Setelah keluar ruangan, segera pihak kepolisian mencari tahu nomor telepon tersebut.
"AKBP Irwandi. Segera temukan tempat tinggal asal anak itu, saya tak ingin melihatnya begitu tersiksa lagi" Perintah Brigjend Yusuf. Ia mengira Nesa akan cepat melupakan masa traumanya setelah menemui keluarga besarnya. Kehilangan orangtua secara mendadak bahkan diusianya yang masih kecil membuat Brigjend Yusuf menaruh perhatian khusus ke Nesa.
Namun sayang Nesa sama sekali tak mempunyai keluarga besar, Naysilla yang anak tunggal, juga telah lama ditinggal orangtuanya ke surga. Sedang Dika, karena keinginannya untuk hidup mandiri membuat Dika berani pergi merantau jauh. Ia bahkan tak pernah lagi pulang sejak 8 tahun yang lalu sejak terlibat percekcokan dengan ayahnya yang tak setuju Dika pergi jauh.
Tak ada orang yang bisa diharapkan untuk merawat Nesa, selain keluarga Roy. Sahabat Dika sejak masa kuliah. Tak butuh waktu lama AKBP Irwandi dapat menghubungi orang dirumah Nesa. Kebetulan Bik Arum yang menerima teleponnya.
"Halo. Apa ini kediaman keluarga Pak Mahardika dan Ibu Naysilla ? Kami dari pihak kepolisian ingin memberitahu kabar tentang Nona Nesa" Jelas AKBP Irwandi panjang lebar.
sementara Bik Arum menangis sejadi-jadinya, sejak berita kemarin siang membuat semua pekerja dirumah Dika sedih tak terkira. Mereka begitu mencintai keluarga kecil tersebut, bagi Bik Arum, Dika sudah layaknya anak kandung sendiri. Begitupun Dika ia telah menganggap Bik Arum orang tua penggantinya. Bik Arum tahu suatu saat ia akan mendapatkan telepon dari pihak polisi setelah melihat berita tersebut. tetapi hatinya tetap saja tak kuat mendengar sendiri berita kematian Dika dan Naysilla.
"Bagaimana kabar Non Nesa tuan ?" Tanya Bik Arum berusaha menguatkan hatinya, sejak awal ia bingung mengapa tak ada berita tentang nona kecilnya itu. Ia begitu penasaran tapi dalam hati ia juga tak siap kalau-kalau keadaan Nesa sama dengan kedua orangtuanya. Jika benar mungkin Bik Arum akan pingsan saat itu juga.
"Kami ingin memberitahu jika Nona Nesa saat ini sudah sadar dari koma, ia sedang ditangani disalah satu rumah sakit" Bahagia jelas dirasa Bik Arum, jika saja Nesa ada didekatnya kini, mungkin ia akan mendekap erat anak itu, ada secercah harapan akan keselamatan Nesa.
"Alhamdulilah.. alhamdulillah Ya Allah..." tak henti-hentinya Bik Arum memanjatkan rasa syukur. Sementara karyawan yang lain yang sejak tadi menguping pembicaraan Bik Arum terlihat saling berpelukan bahagia mendengar suara Bik Arum, mereka tahu jika ada hal baik yang terjadi.
"Bagaimana keadaan non Nesa sekarang, Tuan?" Kembali bik Arum resah ia teringat dengan penjelasan Polisi yang bilang Nesa bangun dari koma.
"Kami tak berhak memberi tahu kabar selanjutnya Nona Nesa. Nanti akan ada pihak rumah sakit yang akan memberitahu pihak keluarga. Apa bisa pihak keluarga menemui kami segera ?" Tanya AKBP Irwandi. Sementara Bik Arum nampak bingung, ia memang seperti nenek bagi Nesa. Tapi ia hanya orangtua yang sudah renta, ia tak banyak mengerti cara mengurus masalah seperti ini. Mata Bik Arum tertuju pada Shanty, Pelayan dirumah Dika juga. Ia satu-satunya yang tamatan SMP mungkin Shanty akan tahu bagaimana caranya.
"Baik tuan, baik saya akan segera memberi tahu keluarga Tuan Dika." Jawab Bik Arum mantap setelah lama terdiam. Panggilan telepon diakhiri oleh pihak polisi dengan sedikit wejangan dari Bik Arum untuk menjaga Nesa baik-baik. Ia sangat merasakan kerinduan dengan nona kecilnya itu.
"Shanty apa kamu bisa jika besok ditemani pak Joko untuk kekantor polisi?" Tanya bik Arum memberi perintah.
"ahk. Nenek Shanty takut Nek, nenekkan tahu Shanty gemeteran kalau ketemu polisi. Nanti gimana kalau Shanty gak bisa jawab. Apalagi Shanty bukan keluarga asli pak Dika. Pak Dika memang menganggap Shanty keluarga tapikan gak dalam secarik surat" Elak Shanty
Panjang lebar, ia sudah terbiasa memanggil bik Arum dengan sebutan nenek. usianya yang baru 15 tahun membuat Shanty jadi teman main Nesa. sementara bik Arum menatap Shanty. Ia tengah berfikir benar juga, bagaimana kalau sampai Shanty ditanya-tanya, Pastinya bocah ini akan gelagapan karena tak bisa menjawab. Lalu siapa yang akan menjemput nona kecilnya ?.
Setelah berfikir lama ia teringat dengan tuan Roy, hanya ia, laki-laki matang yang bisa diminta bantuannya oleh bik Arum. jika Roy yang datang pihak polisi pastinya akan percaya. Apalagi Roy adalah sahabat Dika sejak lama.
Dengan segera bik Arum memijit nomor telepon berniat menghubungi Roy.
"Assalamualikum Tuan, ini Bibik tuan" Sapa Bik Arum saat panggilan telepon terangkat.
"Iyah, Bik" jawab Roy angkuh, ia tak mengerti mengapa seorang pembantu berani menghubunginya saat jam kantor.
"Maaf Tuan, nona kecil Tuan. Nona kecil selamat dari kecelakaan, Tuan" Jelas bik Arum yang tak lagi bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Apa..? Bentak Roy seketika, ia ingin tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. bagaimana mungkin Nesa selamat dari kecelakaan maut tersebut.
"Ulangin yang kau ucapkan barusan ?" Pintanya dengan takut.
"Nona Kecil, Nesa. Tuan, alhamdulilah selamat. Gusti Allah menyelamatkan nona kecil dari maut" Jawab Bik Arum bahagia, bahkan ia tak akan segan mengulang kata tersebut ratusan kali.
"Ahk.. eemmm ... saya akan kesana, kamu tunggu saja" Roy benar-benar panik. Ia bahkan tak tahu harus bicara apa.' jelas saja bik Arum tak akan kemana-mana mau kemana memangnya wanita tua seperti saya ini'. pikir Bik Arum. Setelah menutup telepon.
Sementara Roy, ia sudah seperti orang gila, ia melempar semua berkas dihadapannya dengan satu tanganya.
"Sial... sial... " Desisnya frustasi, ia tak ingin ada orang lain yang mendengar berita ini. Dengan cepat Roy menurunkan anak tangga bersiap melajukan mobilnya kerumah Dika.
---
"Ceritakan dengan jelas bagaimana kamu tahu Nesa selamat ?" Ranya Roy langsung saat melihat bik Arum yang membukakan pintunya.
"tadi pagi saya mendapat kabar dari pihak kepolisian nona kecil alhamdulilah selamat dari kecelakaan, Tuan. Walaupun sempat koma 5 hari" Jawab Bik Arum siggap.
'Koma 5 hari ?' Bathin Roy dalam hati. kembali Bik Arum menceritakan setelah melihat tak ada sedikitpun reaksi yang diberikan Roy.
"tapi.. anu Tuan,.Pak polisi minta untuk keluarga tuan Dika datang menjemput nona kecil. Karena itu saya menelpon tuan. Saya mau minta tolong untuk tuan menjemput nona kecil. Saya tahu tuan Dika dan nyonya Naysilla sudah dipanggil gusti Allah.. say.. saya.. mohon tuan. Untuk Tuan juga bersedia mengambil kembali jasad Tuan dan Nyonya" Ucap bik Arum kembali terisak, wajah keriputnya kini nampak begitu muram, memperlihatkan betapa terpukulnya ia kini.
sesaat bik Arum tak mengerti mengapa tak nampak kesedihan diraut wajah Roy sejak tadi. Bik Arum memang sudah rabun namun matanya tak bisa dibohongi.
"Tuan..?" kembali Bik Arum memanggil Roy yang tampak diam. Sorot matanya yang penuh amarah membuat Bik Arum takut dibuatnya.
"hari ini saya akan menjemput Nesa. Tapi ingat jangan beri tahu siapapun tentang selamatnya Nesa. Saya tak mau sampai orang lain tahu dan kembali mencelakai Nesa" Jawab Roy setelah berfikir lama. Ia akan menyimpan Nesa untuknya sendiri.
'Kau tak perlu khawatir Roy, Nesa hanya anak-anak. Dan rencanamu tak akan gagal hanya karena anak kecil itu. Untuk saat ini tak ada orang yang boleh tahu Nesa selamat'. Roy mulai memikirkan cara bagaimana ia bisa mengelabui semua orang tentang keberadaan Nesa
bersambung.