat."
"Gue gampleng juga tuh muka," kesal Alan.
"Udah woy sekarang gimana Ken? Terima nggak?" tanya Gavin kepada Kenzie.
Kenzie hanya Berdemen menyahutinya lalu cowok itu beranjak menuju kamar mandi. "Buat pengumuman untuk semua anggota Rebels!" ujar Kenzie sebelum dia masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Tuh bos kenapa sih aneh bener akhir-akhir ini," celetuk Alan tiba-tiba.
"Efek dikurung seminggu mungkin."
"Nah bisa jadi," sahut Arfen.
"Apaan sih lo t*i unta ngikut aja!"
"Sialan!"
"Dari pada lo berantem nggak jelas mending lo Pen buat pengumuman di grup. Buruan!" Suruh Gavin.
"Kenapa nggak lo aja dah," bantahnya.
"Gue nggak ada kuota!"
Roni terbahak mendengarnya. "Hp bagus kok nggak ada kuota, mending lo jual hp lo buat beli kuota Gav," ledek Roni diikuti gelak tawa dari semuanya.
"Terus, ketawa terus! Ketawa sampai gigi lo pada kering!" balas Gavin.
"Cih off baperan."
[REBELS]
258
Arfendika Rama : TERUNTUK PENGHUNI GRUP YANG BABANG ARPEN CINTAI DAN BAPAK KENKEN SAYANGI. DIBERITEMPEKAN BAHWA BESOK SENIN SIANG AKAN DIADAKAN BAKU HANTAM MELAWAN OUTWALS DI BELAKANG SMA GELATIK. SEKIAN TERIMA GAJI.
Yanuar : Mesti banget capslock ya bang?
Femas : Siap. Rindu jotos2an gue
Bayu : Capslock jebol bang
Gerald : Nggak usah digedein tulisannya juga kebaca
Jidan : Kudu huruf hede emang?
Arfendika Rama : Bacot lo pada!
Setelah mengirim pesan itu Arfen langsung mematikan daya ponselnya karena geram.
"Heran gue, hujatan semua isinya," gerutu Arfen dengan wajah cemberut.
"Sukurin."
"t*i lo Ken," sinis Arfen pada Kenzie yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kelar boker lo?" tanyanya dengan nada nyindir.
"Kelar. Napa emang, mau lo?"
"Ogah! Udah ah mau bobo ganteng gue besok mau ajak bebeb joging," ujar Arfen langsung meloncat ke atas sofa dan tidur.
Mendengar ucapan Arfen tentang Jogging membuat Kenzie terdiam sejenak. Rupananya Johan menyadari itu. Segera Johan mendekati Kenzie sambil membawa dua kaleng soda dan duduk di samping Kenzie.
"Nih." Johan memberikannya dan diterima oleh Kenzie dengan wajah entahlah.
"Atas dasar apa?"
"Aurel jomblo karena lo."
Kenzie mengangkat sebelah alisnya. "Ya terus?"
"Gue rasa lo tau harus ngapain."
Kenzie terdiam sebentar lalu meneguk minumannya hingga habis tak tersisa, setelah itu yang Kenzie lakukan adalah meremas kalengnya lalu melemparnya ke tempat sampah.
"Lemparan bagus bos!" ujar Roni yang melihat lemparan Kenzie.
Kenzie tersenyum. "Kalau lo semua udah mau tidur matiin lampu!" ujar Kenzie mengabaikan Johan.
"Aye aye bos!" jawab mereka serentak. Sementara Johan hanya menggelengkan kepalanya menghadapi sikap Kenzie.
"Bobo ganteng skuy." Ajak Alan dan diangguki oleh Roni dan Johan.
Mereka segera mengambil posisi, Johan dan Alan tidur di atas karpet berbulu di bawah tempat tidur Kenzie. Roni sengaja tidur di atas bareng Kenzie karena cowok itu sudah mengklaim tempat itu dari tadi.
"Woy Gav, lo nggak tidur?" tanya Alan.
"Entar aja bentar lagi seru," jawab Gavin tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel yang menayangkan adegan action. Jangan pikir cowok itu akan lihat adegan yang iya-iya!
"Oke."
Dan seketika suasana kamar sepi. Lampu juga sudah dimatikan hanya cahaya dari ponsel Gavin yang masih menyala. Hingga setengah dua cowok dengan kaos hitam itu masih betah untuk membuka matanya. Dan semenit kemudian film yang dia lihat selasai. Gavin menaruh ponselnya lalu meregangkan tangan sambil menguap, tapi ponsel itu bergetar menyita perhatiannya.
Ada pesan masuk. Siapa yang mengirim pesan jam segini? Pikir Gavin.
0859×××× : Senin, gedung kosong bekas pabrik gula di Jalan Fatmawati. Nggak datang lo banci!
Gavin mengeraskan rahangnya. Siapa? Batinnya.
Gavin Reindra : Siapa lo?
Read.
Gavin mengumpat kesal karena pesannya hanya dibaca, namun setelahnya dia lebih memilih untuk mengabaikan saja pesan itu dan memilih untuk segera memejamkan matanya.
"Woooh apa gue bilang. Gue lebih jago dari pada lo!" Arfen mengejek Kenzie membuat Ketua Geng itu jengah lalu memilih turun dan berjalan menuju balkon kamarnya.