Bab 20. Orang yang Tepat

1023 Words
Berlian dan Agam duduk di ruang tamu menghadap televisi. Jika biasanya mereka sangat santai dan terus mengobrol berdua, kali ini mereka hanya saling diam dan canggung sekali. Entah apa yang membuat mereka berdua begitu sama-sama gugup? "Apa kamu yakin mau menonton film horor?" Agam tiba-tiba bertanya pada Berlian. "Hm!" Berlian mengangguk mantap. "Bukannya kamu biasanya paling takut menonton horor?" "Aku dengar film ini tidak terlalu menakutkan, jadi aku penasaran. Lagi pula, bukankah kamu ada di sini untuk menemaniku?" ujar Berlian lagi sembari tersenyum ke arah Agam. Membuat Agam membeku melihat senyumannya. Sekian detik kemudian, Agam pun berdehem salah tingkah. "Baiklah! Aku akan menemanimu di sini," kata Agam sembari tersenyum. Berlian pun juga membalas dengan tersenyum tersipu. Mereka berdua lalu saling fokus melihat ke arah film horor pilihan Berlian yang baru dimulai. Sekitar hampir tiga puluh menit, mereka berdua masih saling menonton film. Dari tadi belum begitu ada adegan yang cukup menakutkan. Selama film diputar pun, keduanya juga hanya terdiam dan tidak saling berbicara. Mereka benar-benar sama-sama saling canggung dan gugup. Berlian lalu menoleh ke arah Agam sebentar. "Apa kamu mau minum?" tawar Berlian pada Agam. Agam pun menoleh ke arah Berlian cepat. "Boleh," jawab Agam menganggukkan kepala. Berlian lalu mengambil botol air mineral yang ada di meja kecil di sampingnya. Ia memberikannya pada Agam. "Terima kasih, ujar Agam menerima botol mineral dari Berlian." "Sama-sama," jawab Berlian. Agam lalu meminum air pemberian Berlian. Setelah itu ia gantian menoleh ke arah Berlian. "Kamu juga minumlah," ujar Agam ganti memberikan botol yang baru diminumkannya pada Berlian. "Terima kasih," jawab Berlian menerima botol dari Agam. Berlian lalu meminum airnya. Sekian detik kemudian mereka kembali saling diam. Berlian kembali menoleh ke arah Agam. "Bukankah, menurutmu kita menjadi sangat canggung?" tanya Berlian akhirnya. "Benar juga, ya?" Agam nampak setuju. "Karena biasanya seperti ini kita sudah membicarakan banyak hal, bukan?" "Kalau begitu, bagaimana ... kalau aku bersikap tidak canggung lagi?" kata Agam. Berlian pun langsung menoleh cepat ke arah Agam. "Ya! Seharusnya memang—" Berlian mendadak terhenti saat berbicara karena tidak bisa melanjutkannya. Agam mendadak langsung mencium bibir Berlian begitu saja. Membuat jantung Berlian kini berpacu amat keras seolah mau melompat dari tempatnya. Sekian detik berlalu, debaran itu perlahan mulai reda. Agam menjauhkan wajah dan berhenti mencium Berlian. Mereka lalu saling tatap dalam jarak dekat. Keduanya masih saling terdiam dan tidak bisa memalingkan wajah. Tiba-tiba, di layar televisi menunjukkan adegan yang sangat menyeramkan dengan suara yang menakutkan dari film horor yang mereka tonton. Membuat Berlian terkejut dan langsung masuk ke dalam pelukan Agam sembari setengah berteriak dan terjadi begitu saja. Agam pun secara refleks memeluk Berlian. Denting jam terus berjalan. Mereka masih saling berpelukan karena terjadi dengan sangat cepat. Dalam dekapan Agam, Berlian perlahan mulai sadar kalau ia hanya terkejut. "Aduuuh ...! Apa yang aku lakukan?!" gumam Berlian dalam hati panik. Berlian pun akan menjauh berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Agam. Namun, Agam menahannya sehingga Berlian tidak bisa terlepas dari dekapan Agam. Berlian melebarkan kedua mata. "Ada apa denganmu? Lepaskan aku!" kata Berlian. "Tunggu sebentar," kata Agam terdengar lembut. "Biarkan begini sebentar," lanjutnya yang berbisik di telinga Berlian. Berlian pun jadi terdiam dan tidak berusaha lepas dari Agam lagi. Saat itu, hati Berlian kembali merasa hangat. Agam justru semakin erat memeluknya. Dalam rasa hangat yang diciptakan, mereka berdua juga merasa amat damai dan tenang. "Terima kasih sudah menerima cintaku," lirih Agam lagi. "Aku yang seharusnya berterima kasih. Terima kasih, sudah menyukaiku. Aku tidak menyangka, akan diberikan kesempatan kedua dalam hidupku. Aku merasa seperti terlahir kembali," jawab Berlian. Agam pun melepaskan pelukannya dari Berlian. Mereka saling tatap dan Agam memegang kedua tangan Berlian. "Aku juga merasa memiliki kesempatan kedua. Kali ini, aku tidak akan menyia-nyiakannya," kata Agam yang kembali mendekatkan wajah dan mencium Berlian kembali. Kali ini rasa canggung di antara keduanya perlahan sudah mulai hilang. Hanya ada kehangatan di sekitar mereka. Atmosfer romantis yang tercipta sangat kuat mengelilingi ruang tamu Berlian malam ini. *** Berlian lamat-lamat membuka kedua matanya perlahan. Cahaya matahari masuk dan menembus kaca jendela memenuhi ruang tamunya. Setelah kesadarannya terkumpul, ia ingat kalau ia tidur dalam pelukan Agam. Mereka berdua tidur di sofa ruang tamu Berlian setelah selesai menonton berdua. Meski mereka tidur bersama dalam satu malam, tapi tidak ada yang terjadi di antara mereka. Berlian sudah mengenal Agam sejak sepuluh tahun lebih. Ia sangat tahu, kalau sahabat yang kini menjadi kekasihnya itu tidak akan berbuat macam-macam padanya. Berlian benar-benar mempercayai Agam. Berlian memandangi wajah Agam yang masih tidur itu. Ia mengusap bibir Agam perlahan dan mengetuk-ketuknya dengan pelan. Teringat ciuman manis yang Agam berikan tadi malam. Membuat Berlian tersenyum tersipu. Tiba-tiba Agam melakukan sedikit pergerakan saat Berlian masih menyentuh bibirnya. Berlian pun segera menjauhkan jarinya dari bibir Agam. Sekian detik kemudian, Agam kembali terdiam. Membuat Berlian menghela nafas lega, karena Agam masih belum bangun. Berlian lalu melirik ke arah jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ia perlahan berusaha bangun dan melepaskan dirinya dari pelukan Agam. Namun, Agam tiba-tiba menariknya kuat sehingga Berlian kembali masuk ke dalam pelukan Agam. Berlian pun terhenyak merasakannya. "Ka ... kamu sudah bangun ternyata?" tanya Berlian pada Agam. "Hm ... sekitar lima belas menit aku sudah bangun," gumam Agam pelan sembari merapatkan pelukannya pada Berlian. "Apa?! Lalu kenapa kamu diam saja saat aku bangun tadi?!" seru Berlian malu. Agam lalu membuka kedua mata dan menatap Berlian sembari tersenyum. "Kalau aku tidak pura-pura tidur, aku tidak akan tahu apa yang baru saja kamu lakukan padaku tadi. Iya, kan?" ujar Agam sembari menaikkan salah satu alisnya menggoda Berlian. Berlian terhenyak dan semakin merasa malu. Ia tidak bisa menjawab apa pun. Ia pun segera berusaha bangun dan ingin menjauh. Namun, Agam lagi-lagi mencegah Berlian pergi dan justru merapatkan pelukannya. Membuat kepala Berlian kembali menempel pada d**a Agam. Agam lalu mengusap lembut kepala Berlian bagian belakang. "Lima menit lagi. Biarkan kita seperti ini lima menit saja. Lagi pula, ini masih sangat pagi," ujar Agam lembut. Mendengar suara lembut dan mesra Agam, Berlian pun jadi terdiam dan menurut. Ia tidak lagi berusaha melepaskan diri dari Agam. Sekian detik berlalu, Berlian justru ikut membalas pelukan Agam. Berlian tidak menyangka, jika cinta yang tumbuh dari dalam dirinya akan terasa semanis ini bersama orang yang tepat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD