WADAH PELAMPIASAN

1058 Words
Di episode ke lima ini, Author ingin menceritakan kisah yang pernah di ceritakan sang kawan. Dengan tidak menambah atau mengurangi apa yang telah di sampaikan beliau. Sebut saja Suyono namanya. Dia adalah salah satu teman terbaik Author di alam nyata tentunya. Suyono adalah lelaki berusia 37, yang berasal dari klaten jawa tengah. Beliau bekerja di sebuah PT. Pelita jaya perkasa. Sebuah perusahaan yang bergelut di bidang bata apung/hebel. Cerita ini di alaminya ketika beliau masih berusia 30an. Ok, Everybody. let's start ceritanya. Siapkan kopi, teh atau s**u sesuai selera berikut cemilanya juga. Tujuh tahun yang lalu. Tempat di mana Suyono bekerja, Sedang di banjiri Job atau pesanan yang banyaknya gak ketulungan. Tak hanya dari luar kota, bahkan dari mancanegara pun ikut nimbrung di dalamnya. Sehingga mau tidak mau Suyono yang termasuk karyawan Senior, harus rela mengeluarkan tenaga extranya untuk menghadapi lembur dan pulang tengah malam. "Yon, kamu pulang jam berapa nanti?" tanya Hengky sesama rekan kerjanya. "Gak tau nih, Heng." Yono menggeleng tak pasti. "Kok, gak tahu. Yon?" tanya lagi Hengky. Yono menggedikan kepala mengarah pada bata apung yang hampir selesai di dalam proses pengovenanya. "Tuh, lihat! Kerjaan masih numpuk." Yono menunduk lemas. Hengky menepuk nepuk pundak Yono sambil tertawa. "Ya sudah kalau gitu, aku duluan pulang Yon." ucap Hengky seraya pergi meninggalkan Yono yang masih menunggu mesin pengovenanya. Bahan mentah yang sudah tercetak dalam mesin pengovenan, kini telah selesai. Dan Yono segera bergegas menuju kamar ganti guna mengganti bajunya. "Buset jam 23:30!" Yono terkaget setelah tahu dan melihat jam dinding di ruang gantinya. Yono hanya mencuci muka dan tanganya saja. Dia berganti baju dengan celananya bahanya. "Sial ... kenapa gue bisa lupa." Yono merutuki kebodohanya yang lupa memakai Sem Vaknya. Tak mau berlama lama. Yono langsung memasukan Sem Vaknya ke dalam saku dan kemudian berlari keluar dari pabriknya. Di parkiran Yono harus menelan kekecawaan. Motor yang biasa ia gunakan untuk transportasi kerjanya, kini harus rela ia tinggalkan karena kebocoran pada ban bagian belakangnya. Jalanan raya pun kini sudah terlihat sepi, tak seramai tadi ketika masih jam tujuh malam. Mobil angkot yang biasa hilir mudik pun tak ada yang lewat sama sekali. Mau tidak mau Yono pun terus berjalan lewat pinggiran trotoar, hingga tak terasa dirinya telah sampai di komplek perumahan, sekaligus jalan pintas menuju kampung tempat dimana ia tinggal. "Sueeee ..." Yono mendecih kesal sambil menendang kaleng yang tergeletak di hadapanya. Di tengah jalan. Tepatnya di sebuah persimpangan. Yono sejenak berpikir dengan jalan mana yang akan ia lewati untuk menuju pulang ke rumahnya. Jalur kiri, Jalannya memang enak dan cukup ramai. Akan tetapi Yono harus memakan waktu yang lebih lama lagi. Sedangkan jalur kanan memang jalur cepat, akan tetapi Yono harus melewati jalur Taman pemakaman umum. "Yang mana ya?" tanya Yono pada dirinya sendiri. Rasa lapar dan ngantuk sudah tak bisa ia tahan lagi. Dan dengan terpaksa Yono mengambil jalur Kanan untuk di laluinya. Dari kejauhan di tempat pemakaman umum. Ada sebuah pohon kecapi. Yang konon menurut sebagian orang, ada penunggu yang selalu usil dan mengganggu siapa saja orang yang melewat di hadapanya. Yono teringat dengan Hengky yang tadi siang memberinya sebuah video Hot. Video yang menceritakan tentang ganasnya Kakek Sugiono yang bermain dengan cucunya. Yono berpikir. Siapa tahu saja dengan memutar video tersebut, Yono bisa mengusir rasa takutnya yang kini benar benar membuatnya merinding. Dari kejauhan sang penunggu pohon Kecapi telah tersenyum melihat Yono yang sebentar lagi akan melintas di hadapanya. Dirinya langsung turun dan duduk di bawah akar pohon kecapi itu. Tontonan Hot menggemaskan di tambah headset mega bass membuatnya benar benar lupa daratan. Dengan tanpa melirik kiri dan kanan, Yono terus menyaksikan video unyil dan mengabaikan sang penunggu pohon kecapi yang sudah bersenandung lagu sindennya. "Hei kau!" seru kuntilanak penunggu pohon kecapi itu namun Yono masih cuek melangkah dengan tatapan masih fokus pada video unyilnya. Merasa di abaikan begitu saja. Akhirnya si kuntilanak melempar Yono dengan buah kecapi yang tergeletak tak jauh dari akar pohonya. "Aduh," pekik Yono sambil memegangi dengkulnya. Yono berbalik dan berteriak teriak sangat kencang hingga membuat si kuntilanak menutup telinganya tak tahan. "Diam!" bentak si kuntilanak dan berhasil membuat Yono gemetar ketakutan. Yono gemetar hebat melihat si kuntilanak makin mendekat ke arahnya. Kuntilanak itu merasa penasaran sekali, sebenarnya apa yang di tonton Suyono di dalam handphonenya, hingga ia sampai mengabaikan dan mengacuhkan keberadaan sang kuntilanak. Dengan kasar si kuntilanak merampas handphone yang di pegang Yono hingga terlepas headsetnya. "Film apa ini anak muda?" tanya kuntilanak yang bingung cara melanjutkan video di handphone Yono yang sempat terhenti. Dengan tubuh yang masih gemetaran. Yono memberanikan diri mendekati si kuntilanak yang penasaran dengan videonya. "Di play dulu." ucap Yono dengan tangan menekan tombol panah pada layar handphonenya. Si kuntilanak terbelalak kaget melihat adegan mecum di dalam videonya. "Dasar Kakek tua biadab! dengan teganya kau menikmati daun muda." ucap si kuntilanak yang meresapi video unyil yang di tontonnya. Yono pun tak merasa takut lagi. Kini dirinya menyaksikan video unyil itu dengan kuntilanak secara bersamaan. Sesuatu benda kini mengeras di dalam celana Yono. Dan dengan tidak malunya lagi, Yono mengeluarkan torpedonya tanpa kuntilanak itu sadari. "Filmnya seru, dimana kau mendapatkan film berkualitas seperti ini?" tanya si kunti dengan pandangan masih terfokus pada si kakek yang terus menggenjot cucunya. "Film itu saya dapatkan dari kawan saya." jawab Yono dengan tangan bersolo karir. Si kunti mengibaskan tangan ke wajah merasa gerah menyaksikan video unyil. Terlintas ide nakal di otak Yono dengan menempelkan torpedonya pada tangan si kuntilanak yang masih asik dan serunya menikmati film tersebut. "Awwww." si kunti terkaget setelah tahu dan melihat torpedo Yono. Handphone di tanganya seketika terlepas dan ia langsung berlari menuju pohon kecapinya. "Tunggu! Yono berlari mengejar dengan torpedo yang masih menegang. "Ampun bang Jago." si kunti menunduk takut tak berani memandang torpedo Yono yang berukuran Jumbo. Yono kini bisa tertawa puas menikmati balas dendamnya. "Gue kencingin ah." gumam Yono sambil tersenyum licik. Yono mengarahkan torpedo jumbo tepat ke arah kepala si kuntilanak. Kecewerrrr ... Yono mendesah lega sambil menyiramkan air kencingnya pada kepala si kuntilanak. "Panas ... panas ... panas." pekik si kuntilanak. Nasi sudah jadi bubur. begitu juga dengan nasib si kuntilanak yang harus rela menjadi wadah pe lampias an Yono, yang tadi siang telah memakan petay dan jengkol. Tak hanya itu, Yono juga memukul mukulkan torpedonya yang keras seperti pentungan pada ubun ubun si kuntilanak. Rasa sakit dan bau yang tak tertahankan. Membuat si kunti pingsan dan tak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD