Jo duduk termenung saat mendengar bahwa kakaknya telah menjatuhkan talak pada Nina. Ia dan Prita baru saja sampai dirumah orang tuanya setelah seminggu mereka pergi berbulan madu. Tanpa ada yang menyadari Jo mengeraskan rahangnya. Ia merasa kesal pada Ben karena baru saat ini menceraikan Nina.
Pikirannya menerawang jauh pada kejadian 8 tahun yang lalu, ketika semua orang panik dengan kematian Vivian dan khawatir dengan kondisi Nina. Ia masih ingat ketika mereka semua menunggu Nina setelah dioperasi. Gadis itu berada dalam kondisi yang cukup menyedihkan, wajahnya memar, tulang rusuknya patah dan menekan paru-parunya sehingga ia kesulitan untuk bernafas membuatnya koma. Bahkan sampai saat ini efek sesak nafas selalu ada jika Nina terlalu lelah. Untung saja papi Ray yang seorang dokter penyakit dalam sehingga bisa meminta beberapa bantuan teman-teman ahlinya untuk membantu mengoperasi Nina.
Jo mengingat Malam dimana Ben dan papi Ray berdebat saat meminta tolong pada Ben untuk menikahi Nina.
“Gak pi, menikah itu tanggung jawabnya besar! Aku tak mau asal menikah seperti itu!” tolak Ben.
“Ini untuk menyelamatkan nyawa Nina, Ben!”
“Menyelamatkan nyawa Nina atau balas budi pada mantan kekasih papi?!” tanya Ben ketus.
“Ben!”
“Papi pikir Ben gak tahu hubungan Papi dengan Suster Vivian dulu?!”
“Ben! Jangan kurang ajar kamu!” ucap papi dengan nada mulai meninggi.
“Ben! Sudah! Jangan diungkit lagi! Kalau kamu mengungkit itu, kamu juga tahu, bahwa dulu kami yang berbuat salah! Mami yang merebut papimu dari sisi Vivian! Ben, kami minta tolong padamu untuk menikahi Nina, agar ia bisa kami rawat. Mami gak bisa mengembalikan Nina pada Hadi, dia orangnya kejam Ben!”
Jo menatap orangtuanya yang penuh mohon pada Ben. Ben hanya diam dan memalingkan mukanya cepat. Perlahan Jo menghampiri mereka bertiga dan menatap Nina yang terbaring tak sadarkan diri. Walau wajahnya penuh luka dan memar, tapi tak menghilangkan kecantikannya. Melihatnya saja membuat jantung Jo berdebar keras.
“Biar Jo saja yang menikahi Nina,” ucap Jo tiba-tiba kepada orang tua dan kakaknya.
“Kamu? Mana bisa Jo, usiamu saja baru 19 tahun! Ben lebih tepat, usianya sudah cukup untuk menikah, dia sudah 24 tahun.” ucap mami sambil menggelengkan kepalanya.
“Loh, usia Jo juga cukup ma, sudah biar dia saja.” ucap Ben menimpali.
“Ben!” tegur mami tak suka dengan nada suara Ben.
“Kalau hanya nikah siri, biar Jo saja mi, yang penting Nina sudah ada yang menikahi,” ucap Jo mencoba meyakinkan orang tuanya.
“Gak bisa Jo, akan dipertanyakan nanti mengapa kalian yang muda-muda menikah cepat.” Papi Ray merangkul bahu Jo mencoba menjelaskan situasi mereka.
“Kami tahu kamu berat untuk melakukannya Ben, tapi perbuatanmu akan menjadi ladang pahala karena menolong seseorang yang kesulitan. Jika kamu bersedia, tolonglah untuk menikahi gadis itu. Ibunya sangat baik dan kakek pikir, anaknya juga baik. Setelah menikah nanti, biarlah kakek bawa dia ke Bandung untuk tinggal bersama kakek. Kamu tak usah pikirkan apa-apa lagi. Allah pasti ada maksud dengan kejadian ini,” bujuk kakek Dato menyela diantara perdebatan anak dan cucunya.
Akhirnya Ben pun setuju. Jo tak menyangka firasat kakek dan orangtuanya menjadi nyata. Setelah pemakaman Vivian, pria yang bernama Hadi itu pun datang. Ia masuk ke dalam rumah dan mencari Nina dengan arogan. Pria itu sebenarnya berwajah cukup tampan dengan penampilan perlente, tapi tingkah lakunya sangat kurang ajar. Ia bahkan tak menanyakan soal kematian istrinya, yang ia tanyakan hanya Nina.
Masih terbayang saat ia berteriak-teriak mencari Nina seraya berkata,
“Kalian tidak bisa menyembunyikan gadisku! Kalian pikir dengan menyembunyikan dia, akan membuatku menyerahkan segalanya?! Semua itu milikku! Milikku!”
Entah apa maksud ucapannya tapi pria itu akhirnya diusir keluar dari rumah dan tak pernah kembali. Hanya saja satpam dirumah pernah berkata bahwa pernah melihat sebuah mobil seorang mengintai rumah mereka.
Andai Nina tahu, mengapa Jo memutuskan untuk mengambil S1 nya di Bandung adalah agar ia bisa bersama Nina dan menemaninya. Jo tahu, bahwa tak pantas baginya untuk jatuh cinta pada istri sang kakak walau ia tahu itu hanya formalitas saja. Tapi sudah cukup untuknya jika ia bisa berada dekat dengan Nina dan melindunginya. Jo pun sangat yakin bahwa Nina juga pasti memiliki perasaan untuknya.
Dulu, Jo juga pernah sempat mencari tahu keberadaan ayah Nina melalui sang papi. Papi Ray merupakan mantan kekasih Vivian sejak SMA. Bahkan papi memutuskan untuk menjadi dokter karena ingin menemani Vivian yang memutuskan untuk menjadi perawat. Padahal saat itu Kakek Dato tengah berjaya memiliki perusahaan konstruksi dan properti besar dan berharap papi Ray sebagai anak satu-satunya meneruskan usaha tersebut.
Takdir berkata lain, Papi lulus menjadi seorang dokter dan Vivian menjadi seorang perawat. Saat papi tengah mengambil spesialis penyakit dalam ia bertemu dengan mami Rose yang juga dokter dan tengah KOAS. Mereka berdua jatuh hati dan akhirnya papi Ray meninggalkan Vivian, untuk menikahi mami.
Papi juga bercerita, setahun kemudian Vivian, menikah dengan dokter Alan, salah satu dokter yang seangkatan dengan papi, hanya saja 10 tahun kemudian mereka bercerai karena Vivian dianggap tak bisa memberikan keturunan. Tragisnya saat mereka telah bercerai, Vivian baru mengetahui bahwa ia tengah hamil anak dari Alan, tapi ia tak bisa memberitahu Alan karena Alan telah menikah lagi. Keberadaan Alan pun tak bisa dilacak, karena berita terakhir, ia ikut pindah keluar negeri mengikuti anak-anak nya dengan istri yang baru.
Kehidupan pun berlanjut, ditengah perjalanan membesarkan Nina sendirian, Vivian menikahi seorang pria yang bernama Hadi yang awalnya berniat untuk membeli rumah tua peninggalan keluarga Vivian. Ternyata Hadi berperamental kasar dan suka memukul Vivian. Apalagi setiap ia mabuk, ia selalu mencari Nina. Dalam hidup yang ketakutan akhirnya Vivian memutuskan lari dari rumah bersama Nina, dan kembali menjadi perawat. Mengetahui kisahnya, papi Ray dan mami Rose memutuskan untuk mempekerjakan Vivian sebagai perawat pribadi untuk kakek Dato.
Nina bercerita apa yang terjadi di malam yang tragis itu. Mereka berdua terpaksa lari dari rumah kontrakan mereka karena Hadi mengetahui dan mendatangi tempat tinggal mereka dalam keadaan mabuk. Karena terburu-buru, tak disangka mereka berdua menjadi korban tabrak lari.
Waktupun berlalu, akhirnya Jo menyerah untuk menunggu Ben melepaskan Nina dan bertemu Prita, mereka jatuh cinta dan akhirnya menikah. Kini saat ia baru saja menikah, berita itu datang.
Akh, Nin, seharusnya dulu, aku memaksa untuk menikahimu saja! Pikir Jo dengan perasaan menyesal. Walau ia mencintai Prita, tapi Nina selalu ada didalam hati Jo.
Bersambung.