Lima tahun yang lalu….
“Terima kasih atas satu tahun yang sangat berharganya ya, Eva. Sejak awal perjanjian kontrak pernikahan kita dibuat, sampai sekarang menjadi hari terakhir kita sebagai sepasang suami-istri … kamu benar-benar melakukannya dengan baik. Kamu juga nggak melanggar satu pun peraturan dalam perjanjian pernikahan kita,” ucap Ardi.
Eva tersenyum. Benarkah satu tahun sungguh telah berlalu? Kenapa Eva merasa waktu begitu cepat? Apa mungkin karena Eva merasa nyaman tinggal bersama dengan seorang suami seperti Ardi. Suami yang bukan suami sungguhan sekalipun mereka terikat pernikahan yang sah.
Namun, bohong jika selama satu tahun tersebut tidak menimbulkan perasaan lebih bagi Eva. Hanya saja, wanita itu selalu berusaha menyembunyikan perasaannya. Berbeda dengan Ardi yang sepertinya tidak punya perasaan sedikit pun pada Eva karena sejak dulu hingga saat ini … Ardi masih tetap sama.
“Setelah ini, Mas Ardi bakalan langsung pindah ke luar negeri?”
Ardi mengangguk. “Ya, saya akan menetap di sana.”
Kali ini Eva yang mengangguk-angguk.
“Berkat kamu, oma saya bisa merasa bahagia pada saat-saat terakhir hidupnya. Sekali lagi terima kasih ya, Eva.”
Pernikahan kontrak antara Eva dengan Ardi berawal dari Ardi yang butuh seorang wanita untuk dijadikan istri. Saat itu, oma Ardi sudah sakit-sakitan bahkan dokter memvonis hidupnya sudah tak lama lagi. Sang oma memiliki permintaan terakhir yaitu … ingin melihat cucu tunggalnya menikah. Sedangkan Ardi belum benar-benar siap untuk menikah. Jangankan siap, calon istri saja tak ada.
Akhirnya, melalui aplikasi kencan Ardi dipertemukan dengan Eva. Saat itu usia Eva baru 21 tahun. Eva yang hendak dinikahkan oleh orangtuanya lantaran ada seorang pria yang ingin meminangnya.
Sungguh, Eva tidak ingin membina rumah tangga pada usia se-muda itu. Namun, orangtuanya memaksa sehingga membuat Eva memutar otak mencari cara agar dirinya tidak dinikahkan.
Hal itulah yang membuat Eva memutuskan mencari seorang pria yang bisa menyelamatkannya dari pernikahan yang tidak diinginkan. Dan takdir mempertemukannya dengan Ardi.
Ardi yang butuh istri palsu sedangkan Eva yang butuh pasangan untuk formalitas. Mereka pun sepakat untuk menjalani pernikahan kontrak selama satu tahun. Dengan begitu Ardi bisa membuat oma-nya bahagia sebelum meninggal dan Eva juga tidak jadi dinikahkan.
Setelah satu tahun, Eva akan kembali hidup bebas tanpa bayang-bayang punya suami dan anak lalu mengurus rumah tangga, sedangkan Ardi pun bisa melanjutkan hidupnya seperti semula.
Dan kini adalah waktunya. Mereka sungguh akan berpisah. Jujur, Eva merasa berat padahal ini sudah kesepakatan sejak awal bahwa mereka akan bercerai setelah satu tahun usia pernikahan berlangsung.
Meskipun tidak menunjukkannya, tapi Eva rupanya diam-diam jatuh cinta pada Ardi. Sikap hangatnya, paras tampannya, cara pria itu berbicara … segalanya. Eva menyukai segala yang ada pada diri Ardi.
Terkadang Eva berharap Ardi diam-diam juga membalas cintanya, tapi sayangnya itu mustahil. Ardi sedikit pun tidak menaruh hati padanya.
Sungguh, selama satu tahun kebersamaan mereka … Eva kira dirinya tidak akan menyukai Ardi se-dalam ini sampai-sampai rasanya berat untuk berpisah. Namun, rasa itu tumbuh tanpa permisi.
Tapi sudahlah, toh Ardi mau pergi. Bukan hanya pergi ke luar negeri, melainkan pergi dari hidup Eva juga lalu mereka akan bersikap seolah-olah tidak mengenal satu sama lain. Eva juga sadar bahwa hampir mustahil dirinya bisa bertemu lagi dengan pria itu.
Untuk itu, Eva akan mengubur perasaan ini selamanya dan menganggap dirinya tak pernah jatuh cinta pada sosok Ardiansyah Kusuma Wardana.
“Kamu wisuda bulan depan, ya?” tanya Ardi kemudian. Selama pernikahan, Eva memang masih berstatus mahasiswi dan Ardilah yang sangat berperan membantu skripsinya hingga Eva berada di tahap ini.
“Iya, Mas. Tepatnya akhir bulan depan.”
“Kalau begitu sayang banget, saya nggak bisa datang.”
“Enggak apa-apa, Mas.” Eva sebisa mungkin menampilkan senyuman.
Di hari terakhirnya bertemu Ardi, jangan sampai perasaannya terbongkar. Selama ini Eva sanggup menyembunyikan perasaannya. Hari ini pun harus bisa.
“Kalau begitu … semoga bahagia, ya. Saya nggak akan bilang sampai jumpa karena kita memang nggak akan berjumpa lagi.”
“Semoga Mas Ardi juga bahagia. Aku juga mau bilang makasih untuk segalanya.”
Terima kasih atas satu tahun yang sangat berarti bagiku, Mas….
Kata siapa pernikahan kontrak selalu berakhir happy ending? Mungkin dalam n****+ iya, tapi dalam kehidupan nyata seperti yang Eva jalani, berakhir dengan perceraian. Memang tidak bisa dikatakan sad ending juga karena nyatanya semua berjalan sesuai kesepakatan, tapi tetap saja Eva merasa sedih. Berat rasanya harus berpisah dari Ardi.
Aku berjanji akan melanjutkan hidup dan tentunya move-on darimu, Mas….
Ardi kemudian mengulurkan tangannya mengajak Eva berjabat tangan. Meski awalnya ragu, Eva pun membalas uluran tangan Ardi sehingga kini tangan mereka berjabat tangan cukup lama.
Setelah hari itu, mereka benar-benar tidak pernah bertemu lagi.
***
“Eva? Halo? Sadarlah.”
Suara rekan kerja Eva yang sekaligus menyikut lengannya, membuat wanita itu terkesiap dari lamunannya.
Bisa-bisanya Eva melamunkan kejadian lima tahun yang lalu. Kejadian yang berusaha mati-matian ia lupakan karena perpisahannya dengan Ardi membuat wanita itu menangis hingga berhari-hari.
Eva ingin mengutuk dirinya sendiri yang malah melamun. Ia bahkan berusaha tidak terlihat terkejut saat menyadari pria yang dilamunkannya barusan kini tepat berdiri di hadapannya.
Eva yang semula duduk spontan berdiri sehingga mereka berdiri berhadapan seperti lima tahun lalu. Bedanya, ada meja kerja yang menghalangi sebagai jarak di antara mereka. Namun, tetap saja Eva merasa dejavu.
“Saya udah berkenalan sama semuanya, tinggal kamu yang belum,” ucap Ardi.
Suara dan tatapan pria itu masih sama.
Ini jelas Ardi yang Eva kenal.
Ardi mengulurkan tangannya pada Eva, tapi kali ini bukan uluran tangan perpisahan seperti lima tahun yang lalu.
“Perkenalkan saya Ardi. Saya adalah kepala cabang Savanna yang baru, mulai hari ini.”
Ya Tuhan, apakah ini mimpi?