Bab 6

1363 Words
Pagi hari Nesa terbangun dengan perut lapar, sejak pulang dari rumah sakit ia belum makan sama sekali, air matanya turun. Ia sendiri bahkan tak tahu mengapa tante Rin mengurungnya disini. Tiba tiba Nesa teringat oleh kue yang semalam Rian bawa, dengan susah payah Nesa membuka kembali jendela, tangannya menggapai-gapai bawah mencoba mencari kue yang jatuh. Bukan kue yang ia dapat justru tangannya yang sakit karena tiba tiba saja pengait jendela lepas. "Aww..." Pekiknya. 'Bunda .. Nesa lapar' ia ingat jika dulu ia justru suka menyia nyiakan makanan. Dan Naysilla selalu saja mengejarnya yang susah makan. Kembali gadis kecil itu menangis sampai saat pintu kamar terbuka. "Hahahaha... kenapa apa kau sudah menyesal telah membunuh kedua orangtuamu?" Tanya tante Rin sinis, tentu saja hal itu tak benar. "ap.. apa maksud tante ?" Tanya Nesa takut, ia dengar dengan jelas kata membunuh, meski ia masih kecil tapi ia tahu artinya adalah menghilangkan nyawa, Nesa dulu pernah bertanya ke ibunya saat melihat temannya yang suka menyakiti binatang. Nay bilang itu tindakan membunuh yang artinya menghilangkan nyawa. Dan itu tak baik. "aa..aku.. gak membunuh tante" Kembali Nesa membela diri, meski ia masih terisak karena tangisnya. "Kau pembunuh Nesa, sikapmu terlalu manja. Dan sekarang kedua orangtuamu bahkan sudah mati" Tekan tante Rin tanpa berperasaan. "Ini makanlah.. aku tak ingin melihatmu mati kelaparan" Ucapnya kembali sambil mengunci pintu kamar. Meninggalkan Nesa yang terisak histeris. "Aku gak membunuh, Bunda sama Ayah gak mungkin mati. Mereka bakal jemput Nesa. tante Rin nakal hikss... hiksss..." Sepanjang hari Nesa kecil terus menangis, ia akan berhenti saat lelah dan tertidur. Ia sama sekali tak menyentuh makanannya. ----- Dilain tempat Bik Arum menelpon Roy ingin bertanya bagaimana kabar Nesa sekarang. "Assalamualikum Tuan.. Bagaimana sudah ketemu dengan Nona kecil? Kapan nona kecil pulang tuan?" Tanya Bik Arum bahagia. Ia sudah tak sabar menyambut kepulangan Nesa. "Nesa baik baik saja dan ia tak akan pulang kerumah, saat ini Nesa sudah saya kirim kerumah sakit diluar negeri" Bohong Roy. Ia tak mau repot repot menjelaskan keadaan Nesa. Roy memang selalu memandang rendah para pembantu, berbeda dengan Dika yang selalu menaruh hormat dengan siapapun itu. "Apa Tuan.. ? tapi kenapa Nona kecil tak dibawa pulang kemari" Kecewa Bik Arum, ia merasakan perasaan yang tak enak. "Haa.. kalian pikir kalian bisa merawatnya? Ingat kalian hanya pembantu. Makan saja kalian susah. Bagaimana bisa merawat Nesa?" Hina Roy kembali. "Baik Tuan.. tapi tolong jaga Nona kecil, Tuan dengan baik. Ia malaikat kecil dirumah ini Tuan. Ingat Tuan semua ada balasannya baik maupun buruknya." Jawab Bik Arum berapi api. Hati kecilnya semakin yakin jika Nesa tak akan bahagia, namun ia tak tahu bisa melakukan apa. "Kau menceramahi aku! tenang saja aku sudah mengambil balasan atas apa yang diperbuat Tuanmu itu" Jawab Roy yang berani, ia kemudian menutup teleponnya dengan kasar. 'Hanya wanita tua renta, tahu apa ia tentang balasan ? Aku bahkan sudah lebih dulu mengambil keadilan ku dari Dika, lihat aku sekarang. Aku sudah berada diposisi yang seharusnya telah lama aku tempati' Bathinnya dalam hati, pikirannya buruknya telah mengusai dirinya sendiri. Sementara Bik Arum masih terus terisak setelah mendapati teleponnya ditutup. 'Ya Allah jaga Nona kecil, hamba tahu KAU tak pernah tidur, jaga ia dari orang-orang jahat' Doanya bersungguh-sungguh. Shanty yang datang heran dengan tingkah bik Arum. "Kenapa Nek" Tanyanya prihatin. "Shanty.. kau harus menjaga Nona kecil, meskipun nanti aku sudah tiada kau harus berjanji akan melindungi nona kecil Shanty..." Pinta bik Arum serius. Ia memegang kedua bahu Shanty, matanya memandang serius kearah Shanty. "Ee..eehh i...iya Nek, Shanty juga sayang sekali sama Nona Nesa" jawab Shanty takut. --- pagi ini tante Rin masuk kembali kekamar Nesa, kali ini ia membawa makanan yang sedikit banyak. nampakya hati wanita itu tengah bahagia. Berbeda dengan Nesa yang membenci sejak awal datangnya tante Rin dikamarnya. "Ayok dimakan.. jangan sampai kau juga mati mengikuti orangtuamu.. Hahahaa" Godanya tanpa perasaan. "Bunda sama ayah Nesa masih hidup, mereka bakal jemput Nesa" Bela Nesa sendiri dengan wajah yang kesal. "Hahahahaa... apa yang kau lakukan padanya sayang?" Tanya Reno tiba tiba saja masuk kedalam. Meski Nesa buta, tetapi ia tahu suara laki laki itu bukanlah om Roy. "Jangan menguping pembicaraanku" Teriak Rini melihat Nesa yang terdiam heran. "lebih baik kita masuk saja, yuk sayang tinggalkan gadis kotor ini disini bersama tikus tikus mati... hahahhaa" Ledek Rini kembali. "Kau kenapa sih jahat sekali dengan anak kecil, bukankah usianya sama dengan Rian?" Tanya Reno keheranan sambil mengeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Kau tak perlu ikut campur" Bentak Rini kembali. Matanya menyiratkan ketidak sukaan yang mendalam. 'Jika saja aku tak mencintaimu, mungkin telah aku tinggalkan kau sejak lama. apalagi diantara kita ada Rian, anak kita' Bathin Reno berucap. --- Flashback on Dulu saat masih SMA Rini dan Dika adalah teman akrab, Rini akan selalu bersikap manja pada Dika yang setahun lebih tua darinya. "Kak Dika... aku suka sama, Kakak" Ucap Rini polos, ia merasa Dika juga memperhatikannya lebih dari sekedar teman. "Rini.. maaf tapi aku hanya menganggapmu sebagai adik, dan tak lebih" Tolak Dika halus sambil memegang bahu Rini erat. Tak sangka penolakan Dika berakibat dendam dihati Rini. Dirinya merasa dipermainkan oleh Dika, jika Dika tak mencintainya mengapa laki-laki itu selalu saja menjaganya dari laki-laki lain.Pikirnya Memanfaatkan hal tersebut, Rini malah sengaja dekat dengan beberapa pria, salah satunya Hiro, Preman dekat sekolah. Demi melihat Dika yang cemburu. Namun lagi lagi Rini salah, Dika sama sekali tak nampak cemburu dengan kedekatan Rini dengan beberapa pria. Sampai pada Rini mulai melupakan rasa sukanya ke Dika. Ia fokus mengenal Hiro. Yang dirasanya sangat menarik. Pergaulan Hiro dan semua tentang Hiro bagi Rini hal baru yang sangat menarik. lama kelamaan Rini begitu memuja Hiro. Ia merasa dirinya telah mencintai Hiro. sehingga dengan mudahnya Rini memberikan hal yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu kegadisannya. Yah.. Rini dan Hiro melakukan hav*ing se* sebelum menikah. Kini Rini tak ingin laki laki lainnya selain Hiro. Sampai pada ayah Rini mencium gelagat Rini yang berbeda dari biasa. Dengan meminta tolong ke Dika ayah Rini mencoba membuntuti apa saja kegiatan Rini sekarang. Karena anak itu lebih sering pulang malam bahkan pernah pulang dalam keadaan mabuk. Setelah mendapatkan informasi yang cukup Dika dan ayah Rini datang kesebuah gedung yang diyakini ada Rini disana. "Rini apa yang kau lakukan!" Bentak ayahnya langsung saat pintu terbuka, disana ada beberapa wanita dan pria yang terlihat sedang pesta mir*s dan Rini yang sedang duduk mengangkangi tubuh Hiro. "Ayah.." Gugup Rini, ia langsung berdiri dari tubuh Hiro. "Saya mencintai anak anda, Pak" Ucap Hiro berani. Ia menggengam tangan Rini erat, jelas saja hal itu membuat ayah Rini semakin emosi. Ia langsung menampar Rini dengan keras. "Kelakuanmu.. sungg..guh..." brak.. tiba-tiba saja ayahnya Rini terjatuh. Ia sepertinya mengalami serangan jantung melihat gadis kecilnya terlihat liar sekarang. Dengan sigap Dika membantu sang ayah. Ia sejak awal tak ingin ikut campur mau tak mau masuk kedalam, Dika berlari dengan menggendong ayah Rini. Ia berharap ayahnya bisa ditolong. Sudah 3 jam ayah Rini masuk kedalam ruang operasi, semua keluarga Rini telah berkumpul. Begitu juga Rini dan Hiro yang datang. Sesekali Dika nampak melirik, ia melihat Rini yang menangis didada Hiro. Kini Dika tahu, meski Hiro seorang preman namun ia terlihat begitu menyayangi Rini. Ia berfikir setelah ayah Rini siuman ia akan membantu Rini menjelaskan tentang Hiro ke ayahnya. Namun pikiran Dika musnah saat seorang dokter mengabarkan jika ayah Rini telah meninggal dunia. Dengan marah Ibu Rini menampar Hiro. Ia beranggapan semua ulah Hiro, sehingga dirinya sekarang menjadi janda. Ibu Rini sekarang sangat menjaga Rini. Ia bahkan menyewa bodyguard demi menjaga Rini. stress, terkekang dan takut yang Rini rasakan. Namun yang lebih menyiksa yaitu rasa rindunya ke Hiro laki laki yang ia cintai. Rini sudah sangat lama tak mendengar kabar dari Hiro. Sampai suatu hari Rini tahu jika Hiro juga sudah meninggal sejak terakhir Rini bertemu pria itu. Hiro yang kehilangan Rini membuatnya mabuk berat dan meminum obat obatan secara berlebihan membuat ia overdosis. sedih dan putus asa yang membuatnya jadi wanita sedingin es. Tak ada seorangpun yang tahu jika Hiro telah mengambil keperawanannya kecuali Rini sendiri. Meskipun ia tak pernah menyesal akan keputusannya namun ia tetap saja dihantui perasaan takut, Perasaan hampa membuat Rini semakin gila bermain pria. Ia sering sekali bergonta ganti pria hanya demi one night stand. Baginya laki laki yang penting mirip dengan Hiro.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD