Prolog
Susan Xie hanyalah seorang gadis biasa, usianya baru menginjak 21 tahun. Sejak kecil ia telah menjadi yatim piatu dan di besarkan di lingkungan panti asuhan. Saat baru lulus sekolah menengah atas, ia memutuskan untuk hidup mandiri dan keluar dari panti asuhan tempat nya tinggal selama ini.
Menjalani kehidupan di luar, ternyata tak semudah yang ia bayangkan, Susan Xie kerap kali menemui banyak kendala. Namun kehidupan yang keras membuatnya tumbuh menjadi gadis yang dewasa dan bijaksana. Di tengah kesulitan yang ia hadapi, beruntung akhirnya ia mendapatkan pekerjaan sebagai pemandu wisata di sebuah kota kecil.
Sudah sekitar tiga tahun, Susan Xie menjadi pemandu wisata, semua ia jalani dengan suka cita, meskipun gaji yang di hasil kan nya tidak lah seberapa. Kadang ada rasa lelah yang juga mendera, karena segala sesuatunya harus di jalani sendirian. Namun ia tetap bersemangat. Ia hanya pernah membayang kan seandainya ia adalah seorang putri raja atau seorang ratu. Mungkin kehidupannya akan lebih mudah.
Dia pikir semua hanya impian, dia tidak pernah berharap banyak, namun takdir membawa nya pada kejadian tak biasa.
Pagi, saat matahari baru mulai menampakkan sinar nya, seperti biasa, Susan menunggu para wisatawan di depan kawasan wisata bangunan tua kekaisaran Ming. Sekarang sedang musim semi, banyak jenis bunga yang sedang bermekaran di sekitar kawasan istana yang sudah berusia ratusan tahun tersebut. Musim semi adalah musim yang di sukai para wisatawan.
Susan bahkan sudah datang sebelum matahari terbit, karena akan banyak wisatawan yang datang daripada musim-musim sebelumnya, Susan berharap dia akan mendapat para tourist yang bisa ia pandu dan akan banyak yang mau memberi uang tips lebih padanya. Untuk itu ia datang lebih awal.
Namun saat matahari sudah mulai meninggi, kawasan wisata masih terlihat sepi, Susan melihat teman-teman seprofesinya juga belum banyak yang datang. Meski matahari bersinar terik, tapi langit terlihat teduh, tidak seperti biasa nya. Susan merasakan ada aura yang berbeda, bahkan angin yang berhembus terasa sejuk dari biasanya.
Ada apa ini?
Susan tak ingin lanjut memikirkannya, di bawah kelopak bunga warna-warni yang berguguran, Susan melangkah masuk ke dalam kawasan istana. Ia berjalan menyusuri areal terlarang di bagian Utara istana, seperti ada sesuatu yang menggerak kan langkah kaki nya menuju kesana.
Langkah nya pun terhenti di sebuah bangunan tua namun terlihat masih terawat, dan aneh nya para penjaga yang biasa berjaga di areal tersebut sama sekali tak terlihat.
Kemana perginya mereka?
Sudah sejak lama Susan merasa penasaran dengan bangunan tua di hadapannya. Biasa nya ia hanya bisa memandanginya dari kejauhan, kini dia bahkan bisa menatap nya dengan jarak yang sangat dekat. Kaki Susan kembali melangkah, kini ia memasuki areal rumah, aura magis sontak langsung terasa. Perlahan ia memegang kenop pintu dan membukanya.
Sesampainya di dalam, mata Susan langsung menyapu sekitar , suasana di dalam sedikit gelap, hanya di terangi cahaya dari celah-celah ventilasi. Aneh nya Susan tidak merasa takut, mata nya tertuju pada pintu kayu yang masih tertutup rapat. Kaki nya pun kembali bergerak menghampiri pintu tersebut.
Krieeekkk....
Suara pintu kembali terdengar berderit, Susan merasa takjub melihat kamar yang sangat indah di dalam nya. Mata nya menyapu seluruh ruangan. Ranjang cantik yang mirip seperti di film-film kerajaan, juga terdapat banyak benda-benda antik yang menghiasi setiap sudut ruangan.
Susan tak bisa menahan diri untuk menyentuh pinggir ranjang yang terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik, kelambu nya yang halus, dan terakhir ia beralih ke meja rias di sisi ranjang. Mata nya menjelajah, dan terakhir jatuh pada sebuah cincin bermata batu giok yang cantik. Lagi-lagi Susan tergoda untuk mencobanya, ia memakaikan cincin tersebut ke jari manis tangan kirinya.
Seketika cahaya berwarna hijau yang menyilaukan berpendar, Susan bahkan sampai harus menyipitkan matanya.
Apa ini?
Sebelum ia mendapatkan jawaban dalam kepalanya, ia sudah lebih dulu terhisap masuk ke dalam pusaran cahaya.
"Aaaaa...."
Susan seperti berputar-putar dalam pusaran ruang waktu tanpa ujung. Sampai lah jiwa nya masuk ke dalam sebuah tubuh yang tergeletak tak bernyawa di dasar jurang di dalam hutan. Tubuh seorang wanita dengan pakaian wanita Cina kuno.
Di saat yang bersamaan, terdapat rombongan pria dengan mengenakan pakaian yang sama, pakaian pada zaman dulu. Seorang pria terlihat menonjol dari pria lainnya karena pakaian nya yang terlihat lebih mewah, wajah nya pun juga terlihat paling tampan, dia adalah Kaisar Lee, penguasa kerajaan Ming 200 tahun silam. Dan seorang lagi yang terlihat tak kalah gagah juga rupawan, dia adalah Panglima Han, seorang Jendral yang tegas namun berhati lembut, dan juga sangat menghargai wanita.
Rombongan tersebut pun melihat wanita yang tergeletak tak berdaya. Panglima Han pun langsung berinisiatif untuk memeriksanya. Setelah menyingkap rambut yang menutupi wajah wanita tersebut, barulah mereka mengenali wanita itu.
"Ah..." Mata panglima Han terbelalak, "bukan kah ini Selir Yiping?"
Kaisar Lee yang sejak tadi enggan turun dari kuda, kini melompat turun dan buru-buru mendekat untuk melihat. Benar saja, wanita itu adalah selir Yiping, gadis yang baru saja di pinang nya satu bulan yang lalu.
Dua hari sebelum nya, wanita itu di nyatakan menghilang, ada rumor yang tersebar, bahwa wanita itu sengaja bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri nya ke jurang. Dengan alasan, sebenar nya ia tidak sudi di jadikan selir ke-3 oleh kaisar Lee, karena sebelum nya wanita itu sudah memiliki pria idaman lain. Untuk itu ia lebih memilih mati.
Mendengar itu, tentu saja Kaisar Lee menjadi murka. Ia sangat mengutuk perbuatan Selir Yiping, untuk itu, selama dua hari ini ia sama sekali tak berniat mencari keberadaan wanita tersebut.
Panglima Han tak ingin membuang waktu, ia segera memeriksa pergelangan tangan Selir Yiping, dan mendengar kan detak jantung nya, "astaga, dia masih hidup."
Mata Panglima Han berbinar, namun tidak dengan sang Kaisar.
"Sudah, biarkan saja di sini, biar tubuh nya di makan binatang buas, aku tidak peduli." Kaisar Lee berkata dengan nada dingin dan kembali naik ke atas kudanya.
Jauh di dalam lubuk hatinya, sebenar nya ia merasa senang sekaligus lega, karena ternyata wanita itu masih hidup, namun mengingat rumor penghianatan yang telah sampai di telinganya, membuat mata hatinya tertutup.
"Yang mulia... Apa maksud yang mulia?"
"Kau tidak dengar apa yang ku katakan? Tinggal kan saja dia di sini!"
"Tapi...."
Wajah Kaisar Lee terlihat sangat dingin, ia mencoba mengabaikan Panglima Han yang mencoba terus memohon padanya.
"Yang mulia, hamba mohon jangan begini, hamba mengerti perasaan anda, tapi bisa kah anda melakukan nya demi rasa kemanusiaan?" Bahkan Panglima Han rela berlutut demi menghentikan langkah Kaisar Lee bersama kudanya.
"Kau apa-apa an? Kau menghalangi jalan ku!"
"Hamba tidak akan berdiri sebelum yang mulia setuju untuk membawa selir Yiping ke istana."
Kaisar Lee menghela napas panjang, "Astaga kau ini!"
Bersambung