1. Parmi Satu
Selamat membaca. Wanita yang biasa dipanggil Parmi itu tengah menyapu ruang tengah, saat Anton baru saja tiba di rumah orangtuanya. Sambil melenggak-lenggokkan pinggulnya, mengikuti irama musik india kesukaannya. Prem ratan dhan payo (payo) Prem ratan dhan payo (payo) Rut milan ki layoo Prem ratan... Dengan lincah Parmi menggoyangkan bahu dan pinggulnya, sambil berputar-putar. "Parmi!" panggil Anton sedikit keras. Namun Parmi tidak mengindahkan, karena kedua telinganya tertutup headset. "Parmi!" Panggil Anton lagi semakin kencang. "Budeg kali ini pembantu, hadeehh" Anton memijat pelipisnya, menatap miris Parmi yang masih meliuk-liuk dengan gagang sapu di tangannya. Wanita ini yang akan menjadi istrinya kelak. MasyaAllah...tampaknya lebih error dari Bulan. Anton bermonolog. Disaat yang bersamaan, Parmi tersadar bahwa ada Anton, anak majikannya yang tengah menatapnya. Parmi menghentikan gerakannya saat itu juga, sambil berpura-pura cuek, kembali meneruskan menyapu ruang tengah, dengan sedikit kikuk. "Parmi, Mama kemana?" Parmi tidak menoleh, telinganya masih terpasang headset. "Parmi!" kali ini Parmi tersentak karena suara Anton semakin keras. "Eh, ada apa tuan?" "Lepas dong yang dikuping kamu! Jadi ga dengerkan saya panggil!" "Eh, iya maaf. Parmi kemudian mencoba melepas antingnya, namun susah. "Susah Tuan, lepas antingnya. Bantuin!" ucap Parmi polos. Anton menarik nafas panjang. "Siapa yang suruh lepas anting? Itu lho headset di telinga kamu!" ucap Anton dengan penekanan penuh. "Oh, kabel henpon. Bilang dong, tuan, kata tuan tadi yang di telinga saya. Kan yang di telinga, anting." "Lha emang kabel henpon kamu ada dimana barusan?" "Dibolongan kuping!" "Hadeeehh...terserah kamu deh! Mama kemana?" "Nyonya lagi arisan, Tuan." "Arisan kemana?" "Kemana ya?" Parmi mencoba mengingat-ngingat sambil memandang plafon rumah. "Kemana ya?" gumam Parmi lagi, kali ini matanya menoleh ke lantai. Anton sampai gemas sendiri dengan Parmi. "Kemana?" tanya Anton tak sabar. "Ga tau Tuan." Parmi menggeleng. "Ya Allah, bilang dong kalau ga tau, kelamaan mikir!" Anton kesal meninggalkan Parmi yang masih melongo. "Huh, dasar duda kurang belaian!" gumam Parmi sambil memasang lagi kabel henpon tadi ke bolongan kupingnya. Parmi menyelesaikan pekerjaannya dengan cekatan dan cepat, rumah sudah bersih, mengkilap dan wangi. Dapur juga kinclong, masakan semua matang. Parmi duduk di meja makan, sambil memakan buah pepaya potong yang dicocol bumbu rujak yang ia racik sendiri. "Saya mau makan, Mi!" ucap Anton, tiba-tiba masuk ke dapur. "Boleh!" sahut Parmi. "Ya bolehlah, kan rumah ibu saya!" Anton mulai senewen. Parmi acuh dengan ucapan Anton, dengan cepat mengambil makanan di piring untuk Tuannya. "Ini tuan, silahkan cicipi masakan Parmi!" Parmi meletakkan piring yang berisi nasi dan aneka lauk untuk Anton, lalu membuatkan teh hangatnya juga. Parmi kembali duduk di meja makan, melanjutkan makan buah pepaya dengan bumbu rujak. Sesekali mencuri pandang pada Anton yang mulai makan dengan lahap. "Kamu pindah dibawah sana makannya, ngapain duduk disitu?" Anton gusar, sedikit jengah dengan Parmi yang terang-terangan mencuri pandang ke arahnya. "Saya tidak bisa duduk di lantai, tuan!" sahut Parmi sambil menunduk, tak berani menatap Anton. "Alesan, kayak tuan puteri aja! Udah sana duduk di bawah. Disana tuh, deket kompor!" ucap Anton lagi. Sambil bersungut Parmi turun dari kursi makan, lalu berjalan sedikit ke arah kompor, duduk bersila sambil melanjutkan makan rujak pepayanya, sambil memunggungi Anton. Tiba-tiba. Ttuuuuuttt... "Parmi...kamu kentut!" pekik Anton histeris. Wanita itu mengangguk pelan, tanpa berani melihat wajah Anton yang tengah memerah,menahan marah, sedang enak-enak makan Parmi kentut dan baunya luar biasa. ****